Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Anak Tanpa Ayah, Sebuah Bom Waktu yang Mengintai

 

Fatherless




Pagi ini, grup WhatsApp kesayangan riuh dengan kasus anak seleb yang sedang ramai di sosial media. Anak seleb tersebut membuat heboh dengan konflik berkepanjangan antara dirinya dan ibunya. Dia banyak melakukan hal-hal yang bisa disebut menyimpan secara sosial. Tentu ada banyak faktor mengapa anak ini berbuat hal-hal tersebut. Salah satunya, ketidakhadiran ayah dalam hidupnya. Sejak kecil, dia diasuh oleh ibunya. Publik bahkan tidak tahu siapa ayah dari anak ini. 


Tentu saja ini hanya satu contoh kasus. Ada banyak kasus di masyarakat, dimana ketidakhadiran ayah menjadi salah satu penyebab anak melakukan perilaku menyimpang. Fenomena ini disebut dengan fatherless. 


Banyak penelitian menyebutkan bahwa, fatherless mempengaruhi tumbuh kembang anak secara signifikan. Anak yang tumbuh tanpa ayah, layaknya sebuah bom waktu yang akan meledak kapan saja.


Fatherless, Ketika Anak Tumbuh Tanpa Ayah


Fatherless adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan anak yang tumbuh dan berkembang tanpa kehadiran ayah, baik secara fisik, psikologis, maupun finansial. 


Secara fisik, fatherless berarti anak tidak memiliki ayah yang tinggal bersamanya. Anak tersebut mungkin tinggal bersama ibu, nenek, atau pengasuh lainnya. 


Secara psikologis, fatherless berarti anak tidak memiliki hubungan yang dekat dengan ayahnya. Ayah mungkin tidak terlibat dalam pengasuhan anak, atau anak mungkin tidak merasa dekat dengan ayahnya.


Sedangkan secara finansial, artinya anak tidak diberi nafkah oleh ayahnya. Ayah tidak bertanggung jawab memenuhi kebutuhan hidup anak. 


Fatherless



Tentu saja hal ini adalah kondisi yang tidak ideal. Bagaimanapun, tumbuh kembang seorang anak membutuhkan kehadiran kedua orang tuanya, baik ayah maupun ibu. 


Mirisnya, Indonesia bahkan menjadi negara dengan jumlah keluarga fatherless terbanyak di dunia. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) tahun 2021. Sekitar 20,9% anak-anak di Indonesia tumbuh tanpa kehadiran ayah. 


Selain itu, menurut data Susenas 2021, jumlah anak usia dini di Indonesia mencapai 30,83 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 2,67% atau sekitar 826.875 anak usia dini tidak tinggal bersama ayah dan ibu kandung. Kemudian, 7,04% atau sekitar 2.170.702 anak usia dini hanya tinggal bersama ibu kandung.


Mengapa Ayah Tidak Ada? 


Fatherless disebabkan oleh beberapa hal, seperti kematian ayah, perceraian orang tua, atau ayah yang tidak bertanggung jawab. Bila memang ayah telah meninggal dunia, hal ini tentu diluar kuasa manusia. 


Namun, kebanyakannya ketidakhadiran ayah ini karena konstruksi sosial di masyarakat. Indonesia adalah negara dengan sistem patriarki yang kuat. Dari generasi ke generasi, sudah diwariskan bahwa ayah adalah pencari nafkah utama, sedangkan ibu bertugas mengasuh anak. 


Pola pikir seperti inilah yang membuat banyak anak kehilangan sosok ayahnya. Ayahnya ada namun terasa tiada. 


Kesibukan bekerja sering menjadi alasan mengapa banyak ayah yang enggan terlibat dalam pengasuhan. Menurut mereka, kelelahan dalam mencari nafkah sudah menjadi bentuk tanggung jawab sebagai seorang ayah. 


Baca Juga : Hari Keluarga Nasional, Ciptakan Keluarga Berkualitas Indonesia Emas


Memang hal tersebut benar, namun perlu diingat, bahwa anak tidak hanya membutuhkan dukungan secara finansial saja. Anak juga butuh perhatian dan kasih sayang dari ayah. 


Dampak Fatherless bagi Tumbuh Kembang Anak


Memangnya, seserius apa sih dampak fatherless ini bagi anak? Oh, tentu sangat serius. 


