Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Rengkuh Banyu Mahandaru, Menebar Berkah dari Pelepah

 


Rengkuh Banyu Mahandaru, Menebar Berkah dari Pelepah


Halo, teman deestories! 

Siapa diantara teman-teman di sini yang suka jajan? Ah, pasti hampir semua suka jajan, ya! Buat yang suka beli jajan terutama secara online, pasti akrab dengan kemasan sekali pakai seperti plastik maupun styrofoam, ya. Semakin banyak jajan yang kita beli, semakin banyak sampah kemasan sekali pakai yang kita hasilkan. Jadi merasa bersalah tiap jajan, ya! Ternyata keresahan ini juga dialami oleh Rengkuh Banyu Mahandaru, pemuda dari Jakarta ini resah dengan penggunaan kemasan sekali pakai. Ini membuatnya berinovasi hingga mendirikan startup ramah lingkungan, Plepah. 


Sampah Kemasan Sekali Pakai yang Semakin Mengkhawatirkan


Penggunaan kemasan sekali pakai seperti plastik dan styrofoam sangat lumrah dalam kehidupan sehari-hari. Nilainya yang lebih ekonomis membuat kemasan sekali pakai banyak dipilih oleh para penjual jajanan. 


Akibatnya, jumlah sampah kemasan sekali pakai ini semakin bertambah. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional milik Kementerian LHK, pada tahun 2022, Indonesia menghasilkan sekitar 68,5 juta ton sampah dan sekitar 18,5 persen dari volume sampah tersebut berupa sampah plastik.


Rengkuh Banyu Mahandaru

Sampah kemasan sekali pakai | Kompas


Bagaimana dengan styrofoam? Sama saja. Jumlahnya terus bertambah setiap tahunnya. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah melakukan penelitian di 18 kota utama Indonesia. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa sebanyak 270.000 hingga 590.000 ton sampah masuk ke laut Indonesia selama 2018. Dari jumlah sampah tersebut, didominasi oleh styrofoam.


Tentu saja semua ini tidak bisa  terus dibiarkan. Keberadaan sampah kemasan sekali pakai ini tak hanya merusak lingkungan, tetapi bisa mengancam kehidupan manusia itu sendiri. 


Rengkuh Banyu Mahandaru, Resah Akan Sampah


Bukan hanya saya yang resah akan kehadiran sampah kemasan sekali pakai ini. Keresahan ini juga dialami oleh Rengkuh Banyu Mahandaru. Kisahnya saya dengar dari hasil wawancaranya dalam sebuah podcast bersama Helmy Yahyah. Rengkuh pun bercerita tentang keresahannya terhadap kemasan sekali pakai ini. 


Saat memesan makanan secara online, dia miris dengan jumlah kemasan sekali pakai yang muncul. Bayangkan, dia hanya membeli satu porsi nasi ayam geprek. Namun, ada 3 styrofoam yang datang. Nasi, ayam, dan sambalnya dipisah. Satu porsi nasi ayam geprek, menghasilkan 3 sampah styrofoam! 


Rengkuh pun terdiam. Dia merenung. Akan lebih baik jika ada kemasan yang lebih ramah lingkungan. Agar tidak ada lagi sampah styrofoam ini. 


Ini kemudian mendorong Rengkuh merintis sebuah startup ramah lingkungan, Plepah. Plepah bergerak di kemasan ramah lingkungan yang berbahan dasar pelepah pohon pinang. 



Plepah, Startup Ramah Lingkungan


Plepah startup ramah lingkungan | @plepah_id


Mendirikan startup ramah lingkungan tidak pernah ada dalam pikiran Rengkuh. Dia bukanlah penggiat lingkungan, melainkan pekerja kantoran biasa. Namun, pengalaman hidup membawanya mendirikan Plepah, perusahaan yang berfokus pada kemasan ramah lingkungan. 


