Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Lelah dan Jenuh Urus Anak, Hati-Hati Ini Gejala Parental Burnout!

Parental burnout


“Kamu pernah nggak sih merasa capek dan bosan urus anak? “.


Sebuah pesan singkat di malam hari. Dari teman SMA saya yang sedang merasa lelah mengasuh anak semata wayangnya. Kami pun terlibat obrolan cukup panjang. 

Lelah dan jenuh mengurus anak, sebenarnya adalah perasaan yang wajar. Banyak orang tua mengalaminya, terutama para ibu. 

Namun, rasa ini tentu tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Sebab, bisa jadi ini adalah gejala parental burnout. 

Apa itu Parental Burnout? 

Menurut Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog, parental burnout merupakan kondisi ketika orangtua merasa secara mental kelelahan menjalani peran sebagai ayah dan ibu.

Mengasuh anak tentu saja pekerjaan yang tidak mudah. Setiap tahap perkembangan anak memiliki tantangannya tersendiri. Saat bayi, orang tua mungkin kelelahan bangun di malam hari karena bayi yang rewel dan ingin menyusu. Ketika anak memasuki masa remaja, tantangannya beda lagi. Orang tua harus menghadapi perubahan hormon anak akibat masa pubertasnya. 

Perasaan lelah dan jenuh seperti ini sebenarnya adalah hal yang wajar. Hanya saja, kuatnya stigma di masyarakat membuat orang tua jarang memvalidasi perasaan ini. Jika merasa lelah dan jenuh saat mengasuh anak, mereka merasa bersalah. Merasa tidak menjadi orang tua yang baik. 

Gejala Parental Burnout

Lelah dan jenuh saat mengasuh anak merupakan gejala munculnya parental burnout. Selain itu, ada beberapa geala lainnya :

  • Badan terasa selalu lelah sepanjang waktu
  • Ada perasaan tidak berdaya, putus asa, atau keraguan pada diri sendiri
  • Sakit kepala dan nyeri otot
  • Kehilangan motivasi
  • Perubahan nafsu makan atau kebiasaan tidur
  • Jadi mudah marah
  • Ingin menyendiri dan mudah menangis
  • Pikiran untuk bunuh diri dan melarikan diri.
  • Meningkatkan perilaku adiktif.
  • Memiliki masalah kesehatan.
  • Risiko kecemasan dan depresi lebih tinggi.
  • Mudah ​​marah dan frustasi.
  • Memiliki gangguan tidur
  • Meningkatnya frekuensi dan intensitas konflik antara pasangan
  • Risiko lebih tinggi dari perilaku mengabaikan dan kekerasan terhadap anak

Apa yang Harus Dilakukan Saat Mengalami Parental Burnout? 


parental burnout

Meski parental burnout adalah hal wajar, tentu saja perasaan seperti ini tidak boleh terus dibiarkan. Sebab, ini bisa mengganggu hubungan antara anak dan orang tua. Selain itu, bisa menurunkan produktivitas. Saat ibu merasa jenuh dan lelah dalam mengurus anak, cari tahu terlebih dahulu apa penyebabnya. 

Apakah hal itu muncul dari kondisi pribadi. Misalnya kelelahan mengurus pekerjaan rumah ataupun tuntutan pekerjaan kantor. Atau bisa juga karena faktor eksternal. 

Tuntutan masyarakat untuk menjadi ibu yang sempurna, bisa jadi salah satu penyebab munculnya parental burnout. Misalnya, memastikan anak makan dengan benar, kadang bisa membuat frustasi. Mulai dari menyiapkan menu hingga mengatur jadwal makan anak. 

Baca Juga : Parenting Tangan Besi, Apakah Efektif?

Terkadang, parental burnout bisa muncul saat orang tua punya ekspektasi terlalu tinggi. Orang tua perfeksionis rentan terkena parental burnout. 

Bila ibu atau ayah memiliki riwayat depresi sebelumnya, segera hubungi bantuan ahli saat terkena parental burnout. Agar tidak menimbulkan depresi yang lebih mendalam lagi. 

Tips Menghadapi Parental Burnout

  • Bila mengalami parental burnout, lakukan beberapa tips di bawah ini ;
  • Cari tahu sumber penyebab rasa lelah dan jenuh saat mengasuh anak. Atasi dulu penyebabnya. 
  • Komunikasikan dengan pasangan. Agar bisa menghadapi hal ini bersama-sama. 
  • Libatkan pasangan dalam mengasuh anak. Ingat, bikinnya berdua ngurusnya juga berdua. 


  • Bila memang kewalahan dalam mengasuh anak, tidak ada salahnya meminta bantuan pihak ketiga, seperti orang tua (kakek dan nenek) ataupun asisten rumah tangga. 
  • Pastikan memiliki waktu untuk me time. Terutama bagi ibu, ibu perlu memiliki waktu sendiri untuk bisa melakukan self care. 
  • Bergabung dengan komunitas orang tua. Cari grup suportif dari sesama orang tua. Agar bisa saling mendukung saat menjalani proses pengasuhan yang menantang ini. 

Bila memang sangat perlu, konsultasikan dengan ahlinya. Datangi psikolog untuk mendapatkan bantuan secara profesional dalam menghadapi parental burnout ini. 

Kesimpulan

Parental burnout merupakan kondisi ketika orangtua merasa secara mental kelelahan menjalani peran sebagai ayah dan ibu. Ini adalah perasaan wajar dan manusiawi. 

Saat mengalami parental burnout, bukan berarti telah menjadi orang tua yang buruk. Melainkan segera cari tahu akar masalahnya dan hadapi secara langsung. 

Baca Juga : Pentingnya Peran Ibu dalam Kurikulum Merdeka

Mengasuh anak memang menantang, tetapi tentu saja balasannya juga luar biasa. Ingat, anak adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. 

Semoga artikel ini bisa membantu semua teman deestories yang sedang mengalami kelelahan dan kejenuhan saat mengasuh anak. Jika ada yang ingin bercerita tentang parental burnout ini, boleh lho share di kolom komentar. 

Terima kasih. 


Tidak ada komentar

Posting Komentar