Beberapa hari terakhir ini, berita seputar KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) menjadi viral di sosial media. Seorang selebgram yang juga mantan atlet anggar, mengunggah video perilaku kekerasan yang menyimpanya. Selebgram tersebut dianiaya secara fisik oleh suaminya sendiri. Miris.
KDRT yang dialami oleh selebgram tersebut adalah kekerasan fisik. Selain kekerasan fisik, ada juga beberapa jenis kekerasan lainnya. Mengenali jenis-jenis KDRT itu penting, agar bisa menyikapinya dengan tepat.
Kemarin, saya berkesempatan melakukan IG Live bersama praktisi hukum, Zaitun Taher S.H. Advokat cantik ini tak segan membagikan ilmunya. Kami pun berbincang banyak tentang apa dan bagaimana KDRT itu.
Apa KDRT itu?
Banyak yang beranggapan bahwa KDRT adalah kekerasan fisik yang dilakukan kepada pasangan. Faktanya, KDRT tidak sesederhana itu.
Zaitun Taher, S.H |
Zaitun Taher menjelaskan bahwa KDRT itu sangat luas. Advokat yang juga pengurus bidang PPA ( perlindungan perempuan dan anak ) DPC PERADI SBY, menjelaskan bahwa KDRT juga bisa dialami oleh anak, mertua, bahkan ART (asisten dalam rumah tangga). Semua kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga dan melibatkan orang-orang di dalamnya, itu disebut sebagai KDRT.
KDRT adalah kekerasan berbasis gender yang terjadi di ranah dan hubungan personal. Kekerasan ini sering kali terjadi di antara pelaku yang memiliki hubungan personal erat dengan korban. Menurut Zaitun, contoh-contoh KDRT yang umumnya terjadi adalah kekerasan suami terhadap istri, ayah terhadap anak, paman terhadap keponakan, kakek terhadap cucu, hingga seseorang yang bekerja membantu pekerjaan rumah tangga dan menetap di rumah tangga tersebut.
Bentuk KDRT
Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), bentuk KDRT ada 4, yaitu:
Kekerasan fisik
Kekerasan fisik yang dimaksud adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat pada korban. Video yang diunggah selebgram yang sedang viral adalah contoh kekerasan fisik.
Kekerasan psikis
Kekerasan psikis termasuk jenis KDRT yang sulit untuk dipahami. Selain tak kasat mata, jenis kekerasan ini juga sangat subyektif. Ini berkaitan erat dengan ketahan mental setiap individu.
Namun, satu hal yang pasti, jika ada penghancuran self esteem, maka bisa dipastikan sedang mengalami kekerasan psikis.
Baca Juga : Cegah KDRT, Kenali Tanda Red Flag Ini
Jika ada orang yang kehilangan rasa percaya diri dan selalu menyalahkan diri sendiri, bisa jadi dia menjadi korban dari perilaku manipulatif yang dilakukan oleh pasangannya.
Kekerasan seksual
Sepanjang menangani berbagai kasus KDRT, menurut Zaitun, kekerasan seksual adalah jenis yang jarang dilaporkan. Kekerasan seksual ini menjadi hal yang dianggap tabu dan seringkali dinormalisasi.
Kegiatan seksual adalah hal yang wajar dilakukan oleh suami istri. Namun, jika dilakukan secara paksa, bisa dibilang itu adalah kekerasan seksual.
Memaksa istri berhubungan badan saat datang bulan adalah salah satu contoh kekerasan seksual. Atau, melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang tidak patut dan tidak disetujui oleh salah satu pihak, juha merupakan contoh kekerasan seksual.
Penelantaran
Bentuk KDRT yang terakhir adalah penelantaran. Kekerasan ini seringkali disebut sebagai kekerasan ekonomi. Padahal, penelantaran tidak hanya sekadar pemenuhan kewajiban ekonomi saja.
Diabaikan, tidak dianggap, suara tidak didengar, juga merupakan salah satu bentuk penelantaran.
Jika ada suami yang tidak bisa memenuhi kebutuhan anak istrinya secara layak, bisa dibilang telah melakukan penelantaran.