Fatherless



Berikut beberapa dampak fatherless bagi tumbuh kembang anak. 


Kesehatan mental yang rentan


Penelitian yang dilakukan oleh Hasida (dalam Sonna, 2007), mengatakan bahwa remaja yang memiliki kedekatan dengan ayahnya cenderung lebih optimis, percaya diri, serta mampu menyelesaikan masalah-masalah sebelumnya. 


Berbeda dengan remaja yang kurang dekat dengan ayahnya, mereka cenderung pesimis dan tidak mampu bertanggung jawab atas hidupnya. 


Ayah memiliki peran sebagai pemberi motivasi, fasilitas, dan juga penengah masalah bagi anaknya. Anak yang tumbuh dengan kondisi fatherless, akan mudah merasakan rendah diri, mengalami keterlambatan dalam kematangan psikologis, cenderung lari dari masalah, dan juga kurang bisa dalam mengambil keputusan. 


Terlibat perilaku menyimpang


Anak-anak yang tumbuh tanpa ayah cenderung terlibat perilaku menyimpang. Sebuah penelitian bahkan menunjukkan bahwa, anak-anak fatherless terlibat dalam kejahatan dengan kekerasan (85 persen remaja yang tinggal dalam keluarga fatherless). 


Baca Juga : Ketahui Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Kenakalan Remaja


Ketika emosionalnya belum matang, saat menemui masalah anak akan akan mencari pelarian atau menghindarinya. Terkadang dengan cara cepat menghindari masalah dengan memilih jalan yang salah. Anak yang mengalami masalah mental bisa terjerumus pada penggunaan alkohol, narkoba bahkan melakukan tindak kriminalitas.


Anak selebriti yang saya singgung di atas contohnya. Dia banyak melakukan perilaku menyimpang. Mulai dari sering berkata kasar, mabuk-mabukan, bahkan terlibat dalam pergaulan bebas. 


 Mengancam kesehatan fisik


Ketidakhadiran ayah dalam pengasuhan tidak hanya menimbulkan luka batin yang serius. Kondisi fatherless bahkan bisa mengancam kesehatan fisik anak. 


Anak-anak yang mengalami fatherless melaporkan lebih banyak gejala kesehatan psikosomatis dan penyakit seperti nyeri akut dan kronis, asma, sakit kepala, dan sakit perut.


Penutup


Fatherless merupakan kondisi yang memprihatinkan. Tentu saja kita semua harus bisa melepaskan diri dari fenomena fatherless ini. 


Bagi setiap orang tua, terutama ayah, yuk sadari betapa pentingnya peran yang dimiliki dalam proses pengasuhan anak. Anak hadir karena perbuatan dua orang tua, tentu saja harus ditanggung jawabi secara bersama. Bikinnya berdua, urusnya juga harus berdua. 


Fatherless memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap tumbuh kembang anak. Perkembangan anak secara fisik dan mental bisa terganggu karena tidak hadirnya ayah dalam kehidupannya. 


Baca Juga : Main Sama Bapak, Kuatkan Hubungan Keluarga


Fatherless ini seperti bom waktu yang mengintai. Suatu saat akan meledak dan tentu saja ini bukan hal yang baik untuk kehidupan anak. 


Sekian cerita saya tentang fatherless ini. Sebenarnya masih banyak hal yang ingin saya ceritakan. Mungkin, di tulisan berikutnya, ya! 


Bagaimana dengan teman deestories? Apa pendapat teman-teman tentang fatherless ini? Yuk, sharing di kolom komentar, ya! 


Terima kasih… 

2 komentar

  1. Keren buk... 👍👍

    BalasHapus
  2. Ditambah pula ibunya mungkin ga bisa merawat dan memberi contoh yg baik ke anak ya mba. Makinlah menjadi dia. Kasian sih. Temenku yg ayahnya sudah meninggal sejak dia masih bayi, tumbuh jd anak yg baik, sukses, pintar. Tapi aku lihat krn ibunya juga dedikasi tinggi merawat dan mendidik dia. So walaupun ga ada figur ayah dj sana, dia bisa belajar dari sosok ibunya yg merangkap sebagai ayah juga.

    Beda cerita kalo si ibu ga bisa sepenuh hati merawat dan mendidik. 😔. Anaknya pun ga ada figur yg baik untuk dicontoh dan jadi panutan

    BalasHapus