Berawal dari keresahan pribadi


Keresahan Rengkuh terhadap kemasan sekali pakai, khususnya styrofoam tak berhenti saat memesan makanan secara online saja. Saat melakukan perjalanan ke Wakatobi, Rengkuh kembali dikejutkan dengan menumpuknya sampah styrofoam ini. 


Ketika menyelam di Wakatobi, Rengkuh melihat sampah styrofoam bertaburan di laut. Laut yang seharusnya penuh dengan ikan, malah dipenuhi oleh styrofoam. 


Rengkuh semakin semangat untuk bisa menciptakan produk kemasan ramah lingkungan. Dia pun melakukan riset hingga ke luar negeri. 


Perjalanannya ke India memberikan dia insight menggunakan bahan alam untuk menghasilkan produk kemasan ramah. Saat jalan-jalan ke India, dia melihat orang-orang yang makan dengan alas daun, setelah makan semuanya bisa langsung dibuang, termasuk alasnya. Dan tentu saja, karena dibuat dari bahan alam, akan mudah terurai dan tidak merusak lingkungan. 


Rengkuh pun menyadari, tradisi makan dengan alas daun juga dikenal di Indonesia. Di Indonesia sendiri, daun pisang dan daun jati seringkali dijadikan wadah makanan. Hanya saja, kelemahan dari alas makan seperti ini adalah tidak tahan lama dan kurang estetik. 


Mengubah limbah menjadi berkah


Rengkuh Banyu Mahandaru

Pelepah Pinang | @plepah_id


Setelah melalui riset yang panjang, Rengkuh memutuskan menggunakan pelepah pohon pinang. Pelepah pinang yang biasanya dianggap sampah oleh warga sekitarnya, disulap menjadi barang yang tepat guna. 


Pohon pinang ada banyak di Jambi. Selama ini, pelepah pinang tidak pernah dimanfaatkan oleh masyarakat. Kebanyakan akan dibakar. 


SATU Indonesia Awards

Produk Plepah | @plepah_id


Pendirian Plepah oleh Rengkuh tak hanya menghadirkan solusi untuk menghasilkan kemasan yang ramah lingkungan saja, tetapi juga mengubah limbah jadi berkah. 


Pelepah pinang yang dulunya dianggap limbah dan tidak berguna, bisa menjadi barang yang lebih bernilai. Sekaligus bisa menambah penghasilan bagi masyarakat sekitar. 


Menuju Bisnis yang Berkelanjutan dan Menguntungkan


Perjalanan Plepah sejak tahun 2018 hingga kini tentu saja tidak mudah. Tantangan demi tantangan terus dihadapi oleh Rengkuh. Namun, tentu saja tidak ada kata menyerah. Plepah terus bergerak menuju bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan. 


Memanfaatkan potensi lokal


SATU Indonesia Awards

Pohon pinang | @plepah_id


Jambi dikenal sebagai daerah penghasil pinang. Ada dua kabupaten yang memiliki kebun pinang terbesar di Jambi yakni Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) dan Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim).


Menurut data BPS 2018, di Jambi luas kebun pinang ada 20.694 Ha. Dari luasan itu diperkirakan ada 200 jutaan pelepah pinang per tahun.


Menurut penelitian Yernisa dan Fera Oktaria dari Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Jambi, pelepah daun pinang mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin sebagai bahan utama penyusunnya. Selulosa merupakan salah satu biopolimer yang menyusun bahan kemasan.


Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh Rengkuh. Dia pun membuka pabrik pertamanya di sini. Pemilihan lokasi pabrik yang berdekatan dengan supply bahan baku bertujuan memotong rantai emisi karbon yang dihasilkan selama proses produksi. 


Tantangan yang dihadapi


Tentu saja semua tidak berjalan mulus begitu saja. Kehadiran Plepah sebagai startup ramah lingkungan tak lepas dari tantangan yang ada. 


Tantangan pertama datang dari masyarakat sekitar. Selama ini, masyarakat menganggap bahwa pelepah pinang adalah limbah yang tak berguna. 


