Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Remaja di Dunia Digital

Remaja di Dunia Digital


Halo, teman deestories! Apa kabar? 

Beberapa waktu lalu, saya mengikuti Sesi Rangkul Keluarga Kita. Membahas tentang pengasuhan remaja. 

Hmm, iya masa remaja memang menjadi masa yang menantang, ya! Tidak hanya bagi anak, bagi orang tua juga. Pengasuhan remaja menjadi sangat challenging. Bukan saja karena hormon remaja yang seringkali tidak stabil, tapi juga berkaitan dengan perkembangan zaman. 

Era digitalisasi seperti ini menjadi salah satu tantangan besar dalam pengasuhan remaja. Bagaimana pengasuhan remaja di era digital? Apa saja tantangan dan peluang yang dihadapi? 

Seputar Dunia Digital Remaja

Apa yang ada dipikiran kita saat membahas dunia digital remaja? Banyak! Beberapa hal yang berkaitan dengan dunia digital remaja antara lain media sosial, game online, pornografi, coding, cyber bullying, YouTube, TikTok, belajar grafis, akun privasi, unfollow ortu, hingga lupa waktu. 

Kalau dilihat-lihat, dunia digital remaja tidak selalu berdampak negatif, ya! Ada juga sisi positifnya. 

Begitu juga yang dialami oleh si sulung yang kini menginjak remaja. Dunia digital Memberikannya kesempatan mengenyam pendidikan dengan sistem blended learning. Dia tak selalu belajar di sekolah, melainkan juga melalui LMS (Learning Management System). Dia pun kini asyik membuat video dan grafis dari aplikasi. Bahkan, belajar bahasa Jepang dan Rusia secara daring. 

Namun, kadang suka lupa waktu. Saat hari libur, banyak waktu dihabiskan untuk berinteraksi dengan gawai. Ini yang bikin saya kesal. 

Apakah teman-teman juga mengalaminya? Kesal dengan perilaku buruk anak karena interaksi dengan gawainya? 

Pentingnya Menumbuhkan Kompetensi Cerdas Digital

Bagaimana agar remaja bisa tetap mengakses dunia digital secara aman? Bagaimana remaja bisa mendapatkan banyak manfaat serta peluang di era digital, tanpa harus mendapatkan cyber bullying ataupun terkontaminasi pornografi? 

Di sinilah pentingnya menumbuhkan kompetensi cerdas digital. Kompetensi cerdas digital adalah kemampuan untuk menggunakan teknologi digital secara bijak, kreatif, dan bertanggung jawab. Kompetensi ini mencakup berbagai aspek, seperti literasi digital, etika digital, dan keamanan siber. 

Baca Juga : Mengenal Mood Swing Pada Remaja dan Bagaimana Cara Orang Tua Menghadapinya

Dengan kompetensi cerdas digital seperti ini, diharapkan anak mampu : 

  • Memahami manfaat dan risiko dalam mengakses dunia digital
  • Mengatur waktu, berapa banyak yang dihabiskan untuk berselancar di dunia maya
  • Bersikap kritis terhadap konten yang dinikmati
  • Menjaga keamanan data pribadi
  • Melindungi privasi diri dan orang lain


Tentu saja untuk bisa menumbuhkan kompetensi cerdas digital ini butuh peran orang tua. Remaja yang masih rentan, butuh bimbingan dan arahan dari orang tua. 

Prinsip CINTA untuk Menumbuhkan Kompetensi Cerdas Digital

Remaja di Dunia Digital


Bagaimana cara orang tua membantu menumbuhkan kompetensi cerdas digital pada anak? Gunakan prinsip CINTA. 

Cari cara

Langkah awal untuk menumbuhkan kompetensi cerdas digital pada anak adalah cari cara. Cara yang utama adalah mulai dari diri sendiri dulu. Sebagai orang tua, berikan contoh bagaimana kita bisa mengakses dunia digital secara bijak. Jangan sering scroll sosial media terus-menerus. Gunakan waktu berselancar di dunia maya untuk hal-hal positif. Misalnya, mencari resep atau menonton konten-konten inspiratif. Dengan begitu, anak akan melakukan hal yang sama. Mereka akan mengakses internet untuk keperluan penting saja. 