Menyikapi KDRT
Selama ini, banyak korban KDRT yang enggan melaporkan tindak kekerasan yang dialaminya. Jika ada korban yang speak up, dia akan disebut mengumbar aib rumah tangga. Bahkan, KDRT banyak di normalisasi sebagai cobaan dalam rumah tangga.
Padahal semua itu salah. KDRT adalah tindakan kriminal. KDRT adalah bentuk kejahatan yang melanggar Undang-Undang. Oleh karena itu harus dilawan.
Jika menjadi korban KDRT, jangan ragu untuk melaporkan. Sebelum ke kantor polisi, hubungi dulu lembaga terkait seperti Komnas Perempuan. Minta bantuan pendampingan.
Saat mengalami kekerasan, jangan lupa kumpulkan bukti. Jangan takut. Lawan segala bentuk kekerasan. Jangan biarkan pelaku terus menerus melakukan kekerasan.
Meski KDRT ini adalah delik aduan, orang lain bisa ikut melaporkan selama kekerasan tersebut mengancam nyawa. Misalnya, melihat tetangga yang sedang diancam pisau oleh pasangannya, kita berhak untuk melaporkannya.
Kesimpulan
KDRT adalah kekerasan yang terjadi dalam ranah rumah tangga. KDRT tak hanya menimpa pasangan saja, tetapi juga bisa dialami oleh anak, kerabat, ataupun asisten rumah tangga yang tinggal dalam satu atap.
Baca Juga : Mengapa Perempuan Enggan Bercerai Meski Rumah Tangga Tidak Bahagia?
KDRT tidak hanya kekerasan fisik saja, tetapi juga kekerasan psikis, seksual, dan penelantaran.
Jangan takut menghadapi KDRT. Lawan setiap kekerasan yang ada.
Kamu berharga, pantas untuk disayangi bukan disakiti!
Banyak laporan KDRT di luar sana, ketika lapor polisi seringkali malah diketawain dan solusinya malah ya udh diselesaikan dulu aja baik2. Giliran udh viral polisi baru gercep. Negara ini edukasi KDRT dan solusinya masih lamban
BalasHapusKasus KDRT yang sempat viral kemarin: tidak hanya istri yang disiksa tapi juga ada bayi yang kena tendangan ayahnya. Kalau dari penjelasan di atas, berarti pelaku kena dua kasus KDRT dong ya? Kekerasan pada anak plus pada istrinya.
BalasHapusKasus ini menjadi pengingat bagi kita untuk lebih peduli pada diri sendiri dan keluarga.
Saat ini semakin banyak kasus KDRT yang terungkap, mungkin yang belum terungkap masih lebih banyak, karena tidak banyak juga yang berani untuk melawannya atau belum menemukan cara untuk melawan
BalasHapussemoga semakin banyak yang mengungkap kasus KDRT sehingga korbannya bisa berkurang dan sbeisa mungkin tidak ada lagi KDRT
KDRT sulit diidentifikasi karena sudah masuk ranah keluarga. Tidak setiap keluarga senang dikorek-korek. Jadi hanya pihak korban yang harus berani mencari pertolongan.
BalasHapusiya ya, selama ini pemahaman saya kalau KDRT itu ya kekerasan yang dilakukan terhadap pasangan hidup, ternyata segala kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga disebut KDRT, bahkan juga kekerasan terhadap ART
BalasHapusiya ya, pemahaman saya selama ini, KDRT tuh dilakukan terhadap pasangan hidup. Ternyata segala kekerasan yang terjadi dalam lingkup rumah tangga, termasuk dalam KDRT
BalasHapusTernyata KDRT tidak hanya kekerasan fisik saja ya, psikis dan penelantaran juga termasuk KDRT yang harus ditindak, tapi banyak yang belum memahami sehingga enggan ikut campur karena merasa ranah urusan keluarga, padahal jika sudah keterlaluan rasanya institusi terkait harus turun tangan, terutama lingkungan terdekatnya.
BalasHapusSekarang ada aturan baru terkait laporan KDRT, Di.
BalasHapusAku juga baru tau setelah nonton podcastnya Deddy "Close The Door".
Bahwa laporan KDRT ini kudu VIRAL dulu baru polisi turun tangan.