Awalnya, Rengkuh kesulitan untuk menyakinkan masyarakat agar mau bekerjasama menyediakan bahan baku. Rengkuh tak lelah meyakinkan masyarakat untuk memanfaatkan pelepah pinang sebagai sumber pemasukan tambahan. 


SATU Indonesia Awards

Pak Asnawi, salah satu petani mitra Plepah | @plepah_id


Upaya ini membuahkan hasil. Saat ini, sekitar 30-40 kepala keluarga di Desa Mendis, Musi Banyuasin, dan Tanjung Jabung Timur di Jambi mendapat manfaat ekonomi dari produksi Plepah, dengan peningkatan pendapatan bulanan mencapai Rp 750 ribu hingga Rp 1,5 juta.


Tantangan tak hanya dari sektor produksi, pemasaran produk Plepah ini juga cukup menantang. Tentu saja sangat sulit meyakinkan pemilik usaha untuk mengganti kemasannya dengan produk dari Pelepah ini. 


Harga kemasan sekali pakai, seperti styrofoam sangat murah. Satu buah styrofoam dibanderol dengan harga Rp. 250 saja. Sedangkan kemasan dari Plepah ini harganya mulai dari Rp. 3.000.


Meski harganya lebih mahal, tentu saja produk kemasan dari Plepah ini punya banyak keunggulan. Selain lebih ramah lingkungan, produk ini memiliki kelebihan karena bisa terurai dalam 60 hari, tahan air, dan aman untuk dipanaskan di microwave hingga 200 derajat Celcius atau di oven selama 45 menit. Setiap unit juga disterilkan dengan UV sebelum distribusi.


Perubahan mindset sangat diperlukan, agar masyarakat bisa beralih ke kemasan yang ramah lingkungan. Tak sekadar melihat mahal atau tidaknya, tetapi juga memikirkan benefit di masa depan. 


Selayaknya perusahaan rintisan, akses permodalan juga menjadi tantangan dalam perjalanan Plepah. Awalnya, Rengkuh kesulitan mendapatkan modal yang bankable. Plepah membutuhkan investasi baik dari lembaga atau perorangan untuk mempercepat peningkatan kapasitas produksi.


From lokal to global


SATU Indonesia Awards

Salah satu mitra bisnis Plepah | @plepah_id


Tak disangka, di tengah banyaknya tantangan yang ada, Plepah terus bertumbuh. Kehadiran Plepah mulai diterima oleh masyarakat. 


Permintaan pasar meningkat, seiring meningkatnya gaya hidup ramah lingkungan di masyarakat. Semakin banyak masyarakat yang sadar dan memilih produk yang ramah lingkungan, termasuk untuk wadah kemasan. 


SATU Indonesia Awards

Plepah terus bertumbuh | @plepah_id


Dalam sebulan, plepah.id bisa menghasilkan 120 ribu pieces untuk memenuhi permintaan pasar. Dari penjualan tersebut, Plepah pun bisa meraup omset Rp 200 juta hingga Rp 300 juta untuk penjualan di dalam negeri.


Kehadiran Plepah dalam sebuah pameran teknologi internasional di Jerman, menjadi pintu pasar global. Saat ini Plepah secara rutin memenuhi permintaan dari luar negeri. 


Menuju Bisnis yang Berkelanjutan Sekaligus Menguntungkan


Kehadiran Plepah memang diawali dari keresahan akan kelestarian lingkungan. Plepah adalah salah satu contoh startup yang ramah lingkungan. 


Rengkuh ingin bisnis berkelanjutan ini juga menguntungkan secara finansial. Oleh karena itu, Rengkuh tak lelah untuk terus berinovasi. 


