Halo, teman deestories..
Apa kabar?
Menjelang hari-hari akhir Ramadan, semoga masih tetap semangat, ya! Ramadan tidak hanya penuh berkah, tetapi juga lekat akan tradisi. Banyak tradisi-tradisi saat Ramadan. Salah satunya, patrol keliling. Patrol keliling adalah tradisi unik asli Surabaya yang hanya ada saat Ramadan.
Mengenal Tradisi Patrol Keliling
Saya masih ingat, dulu saat masih kecil setiap sahur suasana di sekitar rumah begitu meriah. Banyak pemuda membangunkan orang sahur sambil bermain musik. Tak hanya bermain musik, mereka juga bernyanyi sekaligus melakukan ronda keliling.
Kegiatan tersebut bernama musik patrol. Patrol keliling adalah tradisi unik saat Ramadan asli Surabaya.
Baca Juga : 5 Tradisi Keluarga Jelang Bulan Ramadhan
Menurut catatan sejarah, tradisi patrol mulai muncul di Surabaya pada tahun 1971. Saat itu, para pemuda melakukan patroli keliling kampung. Mereka biasa mulai pukul 24.00 sambil melakukan ronda.
Mereka akan bernyanyi sekaligus bermain musik untuk membangunkan orang sahur. Dengan berbekal alat musik sederhana yang dibunyikan dengan irama yang sesuai agar menghasilkan bunyi yang enak didengar.
Alat musik yang biasa dimainkan saat patrol keliling ini adalahKentongan, Bedug sederhana dari bekas kaleng cat atau timba besar, serta alat musik lainnya sebagai pengiring seperti botol kaca dan lain-lain.
Bermain alat musik sambil menyanyikan lagu yang biasa dilantunkan adalah "Sahurr.. Sahurr.. Sahurr.. Sahurr.. " Tujuannya adalah supaya tetangga terbangun dan bersiap makan sahur.
Inspirasi dari Mekkah
Meski disebut tradisi unik khas Surabaya, patrol keliling ini terinspirasi dari budaya penduduk Mekkah jauh pada zaman Rasulullah.
Penduduk di sekitar Mekkah memiliki kelompok-kelompok yang bertugas untuk membangunkan orang makan sahur. Bersenjata lentera dan gendang, mereka berkeliling ke sudut kota sambil meneriakkan bahwa waktu sahur telah tiba,” ungkapnya.
Menurut Djoko, tradisi tersebut sudah muncul sejak zaman Rasulullah. Sebagai pengingat waktu sahur, masyarakat pada zaman itu menggunakan adzan sebagai pengingat, karena terbatas alat dan teknologi saat itu.
Di zaman Nabi Muhammad, belum ada pengeras suara atau alat yang dapat digunakan untuk membangunkan sahur. Karena itu, cara yang dipakai sangat sederhana, yaitu dengan mengumandangkan adzan.
Baca Juga : Menikmati Semarak Perayaan Cang Nyiat Pan Secara Virtual
Setelahnya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat tradisi itu mulai menggunakan alat-alat seperti gendang untuk menghasilkan bunyi. Dari situlah tradisi itu menyebar hingga ke Indonesia.
Ada Nilai dalam Patrol Keliling
Patrol keliling ini tak sekadar tradisi. Di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur yang layak untuk terus dilestarikan.
Patrol keliling mengandung tiga nilai. Yakni, nilai tanggung jawab sosial, bentuk interaksi sosial, dan solidaritas. Tanggung jawab sosial berarti masyarakat secara kolektif memiliki tanggung jawab untuk saling mengingatkan waktu sahur.
Dalam patrol sahur, tentu dilaksanakan secara berkelompok. Maka terdapat interaksi sosial di dalamnya. Nilai solidaritas sebagai umat muslim untuk mengingatkan sahur dan menjalankan puasa sebagai umat yang taat dalam beragama.
Patrol Keliling, Riwayatmu Kini
Meski seru dan unik karena hanya ada di bulan Ramadan, tradisi ini nampaknya semakin pudar. Saat ini, jarang sekali dijumpai patrol keliling.
Mungkin, mulai jarang pemuda-pemuda yang mau untuk keliling kampung sambil memainkan musik patrol keliling.
Terkadang ada juga beberapa kelompok patrol keliling yang usil, mereka membawa petasan sebagai elemen tambahan untuk membangunkan orang sahur, tak jarang hal tersebut dianggap negatif oleh masyarakat.
Padahal, bila dilihat dari riwayat dan nilai-nilai yang ada di dalamnya, seharusnya patrol keliling menjadi tradisi yang dilestarikan secara turun temurun.
#BPNRamadan2024
#BPNRamadan2024Day9
Tidak ada komentar
Posting Komentar