Alasannya, karena kurang mendapat tanggapan dari masyarakat dan para penegak hukum karena beberapa alasan.
Sperti ketiadaan statistik kriminal yang akurat dan tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga memiliki ruang lingkup sangat pribadi dan terjaga privacynya.
Kajiannya tentu menjadi luas, bukan hanya sekedar, "eh lu mukul gua, lu gua bawak ke kantor polisi yee.."
gak gitu doank.. kudu ada "bukti" yang kuat. Nah, salah satunya bisa cctv, visum, dll.
Yang parah, kalo si pelaku KDRT tau banget nih.. kalok dia mukul daerah tertentu, gakkan memar. Jadi dia bisa seenaknya mukulin istrinya tanpa bisa dipidana.
((kek di drakor apa ituu yaa.. lupa, hehehe.. ada kok))
Semoga orang - orang yang mengalami KDRT bisa memiliki kekuatan untuk keluar dari jerat KDRT walaupun sulit dan berat. Dan jangan mau kembali lagi ke lingkungan tersebut jika sudah berhasil keluar.
BalasHapusKdrt memang perlu tindakan hukuman agar pelaku jera dan cerai.
BalasHapusDulu, sebelum terpapar informasi tentang KDRT, aku termasuk yang menganggap hanya kekerasan fisik saja yang termasuk dalam KDRT.
BalasHapusTernyata eh ternyata, aku salah!
Kekerasan psikis, yang kasat mata juga ada!
Ini memang agak susah pembuktiannya ya.
Ke mental dan subyektif gitu, soalnya.
Hmmm.
Setuju banget hal seperti ini kudu disosialisasikan. Orang berasumsi KDRT itu hanya fisik. Padahal banyak juga kasus KDRT verbal dan menyerang secara psikologis. Kebetulan ada kenalan yang hadapi ini. Kalau dia udah kena nangis-nangis. Tapi susah lepas dari pelaku KDRT karena ada trauma bonding. Hffft!
BalasHapusSedih banget sih memang hal ini realita terjadi di antara para kerabat yang mengalami. untuk kasus kdrt verbal, psikologis, dan ekonomi yang seringkali masih dinormalisasi
BalasHapusRealita banyak istri yang kadang mengalah dengan kondisi karena anak-anak
BalasHapusAkhir-akhir ini semakin sering baca berita dan kisah KDRT rasanya, baik di berita maupun di medsos. Semoga kita semua dihindarkan dari hal-hal semacam ini ya. Tapi dengan info-info yang banyak di-up di medsos ini, positifnya jadi pembelajaran dan pengetahuan kita semua ya. Bagaimana harus bersikap saat ada kasus serupa di sekitar kita. Yang agak sulit memang jika pihak keluarga seseorang yang melakukan KDRT justru ikut melindungi dan menutupi faktanya. Tapi bukan berarti gak bisa diselesaikan.
BalasHapusSedih banget kalau baca berita tentang KDRT, duh sedih pisa. Ayo dong para wanita harus berani speakup, biar KDRT tidak berlangsung berlarut-larut dan pelakunya diadili biar kapok
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusLihat berita KDRT sekarang tuh ya bikin mengiris hati, tidak hanya fisik tapi psikis lebih banyak dan bumerang lagi dampaknya. Bukan hanya kita saja yang merasakan tapi anak pasti terkena dampaknya juga
BalasHapusbeberapa kali dengar kisah tentang KDRT dan sang istri memang tidak pernah berani untuk membawa kasusnya ke badan perlindungan hukum, salah satunya ya khawatir bagaimana anaknya atau ekonominya kedepan nanti..
BalasHapuspadahal anaknya juga butuh ibu yang bahagia yaa..sediih
kasus kdrt ini kadang bikin kesal ya karena meski sudah melaporkan pasangan tahunya belakangan istrinya balikan lagi sama suaminya karena psikologinya sudah teracuni gitu. makanya mereka yang kena kdrt benar-benar perlu pendampingan gitu kayaknya biar benar-benar bisa lepas dari pasangannya
BalasHapusYang masih terkait dengan urusan rumah tangga berarti masuknya ke KDRT ya? Ini jadi wawasab yang perlu difahami ya
BalasHapusAlhamdulillah, ternyata yg disebut KDRT itu bukan San tidak hnya pemukulan² saja tp
BalasHapusberagam sikap dzn sikat amot sekali.
