Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Parenting Tangan Besi, Apakah Efektif?

Parenting tangan besi



Beberapa waktu lalu, di WAG kesayangan, menjaga kesehatan tubuh anak menjadi topik hangat yang diperbincangkan. Saya pun bercerita, bahwa dalam menjaga kesehatan tubuh anak, saya menerapkan parenting tangan besi. Semua hal yang berhubungan dengan menjaga kesehatan anak HARUS dilakukan. Baik anak-anak suka ataupun tidak. Hmm, pasti teman-teman merasa saya kok menyeramkan banget mendidik anak. Bagaimana parenting tangan besi yang saya maksud? Yuk, baca artikel ini sampai habis, ya! 

Parenting Tangan Besi

Parenting tangan besi merujuk pada gaya pengasuhan yang sangat otoriter, di mana orang tua menerapkan aturan yang ketat dan mengharapkan kepatuhan mutlak dari anak-anak mereka. 

Model ini sering kali tidak memberi ruang untuk diskusi, kompromi, atau kesalahan. Tujuan utama pengasuhan tangan besi adalah memastikan anak-anak patuh terhadap norma dan nilai yang ditetapkan oleh orang tua. 

Meskipun pendekatan ini sering dilihat sebagai cara untuk mendisiplinkan anak, ada pro dan kontra yang perlu dipahami sebelum mengadopsi gaya pengasuhan ini.

Ciri-ciri Parenting Tangan Besi

Kontrol Ketat

Orang tua dalam gaya ini memiliki kontrol penuh atas keputusan anak, mulai dari hal-hal kecil hingga besar, tanpa memberikan anak kesempatan untuk memberikan pendapat.

Aturan yang Kaku

Peraturan dalam keluarga bersifat tetap dan tidak bisa dinegosiasikan. Orang tua otoriter biasanya tidak memberi kelonggaran bagi anak untuk mempertanyakan aturan. 

Hukuman sebagai Alat Utama Ketidakpatuhan sering kali dihukum secara keras, baik secara verbal maupun non-verbal. Hukuman digunakan untuk menegakkan disiplin.

Kurangnya Empati

Gaya ini sering kali tidak melibatkan dialog emosional atau pengertian terhadap kebutuhan emosional anak. Orang tua lebih fokus pada ketaatan daripada pada perkembangan emosional.

Kelebihan Parenting Tangan Besi

Kedisiplinan Tinggi

Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang sangat disiplin cenderung patuh terhadap aturan dan norma sosial, terutama di luar rumah.

Kepatuhan

Gaya ini dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab pada anak dalam hal mematuhi peraturan dan mengikuti instruksi.

Keamanan Terjaga

Dengan kontrol penuh dari orang tua, anak cenderung terlindungi dari pengaruh eksternal yang dianggap buruk.

Kekurangan Parenting Tangan Besi

Kurangnya Kemandirian

Anak-anak yang dibesarkan dalam sistem yang terlalu otoriter sering kali mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan sendiri, karena terbiasa diarahkan oleh orang tua.

Tekanan Emosional

Ketegangan antara orang tua dan anak dapat muncul akibat kurangnya dialog terbuka, sehingga anak merasa tidak didengarkan atau dihargai.

Rendahnya Kepercayaan Diri

Anak yang tumbuh di bawah tekanan aturan yang kaku sering kali mengembangkan rasa takut akan kegagalan, yang pada gilirannya menghambat kepercayaan diri mereka.

Parenting Tangan Besi yang Dilakukan


Parenting Tangan Besi, Apakah Efektif?


Kalau melihat kekurangan yang ada parenting tangan besi, tentu banyak yang bilang gaya pengasuhan ini kejam. Tidak memberikan anak kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Tidak menghargai perasaan anak. 