Baca Juga : Ini Dia Pola Asuh Remaja yang Baik


Ingat impian tinggi

Jangan ikut arus. Tetap punya integritas pada nilai-nilai keluarga yang ditumbuhkan. Di tengah banyaknya anak-anak dibawah usia 15 tahun yang memiliki akun media sosial sendiri, di rumah kami hal ini tidak berlaku. Berdasarkan kesepakatan bersama, anak-anak baru boleh punya akun media sosial sendiri saat berusia 17 tahun. Ini untuk mencegah mereka terhindar dari dampak negatif sosial media. 

Nerima tanpa drama

Bersikaplah tenang terhadap semua tekanan lingkungan dalam penggunaan teknologi. Perhatikan kebutuhan anak sesuai tahap perkembangannya. Misalnya, karena masih berusia dibawah umur, akses gawai anak-anak terkoneksi dengan gawai saya dan ayahnya. Kami menggunakan parent link. Nerima tanpa drama juga dilakukan saat anak berbuat kesalahan. Misalnya, pernah suatu waktu anak-anak menggunakan kata-kata kasar di rumah. Mereka mendapatkan kata-kata kasar tersebut dari konten YouTube yang ditontonnya. Saat anak seperti itu, jelaskan padanya bahwa hal tersebut bukan hal yang baik dan tidak layak dicontoh. 

Tidak takut salah

Namanya juga proses, pasti ada saja tantangannya. Jangan takut salah, selalu berusaha mencari jalan terbaik untuk menumbuhkan kompetensi cerdas digital pada anak. Jangan ragu mencoba hal-hal baru yang ditawarkan oleh dunia digital, namun tetap perhatikan batasannya. 

Asyik main bersama

Terakhir, jangan lupa untuk menjadi pendamping terbaik bagi anak saat mengakses teknologi dan dunia digital. Ajak anak bermain bersama, jangan lupa gunakan humor. Dampingi anak dengan empati. Hadir sepenuh hati sepenuh tubuh. 

Penutup

Pengasuhan remaja memang lebih menantang. Namun, bukan berarti tidak bisa dilakukan. Remaja dan dunia digital adalah hal yang tak terpisahkan. Gunakan prinsip CINTA untuk bisa mendampingi remaja di dunia digital. Tumbuhan kompetensi cerdas digital pada anak, sehingga mereka bisa mengakses teknologi dan dunia digital secara bijak. 

Baca Juga : 10 Keterampilan Penting yang Harus Dikuasai Remaja

Keluarga Kita, mencintai dengan lebih baik ❤❤❤❤


12 komentar

  1. Betul sekali Mbak, pengasuhan remaja itu bagaikan naik roller coaster. Menghadapi naik turunnya hormon mereka, pergulatan batin yang sangat cepat perubahannya ditambah era digitalisasi yang bisa dengan cepat mendistraksi mereka. Pokoknya itu tuh orang tua harus kuat-kuat mental plus banyak-banyak bersabar. Namun, tidak perlu overthinkin, selama dijalankan dengan cinta seperti yang Mbak tulis, maka insya Allah semua akan dilewati dengan baik dan berakhir bahagia.

    BalasHapus
  2. Tulisan ini relate banget dengan Saladin yang udah masuk fase pre-teen. Memang dunia digital memberikan kemudahan akses untuk belajar hal baru. Tapi ada minusnya juga, takut anak remaja kebawa arus juga, makanya kudu ada pengawasan dari orang tua.

    BalasHapus
  3. Pengasuhan anak remaja ini memang sangat penuh tantangan sekali ya mba. Memang mesti memperkuat prinsip CINTA apalagi di era digitalisasi yang serba sat-set. Ortu semestinya tetap dekat dan akrab sama anak, minimal anak tetap nyaman dan percaya buat bercerita ke ortu.

    Serta tak lupa kasih edukasi soft tanpa terasa menggurui terkait bahaya dunia digital dan pentingnya melindungi data pribadi serta bijak memanfaatkan teknologi untuk kemajuan diri. Keren lho semangat anak mba dalam belajar, salut aku.

