Hari ini, 10 November 2024 bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Peringatan ini untuk mengenang jasa pahlawan yang telah berjuang meraih kemerdekaan. Bicara tentang pahlawan, sebenarnya bukan hanya mereka yang berjuang meraih kemerdekaan saja yang bisa disebut pahlawan. Banyak orang lain yang berjasa dan layak disebut pahlawan. Termasuk para ibu. Ibu tentu saja memiliki peran yang besar bagi keluarganya. Dari ibulah, lahir generasi penerus bangsa. Salah satu peran penting ibu dalam keluarga adalah mengajarkan literasi pagi keluarganya.
Apa itu Literasi?
Apa yang ada di benak teman-teman saat mendengar literasi? Bagi kebanyakan orang, literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Itu benar, hanya saja kurang lengkap. Literasi tidak sekadar kemampuan membaca dan menulis saja.
Literasi adalah kemampuan untuk membaca, menulis, dan menggunakan informasi dengan baik. Literasi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu.
Literasi memiliki beberapa tujuan, di antaranya:
Meningkatkan pemahaman dan penguasaan individu terhadap keterampilan membaca, menulis, berpikir kritis, dan menggunakan informasi secara efektif
Membantu siswa dalam proses belajar dan meningkatkan kemampuan akademik mereka
Membantu masyarakat lebih bijak dalam memanfaatkan informasi yang dimiliki
Ada beberapa jenis literasi, di antaranya:
- Literasi membaca dan menulis
- Literasi numerasi
- Literasi sains
- Literasi finansial
- Literasi digital
- Literasi budaya dan kewargaan
Mengapa Literasi itu Penting?
Literasi adalah keterampilan dasar yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Mengapa? Pertama, literasi mendukung proses belajar seumur hidup. Kemampuan membaca dan menulis memungkinkan seseorang untuk menyerap informasi, mengolahnya, serta mengembangkan pengetahuan baru. Literasi yang baik mendorong seseorang untuk terus belajar sepanjang hidup, karena mereka memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi dan memahami informasi secara mandiri.
Baca Juga : Jangan Bingung, Ini Dia Tujuh Langkah Sederhana Menerapkan Pendidikan Literasi Keluarga
Kedua, literasi tidak hanya tentang kemampuan teknis membaca atau menulis, tetapi juga mencakup keterampilan berpikir kritis. Saat seseorang membaca, mereka belajar untuk menganalisis, menginterpretasikan, dan menyusun kesimpulan berdasarkan informasi yang tersedia.
Ketiga, mendukung karir dan produktivitas. Di dunia kerja, literasi sangat penting untuk memahami tugas, menjalankan prosedur, dan berkomunikasi secara efektif. Misalnya, banyak pekerjaan yang membutuhkan keterampilan membaca laporan, menyusun proposal, atau membuat presentasi. Dengan kemampuan literasi yang baik, seorang profesional akan lebih mampu memahami kompleksitas pekerjaan, mengelola proyek, dan berkomunikasi dengan kolega secara efektif, yang pada akhirnya mendukung karier mereka.
Keempat, memperluas wawasan dan pemahaman budaya. Literasi juga berperan dalam memperkaya pengetahuan budaya dan wawasan global. Melalui membaca, seseorang dapat mengenal budaya, sejarah, dan nilai-nilai dari berbagai belahan dunia.
Kelima, membangun masyarakat yang kuat dan berdaya. Literasi juga berdampak positif bagi masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat yang melek literasi cenderung lebih berdaya, kritis, dan aktif dalam berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan politik.
Rendahnya Literasi di Indonesia
Sayangnya, tingkat literasi di Indonesia masih rendah. Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB, UNESCO merilis 10 negara dengan tingkat literasi terendah di dunia. Institut Statistik UNESCO (UIS) mengatakan, tingkat literasi global pada orang dewasa di tahun 2021 adalah 86,3%, sedangkan kesepuluh negara yang disebutkan UNESCO memiliki tingkat literasi rata-rata 30% dan mayoritas berada di benua Afrika.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Masih menurut UIS, dari 208 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-100 dengan literasi 95,44%. Ternyata posisi Indonesia masih kalah dengan negara Asia Tenggara lainnya seperti Filipina 96,62% di posisi ke-88, Brunei urutan ke-86 dengan 96,66% dan Singapura urutan ke-84 dengan 96,77%.