Baca Juga : Karakteristik Anak Kedua dan Tips Parenting yang Tepat untuk Menghadapinya

Tenang saja, tidak semua pengasuhan yang saya lakukan di rumah bersifat otoriter seperti ini, kok. Pada banyak hal, anak-anak diberikan kebebasan dalam mengungkapkan pendapatnya sekaligus mengambil keputusan sendiri. 

Misalnya, anak-anak bahkan memutuskan sendiri untuk sekolah dimana dan mengambil les apa saja yang mereka butuhkan. Di rumah, mereka juga punya ruang untuk berpendapat. 

Lantas, dimana letak tangan besi yang saya lakukan? Tentunya saat anak-anak harus melakukan kewajibannya. Misalnya, berangkat sekolah, pergi les, atau belajar. Tidak ada negosiasi untuk tidak berangkat selama tidak sakit. 

Saya tidak akan memberikan ruang untuk anak yang membolos sekolah ataupun malas belajar. Tidak ada itu. 

Kembali lagi soal bagaimana menjaga kesehatan anak dan apa hubungannya dengan parenting tangan besi yang saya lakukan. 

Contoh otoriter yang saya lakukan dalam menjaga kesehatan anak adalah membuat mereka harus mau makan sayur dan buah setiap hari. Suka tidak suka harus dimakan. 

Baca Juga : Real Food untuk Bekal Sekolah Anak, Nutrisi Maksimal, Energi Optimal

Ini juga pilihan sayur dan buah yang disediakan yang memang disukai anak-anak. Meski memang harus ada drama setiap makan, mereka merengek tidak mau, tentu rengekan ini tidak akan saya dengar. Mereka HARUS makan sayur dan buah. 

Kedua, bagi saya sangat penting anak untuk cukup tidur agar daya tahan tubuhnya kuat. Oleh karena itu, setiap hari kecuali hari Sabtu, mereka WAJIB tidur siang. Tidak ada kata tidak mau tidur siang. Dan tentu saja setiap hari mereka harus sudah tidur pada pukul 10 malam, sebab mereka baru selesai kelas mengaji pukul 9 malam. 

Ketiga, anak-anak wajib melakukan aktivitas fisik. Mereka ada latihan judo seminggu 2x. Selain itu, si bungsu ada les renang seminggu sekali. Sedangkan si sulung mengisi tiap pagi di hari liburnya dengan jogging keliling komplek. 

Baca Juga : Cerita Anak Ikut Kejuaraan Judo Kapolres Trenggalek Cup 2024

Tiga hal tersebut adalah cara yang saya lakukan demi menjaga kesehatan anak-anak. Semua itu harus dilakukan dengan parenting tangan besi. Kalau nggak, anak akan menolak. 

Sebenarnya, penolakan anak sesuai fitrahnya. Mereka hanya ingin bermain dan bersenang-senang. Namun, tentu saja fitrah ini harus diarahkan dengan baik. Ingat, tidak ada orang sukses hanya dengan bersenang-senang saja. 

Hidup adalah perjuangan. Suka atau tidak suka harus melakukan apa yang memang dibutuhkan untuk sukses. Mau pintar ya belajar, mau sehat ya lakukan pola hidup sehat. 

Penutup

Parenting tangan besi menjadi salah satu pola pengasuhan yang bisa dilakukan orang tua untuk menegakkan kedisiplinan anak. Meski memiliki kekurangan, parenting tangan besi tidak selalu berdampak negatif. 

Orang tua harus bisa cari tahu kapan parenting tangan besi ini dibutuhkan. Melakukan parenting tangan besi juga demi kebaikan anak. Cinta tidak selalu berwujud lemah lembut, bukan? 