    BalasHapus
  4. Memang sih, ini harus ada support dari ortunya juga. Yg mencontohkan bagaimana cara bermedia sosial dan menggunakan gadget yg baik dan aman.

    Aku juga link-in hp anak2 ke hp ku mba, supaya bisa mengontrol waktu pemakaian mereka dan link apa aja yg diikuti dan dibuka.

    Tooosss kita, aku pun blm izinin anak2 utk buka medsos. Nanti kalo udh cukup umur. Kalo skr ga dulu. Justru dr konten2 medsos itu ada banyak hal yg seharusnya belum dilihat mereka

    BalasHapus
  5. Punya anak yang sudah beranjak remaja memang menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Di jaman sebelum ada gawai saja sudah tidak mudah apalagi di jaman ada gawai seperti sekarang. Perlu strategi yang jitu agar tidak kecolongan. Prinsip yang Kaka tawarkan mudah sekali diingat mengingat singkatannya "Cinta" harapannya itu adalah bentuk cinta orang tua terhadap anak ya berupa pendampingan terhadap dunia digital si anak. Dunia digital tanpa pendampingan memang sedikit mengerikan. Sebetulnya bisa plus minus tapi potensi untuk terjebak dalam hal-hal negatif juga tidak bisa diremehkan :)

    BalasHapus
  6. Ini bekal yang bagus banget sih, apalagi anakku dikit lagi udah masuk usia-usia pre-teen, jadi mesti banyak belajar seputar prinsip CINTA di era digitalisasi seperti ini.
    Kita sbg orang tua memang mustri tetap akrab ya sama anak, jangan sampai lost banget tanpa banyak tau. Karena meski banyak kemajuan teknologi yang bermanfaat, bahaya juga banyak yang mengintai.

    BalasHapus
  7. agak ngeri emang kalo lihat anak remaja zaman sekarang main medsos. makanya tiap kali adekku yg masih kelas 2 smp TikTokan aku pasti perhatiin. biar nggak ngeliatin dan niru yang aneh2

    BalasHapus
  8. Saat anak masuk usia remaja, memang katanya masa paling rawan. Jadi anak sudah diberlakukan sebagai teman. Tidak bisa kayak sabun, kalau dipegang kuat-kuat malah lepas. Dan memang soal gadget ini memang bagai dua mata pisau ya. Gadgat bermanfaat bila digunakan dengan bijak. Tapi kalau kebabblasan, bahaya juga bagi anak.

    BalasHapus
  9. Bicara soal remaja memang paling butuh perhatian khusus karena fase mereka dimana segala sesuatu ingin diputuskan sendiri, peran orang tua memang utama dan setuju banget dengan tulisan mba ini terutama dengan prinsip CINTA akan bisa lebih memudahkan mengatur mereka.

    Cinta selalu memiliki cara untuk menerima, mendidik dan menjadi hasil terbaik.

    BalasHapus
  10. Jaman sekarang memang gak bisa dipisahkan deh urusan digital ini, sehingga perlu bijak dan pengarahan yang tepat untuk remaja sih ya

    BalasHapus
  11. Aku suka sama prinsip CINTA-nya! Simple tapi powerful. Soal "Cari cara" itu, yak harus dimulai dari orang tua dulu, biar anak-anaknya bisa contohin kebiasaan yang positif, bukan cuma scroll-scroll sosial media terus. Haha, aku jadi kebayang kalau ada orang tua yang ngelakuin hal itu, pasti anak-anak juga bakal ngeikutin!

    Juga, bagian "Nerima tanpa drama" keren banget! Pasti gak gampang jadi orang tua yang sabar dan tetap tenang saat anak berbuat kesalahan, tapi itu penting banget, kan? Semangat terus buat mendampingi anak-anak dengan cinta dan empati! 💪

    BalasHapus
  12. Bener mbak. Pengasuhan remaja itu sangat menantang apalagi gen Z, yg sehari²nya wajib banget pegang gadget, dan sederet sifat ajaibnya. Tapi cinta keluarga dan orang tua lah memang yang mereka butuhkan untuk melewati segala kegalauan masa remajanya. Semoga anak² remaja kita tumbuh jadi generasi pemimpin yang bertakwa, bermartabat dan bermanfaat. Aamiin

    BalasHapus