Belum lagi jika bicara skor PISA (Programme for International Student Assessment). Program Penilaian Siswa Internasional atau Programme for International Student Assessment (PISA) merupakan penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan matematika, sains, dan literasi siswa secara global. PISA telah berjalan sebanyak 8 siklus sejak tahun 2000 dan dilakukan setiap 3 tahun sekali.
Nilai PISA 2022 merupakan hasil dari penilaian di siklus ke-8 PISA. Penilaian kala itu tertunda selama 1 tahun dari 2021 ke 2022 akibat pandemi. PISA 2022 telah dirilis. Skor PISA Indonesia mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2018.
Indonesia berada di peringkat ke 69 dari 80 negara yang terdaftar dalam penilaian PISA 2022 oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Ibu sebagai Pahlawan Literasi
Rendahnya tingkat literasi di Indonesia tentu harus menjadi perhatian kita bersama, ya. Apalagi sebagai ibu, di mana punya ibu punya peran penting dalam pendidikan anak-anak. Ibu bisa menjadi garda terdepan untuk memberikan pendidikan literasi pada anaknya. Meningkatkan kemampuan literasi bisa dimulai dari rumah.
Berikut adalah beberapa cara yang bisa ibu lakukan untuk meningkatkan kemampuan literasi keluarga.
Memupuk minat baca sejak dini
Sebagai ibu, saya menyadari bahwa memupuk minat baca sejak dini itu penting. Dibandingkan menggegas anak untuk cepat membaca, lebih baik menumbuhkan minat bacanya lebih dahulu.
Baca Juga : Buku Literasi Emosi, Mengasah Kecerdasan dengan Hati
Sejak anak-anak masih bayi, saya sudah rutin membacakan mereka buku. Rutinitas membacakan anak buku setiap hari adalah cara yang ampuh untuk menumbuhkan minat baca anak. Anak yang sejak kecil akrab dengan buku, saat besar akan menjadi anak yang cinta buku. Suka membaca.
Rumah ramah literasi
Rumah yang dipenuhi buku-buku dan akses terhadap berbagai bacaan akan menciptakan atmosfer yang mendorong anak untuk suka pada buku.
Saya mengatur ruang baca yang nyaman, memilihkan buku yang sesuai dengan minat dan usia anak. Di rumah ada perpustakaan kecil. Bahkan, sebulan sekali saya membuka teras baca di rumah. Mengundang anak-anak tetangga ikut membaca di rumah.
Rumah yang ramah literasi seperti ini, akan membuat anak semakin akrab dan cinta dengan dunia literasi.
Menjadi teladan
Ibu sebagai role model atau panutan dalam keluarga memiliki kekuatan besar untuk memberikan contoh. Ketika anak melihat ibunya rajin membaca, mereka akan lebih termotivasi untuk melakukan hal yang sama. Dengan meluangkan waktu membaca bersama, ibu tidak hanya menanamkan minat baca tetapi juga membangun kebersamaan yang berharga. Ini bisa menjadi rutinitas harian yang mempererat ikatan antara ibu dan anak.
Anak-anak tahu saya juga suka membaca. Mereka pun ikut membaca saat saya sedang membaca di perpustakaan rumah. Benar adanya, anak adalah peniru ulung.
Mendampingi anak dalam menghadapi tantangan digital
Peran ibu sebagai pahlawan literasi tidak hanya terbatas pada buku. Di era digital ini, literasi informasi juga sangat penting. Ibu dapat membimbing anak dalam memilih konten yang bermanfaat dan menjelaskan cara menyaring informasi dari internet. Dengan begitu, ibu membantu anak memahami dan memanfaatkan teknologi secara bijak.