11 komentar

  1. kayaknya nih aku termasuk anak yang merasakan parenting tangan besi, karena nyokap tuh sumpah galak banget hahaha belum bokap yang ngomong sedikit tapi nyelekit, lah kenapa curhat

    BalasHapus
  2. aku yang orangtua milineal gak sanggup deh kalau harus mempraktekkan parenting tangan besi ke ketiga anakku, membayangkan saja nggak deh mba, walaupun memang ada dampak positifnya juga yah untuk anak-anak tapi di anak-anak gen Alpha sepertinya tidak bisa dilakukan mba

    BalasHapus
  3. Gaya parenting otoriter saja sudah keras dan kaku, kalau ini di atasnya lagi ya sepertinya. Mungkin karena bagi orang tua, cara inilah yang ampuh biar anak menurut dengan cepat, padahal ada dampaknya juga di kemudian hari.

    BalasHapus
  4. ga ada parenting yang benar-benar tepat untuk mendidik satu anak sih ya. Menurutku parenting tangan besi itu bisa diterapkan tergantung sikon tapi ga selalu

    BalasHapus
  5. Kalau mendengar pemerintahan tangan besi yang terlintas dibenak kita pertama kali adalah otoriter dan kejam ya Kak, tapi ternyata kalau diparenting adakalanya itu diperlukan. Saya masih awam soal parenting jadi nambah ilmu nih. Emang dalam hal-hal tertentu kita harus mendisiplinkan anak. Contoh soal makan, kalau nurutin maunya anak tentu mereka cuma mau makan mie instan terus dan nggak mau sayuran padahal itu dibutuhkan untuk tubuh mereka. Ada tetanggaku yang anaknya sampai hari ini nggak mau makan sayur karena orang tuanya dari kecil nggak tega memaksa makan sayur.

    BalasHapus
  6. keren mbak bisa memaksa anaknya makan sayur. anakku ya Allah susah banget makan nggak cuma sayur bahkan ikan aja nggak doyan padahal sudah segala macam cara digunakan. huhu. tapi memang aku sendiri nggak doyan sayur sih mungkin wajar anakku nggak doyan sayur tapi soal ikan ini lho aku tiap hari makan ikan daging ayam anak-anak nggak ada yang doyan

    BalasHapus
  7. Pola asuh tertentu dalam mendidik anak pasti ada plus minusnya, dan untuk mendisiplinkan anak memang harus diterapkan siy, dan bagi diriku itu akan berhasil ketika anak melakukan itu semua karena kesadaran bukan paksaan.

    BalasHapus
  8. Aku pernah nerapin gaya parenting spt itu terutama dlm hal kesehatan anak, soalnya salah satu anakku punya kondisi medis spesial tp aku jd sering stress sendiri. Akhirnya kuubah dan berupaya utk bs lebih rileks dan mengedepankan komunikasi dan kesadaran

    BalasHapus
  9. Menurutku, parentingmu gak tangan besi tangan besi amat, Di.
    Karena masih ada kegembiraan dan pacaran binar di mata anak-anak. Berarti anak ada keleluasaan untuk memilih. Minimal, seperti voting untuk sayur dan buah apa yang diinginkan atau saat memilih aktivitas fisik yang membuat anak menanti-nantikan segera hari itu akan datang.

    Ini oke siih..
    Hihihi.. kirain kamu mukulan, Di.. jadi inget zaman Joseon.
    Tiap salah, anaknya diceples betisnya.

    BalasHapus
  10. Ya ampun kirain apa parenting tangan besi haha...
    BTW aku adalah type orang tua yg apa apa dari kecil membebaskan anak ku untuk memilih. JAdinya sekarang dia agak lembek menurut ku.. Susah di ajak aktivitas fisik dan lebih memilih kegiatan yang duduk saja.
    Mau coba di alihkan malah melow anak nya.. huhuhu

    BalasHapus
  11. Parenting tangan besi menurut aku boleh saja tapi bukan berarti harus main fisik juga ya. Mungkin tangan besi bisa dikaitkan dengan ketegasan orang tua. Kalo dilihat di jaman teknologi pesat ini anak-anak banyak maunya dan malah kebalik maunya anak didengarkan orangtua.

    BalasHapus