Penghargaan SATU Indonesia Award


Upaya Rengkuh mengembangkan Plepah mendapatkan perhatian dari ASTRA. Startup ramah lingkungan ini menjadi salah satu pemenang SATU Indonesia Awards 2023. Rengkuh Banyu Mahandaru mendapatkan kategori kelompok, “Pejuang Lingkungan Bermodal Limbah Pelepah” dari Provinsi DKI Jakarta. 


SATU Indonesia Awards

Menerima SATU Indonesia Awards | Kompas



Kemenangan ini tentu menjadi hal baik bagi Plepah. Setelah menjadi salah satu pemenang SATU Indonesia Awards 2023, masyarakat semakin mengenal Plepah. 


Ini juga menjadi kesempatan bagi banyak pihak yang ingin berkolaborasi bersama. Rengkuh tidak menutup kesempatan kepada para pihak yang ingin ikut berkontribusi dalam mengembangkan startup ini. 



SATU Indonesia Awards

Plepah bertumbuh bersama berkarya dan berkelanjutan | @plepah_id




Bagi Rengkuh, kolaborasi adalah kunci kesuksesan bisnis. Kolaborasi bersama ini akan bisa membuat Plepah semakin diterima oleh masyarakat, baik secara lokal maupun global. 



Bersama berkarya berkelanjutan


Sejak awal, pendirian Plepah ini tak lepas dari dukungan masyarakat disekitarnya. Selama hampir enam tahun terakhir ini, Plepah telah membantu masyarakat Jambi memanfaatkan limbah menjadi berkah. 


Masyarakat bisa mendapatkan penghasilan tambahan di luar pekerjaan bertaninya. Tentu saja ini ujung-ujungnya bisa menggerakkan ekonomi di daerahnya pula. 


SATU Indonesia Awards

Plepah bersama Vice Minister for Science Technology, and Innovation Policy og Japan, Hiroki Matsuo di Pabrik Cibinong| @plepah_id



Tahun 2024, Plepah membuat sebuah terobosan baru. Mendirikan pabrik di daerah Cibinong. Pendirian pabrik ini menjadi langkah nyata untuk memenuhi produksi berdasarkan permintaan pasar. 


Plepah juga berusaha menurunkan harga agar mendekati harga jual alat pembungkus lain seperti karton ataupun styrofoam. Dengan demikian masyarakat dapat beralih kepada kemasan alami produksi Plepah tanpa perlu mengeluarkan biaya tinggi. 


Kerjasama dengan banyak pihak juga terus dilakukan, mulai dari sektor hulu hingga hilir. Rengkuh ingin pelepah bertumbuh bersama, berkarya, dan berkelanjutan. 


Harapannya Plepah bisa mengatasi persoalan sampah kemasan sekali pakai sekaligus menggerakkan ekonomi masyarakat. Rengkuh ingin startup ini terus menebar berkah dengan pelepah. 


#BersamaBerkaryaBerkelanjutan #KitaSATUIndonesia

29 komentar

  1. Cakep banget nih idenya mas Rengkuh dengan brandnya Plepah.
    Karena sejatinya bisnis bukan hanya masalah laba, tetapi juga menjawab keresahan masyarakat akan isu sampah yang tak kunjung terpecahkan.
    Kalau bukan anak muda yang idealis seperti mas Rengkuh, siapa lagi?
    Salut~

    BalasHapus
  2. Selain kreatif, inovasi ini juga memiliki tujuan yang visioner. Tidak heran kalau inovasi ini menjadi salah satu pemenang SATU Indonesia Awards 2023. Kerenlah pokoknya.

