Beberapa hari lalu, saya ikut meleleh melihat postingan pasangan selebgram di sosial media. Postingan berupa video itu menunjukkan sang istri sedang makan, sementara suaminya menatap tak berkedip. Tatapan penuh cinta yang mendalam.
Duh, rasanya jadi ikut melting. Lalu merasa insecure. Haruskah jadi secantik selebgram itu agar bisa selalu ditatap penuh cinta oleh suami?
Tak hanya sibuk dengan perasaan sendiri, setelah melihat postingan itu, saya mendadak kesal dengan suami. Kenapa dia tidak pernah menatap saya seperti itu? Apakah karena saya tidak cantik? Atau mungkin dia sudah tidak cinta lagi? Mulai deh overthinking.
Sebenarnya adalah wajar jika pernah merasakan orang memiliki sesuatu yang lebih dari kita. Perasaan iri pun muncul. Namun, tentu saja hal ini bisa jadi boomerang dalam rumah tangga. Ketika kita mulai membandingkan pasangan dengan orang lain.
Benarkah pasangan lain tersebut lebih bahagia dari kita? Benarkah rumput tetangga lebih hijau?
Rumput Tetangga Lebih Hijau
Istilah Rumput Tetangga Lebih Hijau, sering digunakan untuk menyebutkan pandangan seseorang atas sesuatu, bisa berupa harta, jabatan, prestasi, pasangan, anak, dan lain-lain, yang dimiliki orang lain dan terlihat seolah lebih baik atau lebih indah daripada apa yang dia miliki.
Sebuah peribahasa Indonesia yang memiliki arti “tidak puas dengan apa yang dimiliki, melihat orang lain yang sepertinya lebih baik”.
Banyak orang merasa kalau ‘rumput tetangga lebih hijau’. Padahal secara makna, tersirat kata ‘tampak’. Sehingga utuh jika dimaknai bahwa rumput yang terlihat itu hanya tampaknya saja lebih hijau.
Sebuah fatamorgana pikiran atau ilusi kita semata. Dalam bahasa Jawa diistilahkan sebagai sawang sinawang.
Sawang Sinawang
Sawang berarti pandang, lihat. Setelah mengalami pengulangan menjadi sawang sinawang berarti pandang memandang atau saling pandang. Begitulah makna etimologis ungkapan Jawa wang sinawang. Secara filosofis, wang sinawang bermakna saling menilai orang lain dan biasanya memandang orang lain lebih baik atau beruntung dari diri sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin pernah mengalami ini. Memiliki kecenderungan untuk memandang, membandingkan diri (sesuatu yang kita miliki) dengan orang lain, kemudian merasa yang dimiliki orang lain lebih baik. Yang lain selalu ‘lebih berlian’ dari pada ‘pasir’ untuk dirasakan. Padahal bisa jadi orang lain memandang kita memiliki ‘berlian’ yang berbentuk butiran laksana pasir. Dan ternyata kita tidak sadar kalau ternyata kita memang memiliki itu.
Baca Juga : Saat Pernikahan Terasa Membosankan, Lakukan 5 Hal ini Agar Kembali Bergairah
Dalam konteks ini, saya melihat rumah tangga orang lain lebih bahagia. Mereka nampak sebagai pasangan yang sempurna. Secara fisik, sang istri cantik, suaminya ganteng. Punya status sosial tinggi di masyarakat. Dan selalu menampilkan kemesraan dan keharmonisan di depan umum. Sempurna banget pokoknya!
Cintai Pasangan, Karena Rumput Tetangga Lebih Hijau itu Hanya Ilusi
Sudah lama saya mengagumi selebgram tersebut. Mereka adalah pasangan yang bahagia dan romantis. Jadi couple goals banget!
Eh tapi kemudian, ada teman berkabar. Bahwa itu semua palsu. Info A1 bilang bahwa suaminya ternyata pernah selingkuh!
Hiyaa, ambyar semua kekaguman saya. Memang semua yang terlihat di kamera tak selalu seperti kenyataan.
Tak hanya pasangan selebgram tersebut, ada banyak contoh di masyarakat, rumah tangga yang terlihat harmonis dan bahagia ternyata bisa hancur. Bercerai karena orang ketiga. Banyak contohnya.
Saya pun merasa bersalah dengan suami. Bisa-bisanya saya membandingkan dia dengan orang lain. Kemudian jadi banyak bersyukur. Tidak apa-apa meski suami jarang menatap penuh cinta. Tidak apa-apa suami tidak romantis. Yang penting, suami tidak selingkuh dan selalu bertanggungjawab kepada keluarga.
Suami saya tentu bukan orang yang sempurna. Begitu juga saya. Adalah hal yang tidak adil bila saya membandingkannya dengan orang lain.
Baca Juga : 5 Fakta Tersembunyi yang Bikin Pernikahan Bahagia
Ini membuat saya tersadar. Jangan terlalu silau dengan apa yang dimiliki orang lain. Sebab, kita tidak pernah tahu apa yang ada dibaliknya.
Daripada terus silau dengan apa yang dimiliki oleh orang lain, alangkah lebih baik jika fokus pada yang sudah dimiliki.
Karena rumput tetangga hanya tampaknya saja lebih hijau, kenapa kita tidak lebih fokus pada memupuk dan merawat rumput kita sendiri.
Fokus pada bagaimana senantiasa memperbaiki diri dan pasangan kita. Menerima setiap kekurangan dan kelebihannya menjadi paduan sempurna dalam kehidupan kita.