KDRT ini ujian berat siih..
BalasHapusMau dibilang bukan ujian, yaa.. nyatanya dalam hidup memang selalu ada di titik tertentu Allah beri kelemahannya. Semoga ada jalan keluar yang terbaik bagi korban KDRT dan gak hanya bisa memilih untuk hidup bahagia dengan menghargai dirinya sendiri, tapi juga memberikan lingkungan yang lebih sehat untuk anak-anak, jika memang uda punya keturunan.
Sedih banget kalau dengar berita tentang KDRT, apalagi baru-baru ini juga ya. Lihatnya saja gak tega, tapi kalau sudah melakukan KDRT gini tuh mendingan ditinggalkan karena memang untuk kesehatan jiwa sang korban. Semoga Allah selalu lindungi kita semua.
BalasHapusMasih banyak masyarakat Indonesia yang menganggap KDRT itu rahasia keluarga yang tidak boleh diumbar. Padahal bener yang Mak katakan, KDRT adalah sesuatu kesalahan. Kita harus sama sama menghapus KDRT dalam kehidupan
BalasHapusKDRT dari dulu ada, dan rupanya bentuknya bukan hanya kekerasan fisik, tapi ada lainnya juga.
BalasHapusKasus KDRT di ranah masyarakat kita kayak gimana gitu kalau speak up. Padagal korban butuh bantuan, tpai kalau lapor, ada aja yg nyalahin korban dan mendukung pelaku.
Iya KDRT emang berbagai macam bentuknya. Semoga kita semua terhindar dari KDRT ya. Bukan hanya dialami para istri, tapi bisa juga dialami para suami.
BalasHapusKalau inget KDRT jadi inget pas mudik ke Surabaya. Depan rumah ibuku ada kos2an gitu kan. Nah ada yang tinggal sepasang suami istri. Istrinya jualan sate gitu, bojone pengangguran. Suatu hari bertengkar di jalan teriak2. yg suaminya nabrak2in rombong sate istrinya pakai motor. Pas waktu itu aku lagi sakit mata, ibuku bepergian, langsung tak teriakin. Gemes mana warga sekitar kagak ada yg melerai.
BalasHapusKadang tu manusia sekitar lebih peduli sama kasus zinah yg digrebek, tapi kasus KDRT tetangga malah diem pura2 gak tau.
Sekarang zaman udah maju kita makin tahu channel2 apa saja yang bisa dihubungi kalau melihat KDRT ini ya. Kudunya udah bisa lbh pro aktif minimal bantuin laporin kalau liat ada KDRT.
Ah ya
BalasHapusAku dengerin LIVE (bukan ditonton) karena sambil masak jadi makin tahu bahwa KDRT tuh ya memang dekat dengan sekitar
Hmm bahkan saya flashback apakah di rumah tangga saya ada hal demikian
Ngeri pokoknya kalau sudah main fisik
Ngeri ya, kasus KDRT ini. Semoga segera ada langkah yang tepat untuk mengurangi kasus serupa.
BalasHapusSejak kecil saya menyaksikan perlakuan KDRT ini, karena kebetulan dialami oleh saudara mama. KDRT yang dialami beliau itu nyaris komplit, mulai penelantaran, psihis hingga fisik, dan ajaibnya rumah tangga mereka bertahan hingga suaminya meninggal dunia. Saya dan keluarga besar hanya bisa geleng-geleng kepala, kok bisa yah setahan itu.
BalasHapusNamun, pembalasan tak direncanakan dari si istri terjadi pada detik-detik menjelang meninggal dunia sang suami. Yah, begitulah. Kadang kita tak berniat membalas, tetapi Allah yang membalas dengan cara-Nya di luar prediksi manusia.
Penting sekali bagi setiap orang untuk mengenali jenis-jenis KDRT ini soalnya kadang-kadang orang suka mengabaikan perlakuan seperti ini dan kadang-kadang menormalisasinya juga padahal ini sudah sangat salah terutama KDRT bidang psikis dan juga verbal
BalasHapus