Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Karakteristik Anak Kedua dan Tips Parenting yang Tepat untuk Menghadapinya

Karakteristik Anak Kedua dan Tips Parenting yang Tepat untuk Menghadapinya



Katanya, yang kedua selalu lebih mudah. Memiliki anak kedua dianggap tidak menantang layaknya anak pertama. Pengalaman sebelumnya membuat banyak orang beranggapan bahwa mengasuh anak kedua lebih mudah. Nyatanya, bagi saya justru anak kedua lebih menantang. Bahkan, saat melahirkannya lebih sulit dari anak pertama. Anak kedua memiliki kepribadian yang berbeda dengan anak pertama. Tentu saja cara mengasuhnya juga tidak sama. Hari ini saya akan cerita tentang karakteristik anak kedua dan tips parenting yang tepat untuk menghadapinya. 


Karakteristik Anak Kedua


Setiap anak dalam urutan kelahiran seringkali memiliki keunikan tersendiri, dan anak kedua tidak terkecuali. Meski tidak semua anak kedua menunjukkan karakteristik yang sama, beberapa pola kepribadian sering muncul. 


Berikut adalah beberapa karakteristik yang umum ditemukan pada anak kedua serta tips parenting yang tepat untuk membantu mereka berkembang dengan baik.


Lebih mandiri dan fleksibel


Anak kedua cenderung lebih mandiri karena sejak kecil mereka terbiasa berbagi perhatian dengan saudara-saudara mereka. Mereka sering kali harus belajar beradaptasi dengan kondisi yang sudah ada dan mencari cara untuk menemukan ruang bagi diri mereka sendiri.


Kreatif dan imajinatif


Karena sering kali berada di antara kakak yang lebih dominan dan adik yang lebih butuh perhatian, anak kedua sering mengembangkan cara-cara kreatif untuk mengekspresikan diri mereka. 


Mereka belajar untuk memanfaatkan kesempatan dan mengembangkan kemampuan untuk berpikir di luar kotak.


Meski anak kedua saya juga anak terakhir, dia juga kreatif dan imajinatif. Contohnya, dia suka berkreasi membuat paper doll dan squishy sendiri. 


Cenderung lebih sosial


Anak kedua biasanya memiliki keterampilan sosial yang lebih baik, karena mereka belajar untuk berinteraksi dengan kakak dan adik mereka sejak dini. Mereka sering kali lebih mudah berteman dan bergaul karena telah terbiasa dengan dinamika sosial di dalam keluarga.


Aluna, anak kedua saya juga selalu mudah bergaul meski dengan lingkungan baru. Bahkan, setiap ke playground, dia bisa mendapatkan teman baru yang langsung akrab. 


Perasaan kompetitif dan ingin diakui


Salah satu tantangan yang sering dialami oleh anak kedua adalah perasaan kompetitif, terutama dengan saudara-saudara mereka. Mereka mungkin merasa perlu untuk membuktikan diri, karena sering dibandingkan dengan kakak yang lebih tua atau adik yang lebih muda. Anak kedua bisa merasa kurang diperhatikan, sehingga mereka berusaha keras untuk mendapatkan pengakuan.


Baca Juga : Jadi Anak Pertama Itu Berat, Kamu Nggak Akan Kuat


Aluna sering merasa tertinggal, saat melihat kakaknya bisa mendapatkan sebuah prestasi tertentu. Misalnya, saat kakaknya terlihat lebih mudah mengerjakan soal matematika daripada dirinya. 


Lebih santai dan fleksibel


Dalam banyak kasus, anak kedua tidak menghadapi ekspektasi tinggi yang sering diberlakukan pada anak pertama. Ini bisa membuat mereka lebih santai dalam menghadapi tekanan. Namun, mereka juga bisa lebih keras pada diri sendiri untuk menunjukkan bahwa mereka bisa mencapai hal-hal besar.


Parenting yang Tepat untuk Anak Kedua


Karakteristik Anak Kedua dan Tips Parenting yang Tepat untuk Menghadapinya


Dengan karakteristik yang unik ini, tentu sebagai orang tua saya harus menerapkan pola asuh yang berbeda dari kakaknya. Berikut adalah parenting yang tepat untuk anak kedua. 


Berikan perhatian yang seimbang


Anak kedua sering kali merasa tersisih di antara saudara-saudara mereka. Karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan perhatian yang seimbang. 


Jangan biarkan anak kedua merasa harus bersaing untuk mendapatkan perhatian. Luangkan waktu berkualitas dengan mereka secara individual, sehingga mereka merasa dihargai dan dicintai tanpa harus bersaing.


