Beberapa hari terakhir ini, hati saya miris. Bagaimana tidak miris, saat mendengar berita seorang ibu yang nekat menenggelamkan ketiga anaknya. Sebagai seorang ibu, tentu saya bisa memahami, bagaimana kondisi ibu tersebut. Tidak ada ibu yang akan tega menyakiti anaknya, kecuali ibu itu sedang tidak baik-baik saja.
Sungguh, berita tentang ibu seperti itu bukan kali pertama. Sebelumnya sudah ada banyak kejadian, di mana seorang ibu mencoba menghilangkan nyawa darah dagingnya sendiri.
Banyak ahli berpendapat, bahwa aksi nekat para ibu tersebut dipicu oleh kondisi kesehatan mental yang tidak stabil. Ibu tersebut mengalami depresi, salah satu bentuk gangguan kesehatan mental. Ini membuatnya nekat menyakiti darah dagingnya.
Ah, memang, tanpa adanya support system, ibu akan lebih rentan terkena gangguan mental.
Tentu hal ini bukan hal yang bisa diabaikan, para ibu tersebut butuh dukungan. Tak hanya dampingan para ahli, melainkan juga kegiatan bermanfaat yang bisa menyalurkan rasa stresnya, salah satunya : menulis!
Menulis bisa menjadi langkah yang tepat untuk menjaga kesehatan mental kita. Ada banyak manfaat yang didapat dari kegiatan menulis yang dilakukan secara rutin.
Perempuan Rentan Mengalami Gangguan Kesehatan Mental
Mengapa banyak perempuan yang rentan mengalami gangguan kesehatan mental? Jawabannya tentu akan sangat panjang bila dirinci.
Namun, berdasarkan pengalaman pribadi dan melihat kondisi sekitar, kelelahan dan tidak adanya support system menjadi penyebab utama. Beban tugas perempuan yang begitu banyak, tentu bisa menguras semua energinya. Belum lagi jika perempuan itu harus menjalani semuanya sendiri, tak punya support system, bisa dipastikan maka ia akan lebih mudah terkena gangguan kesehatan mental.
Apa yang saya ungkapan ini, tidak jauh berbeda dengan pendapat pakar psikologi Universitas Airlangga, Pakar Psikologi UNAIR Dr. Ike Herdiana, M.Psi., menyebut bahwa perempuan seringkali menghadapi banyak faktor pemicu masalah kesehatan mental. Dalam ranah domestik, perempuan lebih banyak terlibat dalam pengasuhan anak dibandingkan laki-laki.
Perempuan yang memiliki tanggung jawab lebih seperti itu umumnya akan mudah mengalami kecemasan dan depresi.
Kedua, perempuan cenderung hidup dalam kemiskinan dibandingkan dengan pria. Fakta tersebut menimbulkan rasa tidak aman serta terisolasi.
Faktor lainnya adalah kenyataan bahwa kasus kekerasan maupun pelecehan seksual hampir selalu terjadi pada perempuan dan anak-anak. Perempuan yang mengalami pengalaman traumatis lebih rentan terkena PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) dan dampak mental jangka panjang.
Sementara itu, lingkungan yang diskriminatif dan tidak ramah juga mampu mempengaruhi kesehatan mental.
Perempuan Indonesia lebih banyak terkena gangguan kesehatan mental daripada laki-laki. Hal ini merupakan hasil penelitian dari Our World in Data 2019.
Our World in Data mengumpulkan sedikitnya 5 gangguan kesehatan mental, di antaranya gangguan kecemasan, depresi, bipolar, skizofrenia, hingga perilaku makan.
Menulis dan Kesehatan Mental
Dulu, saat resign kerja dan memilih mengurus anak di rumah, saya sering uring-uringan. Emosi mudah tersulut, kadang saya juga tiba-tiba menangis.
Mungkin, saya mengalami post power syndrome. Tak mudah beradaptasi dengan peran baru. Biasanya aktif di luar rumah, kini harus berdiam diri di rumah.
Beruntung, saya segera tertolong. Saya pun bertemu komunitas ODOP (One Day One Post), besutan teh Shanty Dewi Arifin, kini bernama KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional).
Mengikuti ODOP, membuat saya memiliki kesibukan lain, selain mengurus bayi dan rumah. Apalagi, menulis adalah hobi saya. Tentu saja saya bahagia, bisa menyalurkan hobi.