Baca Juga : Pengalaman Mengikuti Pelatihan Literasi Digital Menggunakan Pendekatan KAP
Di rumah, saya tidak memperbolehkan anak-anak memiliki media sosial. Sebab, memang belum cukup umur. Gawai mereka terhubung dengan gawai saya melalui aplikasi parental control. Saat mereka berselancar di internet, saya ikut mendampingi.
Mengajarkan nilai-nilai melalui bacaan
Buku adalah sarana yang ampuh untuk mengenalkan nilai-nilai kehidupan, seperti kejujuran, keberanian, dan empati. Ibu bisa memilih cerita yang mengandung nilai-nilai positif yang ingin ia tanamkan pada anak.
Baca Juga : Peran Keluarga dalam Meningkatkan Derajat Literasi di Indonesia
Setelah membaca, biasanya saya berdiskusi dengan anak tentang isi cerita dan bagaimana nilai-nilai tersebut bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Daftarkan anak les membaca dan menulis
Tentu saya tak ingin anak-anak tidak bisa membaca dan menulis. Saya mungkin bisa membuat mereka suka membaca, namun mungkin saya tidak memiliki keterampilan khusus untuk membuat anak bisa membaca dan menulis dengan baik dan benar.
Jadi, tidak ada salahnya jika mendaftarkan anak les membaca. Saya ingin anak-anak tak sekadar bisa baca, tetapi juga mampu memahami informasi dari bacaannya. Guru yang ada di tempat les membaca dan menulis tentu punya keahlian dalam hal ini.
Kursus Membaca di Kumon
Saat ingin mendaftarkan anak-anak les membaca dan menulis, pilihan saya jatuh pada Kumon. Tempat kursus membaca ini sudah tersohor sejak dulu.
Kumon adalah metode belajar mandiri yang dikembangkan oleh Toru Kumon dari Jepang pada tahun 1958. Dengan fokus pada pengembangan kemampuan matematika dan membaca, Kumon menyediakan materi belajar yang dirancang agar anak dapat belajar secara bertahap dan mandiri, sesuai dengan kemampuan serta kecepatan mereka sendiri. Metode Kumon memungkinkan anak untuk memperdalam pengetahuan mereka secara terstruktur, mulai dari tingkat yang paling dasar hingga lanjutan.
Selain program Matematika dan Bahasa Inggris, Kumon memiliki program Kursus Bahasa Indonesia. Program Bahasa Indonesia Kumon bertujuan mengembangkan kemampuan membaca bacaan tingkat lanjut.
Kemampuan membaca tingkat lanjut mencakup keterampilan siswa dalam memahami isi bacaan, berpikir kritis terhadap isi buku, membaca buku dalam berbagai genre, dan memiliki kecepatan membaca yang baik. Jika kemampuan membaca bacaan tingkat lanjut telah terbentuk pada diri anak, mereka akan dapat mengembangkan diri mereka sendiri sambil mempelajari banyak hal dari buku.
Baca Juga : Penjenjangan Buku, Salah Satu Tips Memilih Buku yang Tepat untuk Anak
Tempat les membaca anak ini bisa diikuti oleh anak mulai dari usia 3 hingga 12 tahun. Program ini disesuaikan dengan tahap perkembangan anak, lho.
Usia 3-4 tahun, meningkatkan kepercayaan diri
Di usia dini seperti ini, sangat penting untuk membuat anak belajar membaca dengan cara menyenangkan. Anak usia 3-4 tahun baru pada tahap awal pengenalan membaca. Tentu saja, kemampuan setiap anak berbeda. Ini juga diperhatikan oleh Kumon.
Kumon memastikan setiap anak belajar pada tingkatan yang tepat sesuai dengan kemampuannya. Anak yang membutuhkan waktu lebih lama untuk menguasai suatu materi tidak akan merasa tertekan, sementara yang unggul dapat diberikan materi yang lebih sulit sebagai tantangan baginya. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri setiap anak karena mereka mengetahui bahwa mereka terus berkembang dengan kemajuan yang sesuai dengan kemampuan belajar mereka.