Baca Juga : Ini Dia Pola Asuh Remaja yang Baik


Kalau saya sendiri, rutin membuat jadwal kencan dengan masing-masing anak. Ada waktu dimana saya hanya pergi dengan salah satu anak. Biar masing-masing anak mendapatkan perhatian yang utuh saat menghabiskan waktu bersama. Baik kepada anak pertama, maupun anak kedua. 


Dukung kreativitasnya


Anak kedua sering kali memiliki imajinasi yang tinggi dan cara berpikir yang kreatif. Dorong mereka untuk mengekspresikan kreativitas mereka melalui kegiatan seni, musik, atau hobi lain yang menarik minat mereka. 


Berikan ruang bagi mereka untuk mengeksplorasi minat dan bakat tanpa membandingkan dengan kakak atau adik mereka.


Bantu mengelola rasa kompetitif


Perasaan kompetitif pada anak kedua bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, hal ini bisa memotivasi mereka untuk berprestasi, tetapi di sisi lain, bisa menyebabkan frustasi jika tidak diatasi dengan benar. 


Orang tua perlu membantu anak kedua untuk memahami bahwa setiap orang memiliki kecepatan dan bakat yang berbeda. Bantu mereka fokus pada pengembangan diri mereka sendiri daripada selalu membandingkan dengan saudara.


Saat Aluna merasa tertinggal dari kakaknya saat belajar matematika, saya menguatkan dengan kehebatannya berolahraga. Aluna lebih jago berenang dibandingkan kakaknya. Saya berikan pengertian bahwa kakaknya memang suka belajar, jadi lebih mudah paham. Sedangkan dirinya, lebih tertarik aktivitas fisik, makanya lebih jago berolahraga. 


Jangan membandingkan dengan saudara lain


Hindari membandingkan anak kedua dengan saudara lainnya, baik dalam hal prestasi maupun kepribadian. Setiap anak unik, dan membandingkan mereka bisa memicu kecemburuan dan persaingan yang tidak sehat. 


Alih-alih, fokuslah pada kekuatan dan kelebihan anak kedua, serta dorong mereka untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri.


Saat ini saya fokus membimbing Aluna untuk mengasah kemampuan berenang. Dia ikut private class. Saya berharap dia bisa menjadi atlet renang. 


Ajarkan keterampilan sosial yang sehat


Meskipun anak kedua biasanya lebih sosial, penting untuk memastikan bahwa mereka memiliki keterampilan sosial yang sehat. Ajarkan mereka untuk menghargai diri sendiri dan orang lain, serta cara berkomunikasi secara efektif. Keterampilan ini akan sangat berguna saat mereka tumbuh dan menghadapi situasi sosial yang lebih kompleks di luar keluarga.


Meski lebih mudah bersosialisasi, Aluna lebih halus perasaannya. Dia mudah baper dengan perilaku orang lain. Inilah yang menjadi PR bagi saya. Bagaimana mengajarinya untuk tidak mudah terbawa perasaan saat bergaul dengan orang lain. 


Berikan tanggung jawab yang sesuai


Anak kedua sering kali mengambil peran yang berbeda dalam keluarga dibandingkan dengan anak pertama. Berikan mereka tanggung jawab yang sesuai dengan usia mereka, namun pastikan juga bahwa mereka tidak terbebani oleh ekspektasi yang tidak realistis. Dengan memberikan tanggung jawab yang sesuai, anak kedua dapat belajar untuk mandiri dan bertanggung jawab.


Tugas rumah tangga yang saya berikan untuk anak kedua biasanya adalah berbelanja di warung terdekat. Dia suka keluar rumah dan bertemu orang, jadi selalu senang jika diminta bantuan untuk berbelanja. 


Kesimpulan


Anak kedua memiliki karakteristik unik yang membedakan mereka dari saudara lainnya. Dengan memahami kebutuhan dan kepribadian mereka, orang tua dapat memberikan pola asuh yang lebih efektif dan mendukung perkembangan mereka secara optimal. 


Memberikan perhatian yang seimbang, menghindari perbandingan, dan mendukung kreativitas mereka adalah langkah-langkah penting dalam menghadapi anak kedua dengan cara yang tepat.


Nah, sekian cerita saya tentang karakteristik anak kedua dan bagaimana parenting yang tepat untuk menghadapinya. Apakah teman deestories punya tips lainnya dalam menghadapi anak kedua? Boleh lho share di kolom komentar. 