    BalasHapus
  3. keren banget mbaa....semoga plepah semakin dikenal dan semakin banyak yang memanfaatkan produk ini terutama para penjual makanan...dan masyarakat harus semakin aware dengan produk2 ramah lingkungan..klo bukan kita siapa lagi yang akan menjaga lingkungan kita :)

    BalasHapus
  4. Ikut pusing juga setiap beli makanan take away bungkusnya styrofoam..Kebayang sampah yang numpuk dan merusak lingkungan. Salut untuk Rengkuh dengan Plepah-nya yang bisa bantu mengatasi persoalan sampah kemasan sekali pakai sekaligus menggerakkan ekonomi masyarakat. Inspiratif sekali inii. Semoga bisa dikembangkan dan dipakai secara lebih meluas nanti

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walaupun di Bandung udah ada larangan take away pakai styrofoam, tapi satu-dua masih ada aja sih yg pakai ini. Keren banget kalau plepah harganya lebih terjangkau, jadi bisa menggantikan kemasan sekali pakai yg tidak ramah lingkungan...

      Hapus
  5. Wah senangnya bermunculan start up-start up di bidang lingkungan. Semoga Plepah termasuk dalam start up yang survive ya di tengah tantangan dan situasi ekonomi. Indonesia butuh banyak start up pro bidang lingkungan.

    BalasHapus
  6. Yap bener banget sampah plastik masih menjadi PR serius, terutama plastik kemasan makanan, syukurlah sudah ada inovasi untuk mengembangkan kemasan agar lebih ramah lingkungan, semoga start up yang sudah berdiri ini akan terus berkembang sehingga lingkungan bisa terselamatkan dari tumpukan sampah plastik yang selalu bertambah setiap waktu.

    BalasHapus
  7. Salut pada anak muda yang peduli lingkungan begini. Terinspirasi dari kemasan dengan kearifan lokal saat ke India hingga muncul ide pendirian Plepah oleh Rengkuh yang tak hanya menghadirkan solusi untuk menghasilkan kemasan yang ramah lingkungan saja, tetapi juga mengubah limbah jadi berkah. Keren!!

    BalasHapus
  8. Salut dengan orang-orang yang hidupnya benar-benar bermanfaat seperti Rengkuh ini. Ide kreatifnya membawa banyak kebaikan. Bagi warga sekitar, bagi lingkungan, dan bagi masyarakat sebagai pengguna produknya secara luas. Walau banyak tantangan, saya yakin orang-orang akan mulai beralih ke kemasan Plepah dan sejenisnya.

    BalasHapus
  9. Keren banget idenyaaa! Berawal dari keresahan akhirnya berinovasi dan berusaha untuk membuat perubahan. Walo menghadapi berbagai rintangan, semoga bisa lancar dan masyarakat semakin aware tentang isu lingkungan yaaah. Mengganti stereofoam dengan plepah yang bisa di-recycle adalah ide yang kereeeen!

    BalasHapus
  10. Inovasi yang keren, seneng deh klo lihat ada pemuda yang care dengan lingkungan. Semoga idenya berkesinambungan dan selalu konsisten

    BalasHapus
  11. Main ke pabriknya langsung di Cibinong pasti seru ya. Melihat langsung bagaimana mengolah pelepahnya itu jadi produk plepah yang sekarang sudah go nasional dan bahkan internasional

    BalasHapus
  12. Yah gimana sampah ngga bertambah terus, lha penggunaan plastic dan Styrofoam buat sehari-hari aja udah menjamur banget. Apalagi kalau ada acara, pasti pake yang sekali pake gini. Keren banget inovasi Plepah ini, meskipun banyak tantangannya. Semoga makin sukses dan bertumbuh.

    BalasHapus
  13. Inspiratif sekali ya. Masya Allah jadi inspirasi buat orang lain untuk lebih berdaya

    BalasHapus
  14. Salut dan angkat topi banget sama usaha dan upaya serta inovasi yang diciptakan sama kak Rengkuh. Ia adalah pemuda yang begitu care sama lingkungan dan mampu menciptakan sesuatu yang lebih ramah lingkungan.

    Pelepah pinang, bisa jadi aneka wadah dan semoga saja meluas dan dipakai oleh semua pihak penjual makanan supaya lebih terwujud wadah ramah lingkungan.