Menulis menjadi salah satu cara menjaga kesehatan mental kita. Meskipun kelihatannya sepele, aktivitas menulis secara rutin ternyata memiliki banyak manfaat untuk menjaga kesehatan mental.
Baca Juga : Menulis itu Menyembuhkan
Berikut adalah beberapa manfaat yang kita dapatkan saat menulis secara rutin.
Menjadi lebih bahagia
Menulis membuat kita merasa bahagia. Menurut Psychologytoday, menulis dapat membuat orang lebih bahagia dan sehat. Seperti yang tertulis dalam penelitian karya Laura King, yang mengungkapkan orang yang menulis tentang pencapaian, tujuan dan impian masa depannya akan membuat lebih bahagia.
Mengelola stres
Menulis membuat kita lebih mudah mengelola stres. Saat menulis, perasaan tertekan atau stres dapat meluruskan pikiran dan perasaan.
Saat menulis, kita juga bisa mengungkapkan perasaan dan melepaskan semua emosi yang ada.
Melatih kemampuan kognitif
Menulis melatih kemampuan kognitif kita. Tak bisa dihindari, seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan kognitif akan mengalami kemunduran.
Namun, jika kita rutin menulis, kita akan terus berpikir secara teratur. Ini bisa meningkatkan kemampuan kognitif.
Meningkatkan mood
Menulis bisa membantu meningkatkan mood, lho. Menurut penelitian dari Burton dan King, mengembangkan penulisan ekspresif dengan menuliskan peristiwa positif yang membahagiakan. Hasilnya cukup mengejutkan, yakni dengan menulis hal-hal positif di hidup selama 20 menit per harinya selama tiga hari berturut-turut, dapat meningkatkan suasana hati yang positif bahkan setelah tiga bulan berlalu.
Meredam kecemasan
Siapa yang suka cemas? Bahkan seringkali overthinking tiap hari?
Baca Juga : Mengenalkan Profesi Kepenulisan Pada Anak
Menulis saja! Menulis bisa membantu meredam kecemasan. Sebuah studi dari Universitas Michigan, mengemukakan bahwa menulis jurnal sebagai bentuk penulisan ekspresif adalah cara yang efektif untuk mengurangi perasaan khawatir dan menjauhkan seseorang dari berpikir secara berlebihan atau overthink.
Membantu memaafkan
Sebuah studi menyebutkan bahwa dengan menuliskan pengalaman traumatis tentang luka di hati yang lengkap dengan detailnya, seperti emosi apa yang dialami dari peristiwa tersebut dan apa yang menghalangi untuk memaafkan orang yang terlibat di dalamnya, ternyata mampu untuk membantu seseorang memproses luka yang dirasakan dan memudahkan membuka hati untuk memaafkan kejadian yang terjadi maupun pelaku yang ada di kejadian tersebut.
Meningkatkan kreativitas
Siegert mengungkapkan bahwa dengan mencatat mimpi yang kita alami ternyata dapat meningkatkan kreativitas. Selain pemikiran kreatif menjadi berkembang, menuliskan jurnal tentang mimpi juga dapat membuka wawasan kita tentang pikiran alam bawah sadar yang tak jarang menjadi topik yang menarik.
Tidur lebih nyenyak
Sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Broadbent, dosen senior di New Zealand, mengemukakan bahwa peserta penelitian yang menuliskan pengalaman traumatis mereka selama 20 menit sehari memiliki waktu tidur yang lebih sehat, yaitu selama 7-8 jam dibanding dengan peserta yang tidak menulis.
Tips Menulis untuk Kesehatan Mental
Setelah tahu begitu banyak manfaat menulis bagi kesehatan mental, tentu kita ingin merasakan juga. Berikut adalah tips menulis untuk kesehatan mental.
Menulis semua yang dirasakan
Menulis secara rutin
Menulis di mana saja
Menulis kapan saja
Penutup
Perempuan rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Maka, sudah selayaknya kita mencari tahu bagaimana mencegahnya.
Dengan menulis, kita bisa menjaga kesehatan mental. Ada banyak manfaat kesehatsn mental yang bisa kita dapatkan dari kegiatan menulis ini.
Baca Juga : Menulis untuk Bahagia
Jadi, tunggu apalagi. Yuk, rutin menulis! Jaga kesehatan mentalmu sekarang juga!
Tidak ada komentar
Posting Komentar