Usia 5-12 tahun, membentuk kemandirian
Di usia ini, Kumon fokus untuk membentuk kemandirian anak. Lembar kerja Kumon dirancang untuk membentuk kebiasaan belajar secara mandiri. Anak dibimbing untuk mengerjakan soal-soal secara mandiri.
Setiap lembar kerja Kumon dilengkapi dengan contoh soal dan penjelasan yang diperlukan untuk mendorong anak berpikir dan menjawab soal-soal secara mandiri.
Menyelesaikan soal-soal dengan kemampuan sendiri membuat anak belajar bagaimana menentukan target dan menyelesaikan soal-soal yang belum pernah ditemuinya sebelumnya. Ini akan menumbuhkan kemandirian dan kegigihan pada diri anak.
Usia 13 tahun keatas, mengasah life skills
Di usia ini, fokus perhatian Kumon tidak lagi anak bisa membaca dan menulis saja tetapi juga mengasah skills.
Pada diri anak terbentuk kemampuan-kemampuan seperti disiplin, manajemen waktu yang baik, percaya diri terhadap kemampuan diri, dan tekad untuk menghadapi tantangan.
Kumon melakukan pendekatan pendidikan untuk mempersiapkan anak dalam menghadapi masa depan, memastikan mereka unggul di kelas, dan memiliki life skills yang penting untuk meraih impian dan cita-cita mereka.
Program Bahasa Indonesia di Kumon memiliki beberapa keistimewaan, yaitu anak belajar membaca dan menulis dengan cara yang menyenangkan, memperbaiki kecepatan dan ketepatan membaca, meningkatkan minat baca terhadap buku, dan meningkatkan kemampuan pemahaman bacaan tingkat lanjut pada anak.
Penutup
Peran ibu dalam mengasah kemampuan literasi anak itu penting. Ibulah yang memupuk minat baca anak sejak kecil, menciptakan rumah yang ramah literasi, memberikan teladan, mendampingi anak-anak dalam menghadapi tantangan dunia digital, serta menanamkan nilai-nilai baik pada anak melalui bacaan.
Ibu bisa bekerja sama dengan tempat kursus membaca. Kumon adalah kursus membaca anak yang bisa jadi sahabat ibu dalam meningkatkan kemampuan literasi anak.
Jadi, tunggu apalagi. Yuk, jadilah pahlawan bagi anak. Didik anak untuk bisa memiliki kemampuan literasi yang baik. Jadilahi pahlawan literasi keluarga.
Beberapa anak ada yg gampang diajarin dan yg perlu tutor. Anakku yg pertama bisa di rumah aku ajarin anak kedua susah harus les. Ahaha
BalasHapusMasih banyak yang belum memahami arti literasi, kebanyakan taunya bis amembaca danmenulis itu sudah cukup padahal dengan memahami kita bisa menggunakan dan menangkap informasi dengan benar dan efektif. Literasi bisa diajarkan sedini mungkin lewat peranan ibu bener banget semoga para ibu tetap semangat mengajarkan hal-hal positif pada anak-anak. Baru tau sekarang Kumon ada les membaca menulis, bis ajadi solusi buat ibu-ibu yang gak bisa mengajarkan anaknya ya
BalasHapusBener banget ini, literasi kita jadi rank rendah sebenrnya bukan karena anak2 gabisa dan ga mau baca, tapi kemampuan untuk memecahkan masalah dan juga reading comprehensivenya juga kurang, bisa baca tapi gabisa memahami maknanya
BalasHapusWkwk lucu banget itu yang pake baju pink bayik Aluna apa Ca2, Mbak? Setuju sih kalau dibilang ibu sebagai pahlawan literasi keluarga, apalagi kalau anak-anaknya lebih banyak di rumah bareng ibu, terasa sekali pengaruh pengenalan literasi ke anaknya. Ditambah dengan Kumon, makin mantep ya pengetahuan anak-anak tentang dunia literasi.