    BalasHapus
  15. Keren banget inovasinya, siapa coba yang kepikiran kalau plepah pinang bisa disulap menjadi kemasan makanan yang tidak hanya cantik,estetik dan pastinya ramah lingkungan. Iya sih pasti tantangannya harga plepah lebih pricey dibandingkan sterofoam tapi jangan menyerah ayo kita dukung produk seperti ini

    BalasHapus
  16. Mbak ini Ima ya..

    Plepah, namanya menarik dan filosofis banget. Memang banyak kesuksesan yang bermula dari keresahan dari founder-nya itu sendiri. Nice banget bisa mengubah masalah jadi solusi, patut lah dapat penghargaan.

    BalasHapus
  17. Kereeen ya Allah, ngga kepikiran aku beneran. daripada sterofoam yang ngga bisa didaur ulang ya kan? ini bisa jadi alternatif yang menyehatkan dan juga ramah lingkungan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di luar negeri juga ada model inovasi seperti ini. Tapi ini harga belinya mahal nggak sih?

      Hapus
  18. Solusi pengganti styrofoam ini ya, tapi memang harganya lebuh mahal. Duh gimana ya biar bisa ngalahin itu styrofoam. Keren sih ini inovasinya, harus didukung terus

    BalasHapus
  19. Wah cakep banget kemasan dari pelepahnya. Itu gimana cara mengolahnya ya, mbak? Keren banget salut saya sama generasi kita sekarang yang peduli banget sama lingkungan

    BalasHapus
  20. Alhamdulillah, semakin banyak startup yang hadir di Indonesia apalagi yang ramah lingkungan seperti Plepah ini. Sangat membantu para petani pinang dan pelepah pinang tidak dibuang sia-sia. Sangat pantaslah Rengkuh Banyu Mahandaru menjadi pemenang Satu Indonesia Awards 2023.

    BalasHapus
  21. Masya Allah kereen banget, semogaa warung warung yang masih pakai sterofoam bisa ganti ke ini. Aku tu sedih lihat sterofoam dan menurut penelitian makanan yang di letakkan di sterofoam jadi ga sehat ya.

    BalasHapus
  22. keren sih pemuda yang masih memperhatikan lingkungan sekitar dan menjadikan inovasi yang luar biasa guna keberlangsungan lingkungan

    BalasHapus
  23. Wah keren ya , kemasan makanan memanfaatkan limbah pelepah pinang
    Harganya memang lebih mahal ya dari stereofoam, tapi menjaga bumi dari sampah microplastik yang sudah mencemari tanah & air
    Jika kerusakan bumi akibat kemasan plastik berbanding harga plepah, harga kemasan plepah sungguh murah

    BalasHapus
  24. pinter banget keren, bagai mana agar limbah dan gal nyamah. Semoga makin berkembang dan steo form gak produkduksi lagi hehehe. orang berpikirnya yang mudah aja dalam jangka pendek, tapi tidak janglka panjang,

    BalasHapus
  25. Keren banget sih ini startup Indonesia. Bener-bener memanfaatkan hasil alam untuk menjaga alam dari sampah-sampah plastik yang terus menumpuk.

    BalasHapus
  26. Ya allah padahal cakeeeep bentuknya mbaa 😍😍😍. Untuk tempat makan terlihat estetik. Aku sukaaaa. Malah pengen cari buat penyimpanan makanan di rumah. Drpd pake plastik.

    Semogaaa banget plepah bisa makin maju, makin banyak customers yg mau pakai produknya. Semakin banyak yg pakai, semakin tinggi produksi, seharusnya biaya juga bisa ditekan.

    BalasHapus
  27. Wow keren banget ini ya. Beneran memanfaatkan hal yang biasanya jadi sampah, tapi diolah menjadi produk yang bernilai tinggi. Aku suka dengan perabotan kayak gitu. Kirain terbuat dari kayu biasa, ternyata dari pelepah ya. Semoga banyak yang terinspirasi nih bisa berkarya seperti ini juga. :)

    BalasHapus