Jika kembali pada analogi rumput, maka lebih baik menghijaukan rumput sendiri daripada selalu melihat rumput tetangga.
“You may think the grass is greener on the other side, but if you take the time to water your own grass it would be just as green.”
Sepakat?
Setuju mbk, mari menghijaukan rumput kita sendiri. Kadang, tapi sering sih ngerasa kalo lihat postingan seseorang dengan pasangannya yang terlihat harmonis itu kayak adem banget ahahaha. Tapi habis itu nyeletuk, ah sawang sinawang ahahaha
BalasHapusSepakat! Jika saat ini memang rumput tetangga tampak lebih hijau, mending minta tipsnya aja buat diterapkan ke rumput sendiri
BalasHapusPadahal mungkin tetangga juga lihat rumput kita lebih hijau... hihihi... ketimbang membandingkan memang jauh lebih baik memperbaiki halaman sendiri... karena yang akan pulang ke rumah itu kan kita, brarti kita yang harus membuat keluarga kita aman dan nyaman...
BalasHapusAahhh iya aku juga mengalami hal yg sama. Lihat pasangan di medsos seringkali bikin overthingking emang, huhu. Harus lebih bersyukur lagiii.
BalasHapusbetul mba, setuju sekali kadang kala kita terlena melihat 'tetangga' padahal rumput kita lebih indah juga lho dipandang mereka wkwk. Dan lagi medsos banyak tipuan belaka ya mba, namanya juga panggung ya yang ditampilkan pasti lah yang bagus2 hehe
BalasHapusApalagi kalau di medsos, terkadang gak bisa mempercayai 100%. Ada juga yang hanya berupa 'kosmetik'. Padahal aslinya gak begitu. Tapi, memang suka ada aja yang terpengaruh hehehe
BalasHapusSaya udah berhenti memperhatikan tetangga sejak punya anak kedua, apalagi memperhatikan rumputnya, hahahaha.
BalasHapusMungkin saya udah tuwah kali ya, jadi udah sadar betul bahwa semua manusia punya struggle-nya masing-masing.
Jangankan mau iri sama rumput tetangga, mau berharap saya tukaran tempat dengan orang pun, enggak mau.
Karena pasti akan ketemu masalah yang mungkin jauh lebih besar
Sependapat sekali mba. Rumput tetangga terlihat jauh lebih hijau dari kejauahan. Apalagi yang ditampakkan pada social media rata-rat memang tentang kebahagiaan, keromantisan, keharmonisan. Padahal kita gak pernah tau aslinya seperti apa.
BalasHapusJadi memang lebih bijak apabila berusaha menghijaukan rumput sendiri dengan usaha dan upaya yang benar. Tanpa kepusingan sama kondisi rumput tetangga apalagi yang tampak di socmed.
Mungjin kelihatan lebih hijau karena kurang bersyukur kali ya dengan apa yang dimiliki. Padahal lebih bagus kan punya sendiri
BalasHapusSawang sinawang mah selalu ada yah, jatohnya malah kurang bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang. Apalagi ngelihat rumput tetangga yang lebih hijau, padahal itu rumput sintetis! Apa yang kita lihat di medsos emang hanya sebagian aja dari keseharian seorang public figure sih.
BalasHapusSetuju srkali kak, lebih baik menghijaukan rumput kita sendiri agar kita merasa nyaman bila pulang ke rumah, daripada melihat rumput orang lain yg katanya lebih hijau (padahal belum tentu).
BalasHapusMemang benar semua yang terlihat di kamera terkadang nggak benar. Kadang itu hanya sekadar kamuflase atau konten semata. Jadi jangan silau dengan rumput tetangga, lebih baik hijaukan saja rumput sendiri
BalasHapusAah, pesannya ini ya, Di..
BalasHapusRajin menyiram ((merawat)) kebun sendiri agar rumput kita tidak kalah hijaunya dengan rumput tetangga.
Bagus banget message-nya, Di.
Bersyukur juga kalau musibah itu tidak menimpa rumah tangga kita.
Semoga lurus lurus aja.. baik-baik aja dan dalam lindungan Allah subhanahu wa ta'ala.
mungkin karena aku selalu berprinsip hidupku adalah yang terbaik, alhamdulillah kalimat rumput tetangga lebih hijau itu gak pernah terpikir karena aku tahus emua orang pasti punya tantangan tersendiri
BalasHapusiya nih. kadang konten pasutri yang romantis itu suka bikin kita membandingkan ya kehidupan mereka dengan kehidupan kita. padahal ya namanya konten mana tahu itu benar apa nggak. belum lagi bahaya ain juga mengintai orang-orang yang pamer suaminya yang romantis itu. heu
BalasHapusMeski masih suka oleng lihat hijaunya rumput tetangga, tetapi saya setuju dengan pendapat, Mba. Berhenti membandingkan akan mendatangkan syukur.
BalasHapusMemang seperti itulah ya mba, terkadang melihat kehidupan orang lain lebih baik. Nyatanya setiap umah memiliki kesulitan tersendiri.
BalasHapusSeetuju banget. Apa yang terlihat lebih indah itu sebenernya hanya sawang sinawang. Kita cuma tahu casing luarnya saja. Kayak pasangan kita. Allah sudah menciptakan dialah yang paling sempurna untuk kita. Karena dia tahu segala tentang kita. Semoga kita selalu bisa jadi orang yang bersyukur ya.
BalasHapus