BalasHapusLiterasi ini memang PR baik di rumah, sekolah, maupun ranah publik lainnya. Termasuk di rumah saya. Anak-anak lebih tertarik dengan gadget dibanding membaca buku dengan kalimat berparagraf-paragraf. Akhirnya mungkin jadi gak heran kalau Indonesia cukup tertinggal tingkat literasinya dibanding beberapa negara tetangga ya. Oh iya, Kumon ini memang membantu banget sih untuk anak-anak. Sepertinya mereka jadi lebih cepat mengolah informasi yang didapatkan, baik dari berhitung maupun membaca.
BalasHapusKumon.memang bisa jadi pilihan orang tua dalam meningkatkan literasi anaknya karena dirancang sistematis
BalasHapusSaya tuh sedih banget melihat Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat literasi rendah, jadi butuh peran semua pihak untuk meningkatkan minat baca anak. Mulai dari keluarga terutama ibu ya.
BalasHapusMembaca dan menulis merupakan basic mendasar banget dari literasi ya mba.
BalasHapusBener nih orangtua terutama Ibu, rasanya memang patut menjadi teladan terutama dalam hal dunia literasi. Memberikan contoh hingga mendampingi anak dalam mengakrabkan diri dengan literasi. Semangat ya.
Pengalaman saya dulu anak2 masuk SD harus sudah bisa baca tulis sederhana dan ada testnya. Karenanya saya memasukkan anak2 les di Kumon, agar bisa membaca menulis.
BalasHapusUntuk mewujudkan cita-cita keluarga yang ideal itu, salah satunya dengan memiliki kemampuan pengelolaan keuangan keluarga secara baik dan benar ya.
BalasHapusAnak sulungku ikut Kumon sejak TK di Amerika..di sana disebut Matematika dan Reading (English) . Lanjut saat pulang ke Jakarta hingga SMP. Bagus nih kini selain program Matematika dan Bahasa Inggris, Kumon memiliki program Kursus Bahasa Indonesia.
BalasHapusAnak saya yang kakak dulu ikut kumon, salah satu manfaat yang bisa dirasakan adalah dia jadi mencintai belajar atau ngerjain PR.
BalasHapusBtw, kursus membaca ini emang perlu banget sih, demi meningkatkan literasi, apalagi di zaman sekarang kemampuan literasi udah sangat berkurang
Anak aku yang angkatan pertama dan kedua tumbuh di era belum internet dan hp sebooming ini, dari bayi mereka main buku, dan kenal HP sudah remaja. Giliran anakku yang kecil dua di era digital, ampun deh butuh seorang pahlawan literasi keluarga buat seimbangkan buku dan hp ya. Aku lagi mau masukin Binar ke kumon, lagi cari lokasi terdekat
BalasHapusiya, mbak. kayaknya gadget ini memang berpengaruh banget ya sama kesukaan anak akan membaca soalnya anakku juga ampun deh susahnya diajak baca buku maunya main game melulu
HapusGalfok ma buku yang dibaca sama bayik berbaju pink hahaha itu covernya gitu banget dah ahaha. keren sih mbak dian. Ibu adalah pahlawan literasi aku sepakat karena dari rumahlah literasi itu sebenarnya di bangun kecintaannya.
BalasHapusSepakat, ibu memang changemaker, salah satunya dalam hal literasi dan menjadi role model anak-anaknya dan ini akan emmbekas hingga anak dewasa
BalasHapusIbu memang role model terbesar dalam literasi membaca bagi anak2 yah. Butuh kesadaran dari para ibu tentang berapa pentingnya literasi. Untunglah saat ini udah banyak tempat kursus atau les membaca yang bisa membantu yaah
BalasHapusMembangkitkan literasi ini nih yang gak mudah.