Terima kasih. 



13 komentar

  1. Tidak membandingkan anak ini sangat penting. Pengalaman saya sendiri nih punya kakak dan punya adik, rasanya sampai sekarang teringat bagaimana dulu kalau ada orang yang membandingkan
    Jangan sampai anak kita memiliki inner child yang belum bisa diselesaikan sampai berkeluarga. Kasihan nanti keluarganya

    BalasHapus
  2. Setuju..tidak membandingkan karena tiap anak punya kelebihan dan kekurangan. Lebih kurang sama nih, anak kedua saya juga lebih sosial, unggul dan olah fisik dibanding akademik dan lebih santai ananlknya.

    BalasHapus
  3. Wah kebetulan saya anak kedua nih, dibanding kakak terutama adik, saya cenderung introvert wkwkwk, tapi hebatnya orangtua tidak pernah membanding-bandingkan bahkan sampai kami dewasa dan punya kehidupan masing-masing, bagi ibu semua anaknya hebat dan punya keunggulan sendiri yang berbeda.

    BalasHapus
  4. Anak kedua saya introvert mbak. Bener2 di kamar gak suka gaul dan main kemana2. Ahaha. Setiap anak itu unik dan punya karakteristik sendiri

    BalasHapus
  5. Noted banget, bunda.
    Aku masih punya anak satu, tapi sejauh ini akutuh mikirnya malah takut gak bisa ngash anak pertama kash sayang kayak dl krna terbagi gtu sama adiknya hihi pemikiran yg salah sih.. stelah baca ini jd lumayan tercerahkan

    BalasHapus
  6. Setiap anak memang kharateristiknya sendiri2 ya mba..jadi gak bisa menerapkan parenting yg sama ke semua anak yaa dan bener banget jgn membanding2kan anak karena hal itu justru akan memicu kecemburuan yg apabila tdk diatasi demgan baik malah justru menyebabkan pertengkaran...

    BalasHapus
  7. Ya allah ilmu banget buat umma umma tentang Asli. Hadapi anak. Kedua sedikit berat dari anak ketiga.

    BalasHapus
  8. Tidak membandingkan dan memberikN kasih sayang dengan porsi yang pas. Mau adil aja tuh kalau ke anak bisa tetap dikomentari

    BalasHapus
  9. Memang sih anak kedua sering dibilang lebih ambisius. Karena biasanya mereka merasa sering dibandingkan dengan anak pertama. Itulah kenapa menurut saya jadi orangtua memang perlu sekali terus belajar adil (tidak harus sama) dan bisa memberikan pemahaman yang baik ke semua anak-anaknya ya.

    BalasHapus
  10. kalau aku kayaknya sama aja mbak anak pertama dan ke dua tantangannya. malah anak ke dua ini lebih ribet dari anak pertama soalnya susah banget makannya hedeh. kalau soal karakter kayaknya keduanya juga berbeda anak pertama itu cenderung plegmatis anak keduaku koleris yang mikir melulu kerjaannya

    BalasHapus
  11. Samaa banget kayak anak keduakuu..
    Aku kadang sering bilang "Ko bisa beda sih, dek.. kamu kalo ngliat masalah?"
    Jawabannya selalu simple "Mah, ana sama kakak itu beda generasi.. jadi wajar kalo POV kita beda. Apalagi sama mamah.."


    Ngeeeng!
    Berasa.. "Oh, okeeyy, aku tyda satu circle sama andaa.."
    Hahhaa.. tapi aku brusaha banget nyeimbangin cara mikirnya yang unik ini.

    Aluna, bestian ama Hana ama aku, KUY!

    BalasHapus
  12. Aku baru punya satu anak tapi sudah membayangkan kalau nanti anak kedua kayanya aku lebih santai dan ga terlalu kaget gimana dengan segala perkembangannya.
    Btw artikel ini relate sekali loh, karena aku anak kedua 🤣🤣🤣

    BalasHapus
  13. Ada beberapa ciri anak kedua yang sama nih mbak dengan anakku, tapi enggak semuanya sih. Sama2 mandiri seperti kakaknya, tapi anak keduaku malah sosialisasinya tertinggal jauh oleh kakaknya. Dia tipe pendiam soalnya, sedangkan kakaknya gaulnyaaaaa luar biasa hehehee..
    Tapi gapapa lah, ntar setelah dewasa Insya Allah semua anak2 kita akan bisa beradaptasi dengan baik.

    BalasHapus