BalasHapusDan kalo di rumah, inilah sosok yang apik membangkitkan literasi untuk anak²nya
Anakku juga sedari kecil udah aku ajarkan buat suka buku daripada gadget. Skrg Alhamdulillah hasilnya beneran nyata, emang sepenting itu sih literasi. Apalagi kalo didukung lembaga les terpercaya kaya Kumon ya
BalasHapusUntuk menumbuhkan kecintaan membaca pada Anak memang diperlukan support system dari Keluarga. Dan biasanya seorang Ibu yang mempunyai peran penting itu ya. Anak keduaku saat ini sedang gencar belajar membaca, pasti akan lebih terbantu kalau tambah les yang mendukung.
BalasHapusSetujuu Ibu menjadi garda terdepan untuk memberikan pendidikan literasi pada anaknya dari rumah. Selain itu tentu Ibu akan terbantu dengan adanya kursus membaca seperti program di Kumon ini
BalasHapusMemang kebiasaan membaca ini harus dikenalkan sejak dini. Setuju sih bahwa ibu adalah pahlawan literasi karena ibu yang mengenalkan anak suka membaca. Sekarang ini memang kadang anak butuh les baca atau hitung buat masuk SD. Kumon emang udah banyak salah satu les yang rekomended buat anak.
BalasHapusAnak tuh role modelnya orang tua terutama ibu, jadi kalau mau anak suka baca ya ibu juga nunjukin suka baca ya, bagus nih les kumon biar anak menyukai matematika...
BalasHapusKumon sekarang punya program baru yaa..
BalasHapusIni membantu sekali memberikan pembiasaan yang baik untuk anak-anak agar terbiasa membaca dan memahami maksud bacaannya. Penasaran juga nih jadinya, gimana dengan Kursus Membaca di Kumon.
Kemarin Hana uda ngajuin mau les di Kumon.
BalasHapusTapi yang dipilih sesuatu yang ga ada.. Hiiks~
Coba kalau aku ajuin Program Bahasa Indonesia di Kumon, dia mau gak yaah?
Widiihh mantul seminggu sekali membuka teras buat kegiatan membaca, lama2 buka perpus nih :D
BalasHapusBtw baru tahu kumon dari nama orang dan orang Jepang ternyata yaaa.
Trus tadi aku sempet mengernyitkan dahi, heh usia 12 juga termasuk yang jadi subyek untuk kursus ini, ternyata jawabannya ada di bawah owalah buat life skills, ya emang sih yaaa.
Tengkyu infonya :D
Masya Allah, bagus banget mbak mengenalkan buku sejak dini bahkan ada pojok membaca untuk anak. Tetangga bisa ikutan nimbrung ya supaya mereka mengenal buku itu asyik, bukan hanya buku teks sekolah. Ibu punya peran penting dalam mengasah literasi baca tulis.
BalasHapusPeran ibu sangat penting ya dalam membangun literasi anak. Dan memang nyata dari ibu anak meniru apa kebiasaannya. Tapi pas udah mulai besar bisa beda-beda ya kebiasaan anak, hihi.
BalasHapusBtw Kumon udah ahlinya ya untuk les anak, termasuk les membaca :)
Kalau terkait daya baca, aku rasa yang dewasa pun perlu melatih kembali biar ngga gampang terdistraksi. Attention span semakin rendah dengan kebiasaan scroll medsos yg terlalu sering. Diriku juga mau biasakan baca lebih fokus lagi biar ngga gampang terdistraksi
BalasHapusAda level berikutnya ya setelah mencapai kemampuan baca, yaitu meningkatkan daya baca. Sejurus dengan pembahasan literasi tadi, saat ini memang daya baca masyarakat rendah. Bacanya cuma sekilas2, bahkan klo baca berita hanya melihat judulnya aja udah kayak langsung tau keseluruhan informasinya. PR banget nih agar generasi muda tidak seperti ini. Dengan pembelajaran yang intens dalam bidang Bahasa Indonesia di Kumon, anak2 makin baik literasinya.
BalasHapusSetuju sekali, menanamkan literasi ke anak tidak hanya dengan memantik minat mereka. Tapi juga di dampingi. Dulu juga ortuku sering beliin buku, majalah, dll. Selain itu, ibuku juga sering bacain majalah ataupun buku dongeng sblm tidur
BalasHapus