Memasuki bulan Oktober, seharusnya saat ini kita sudah menikmati segarnya tetesan air hujan. Namun, tidak untuk di Surabaya. Mulai awal bulan Oktober hingga kini, hujan belum turun. Bahkan, cuaca Surabaya semakin terasa panas.
Beberapa hari lalu, bahkan bisa mencapai 40 derajat celcius! Bayangkan sepanas apa itu. Kondisi ini sebenarnya sudah diperingatkan oleh BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika). Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyatakan bahwa Pulau Jawa dilanda panas ekstrem, karena penyaluran sinar matahari yang optimal pada pagi hingga menuju siang hari.
Kalau menurut BRIN, ada empat faktor yang menyebabkan Pulau Jawa menjadi sangat panas, yaitu :
Posisi semu matahari berada di atas khatulistiwa
Angin timur yang berasal dari belahan bumi selatan yang membawa massa udara kering (El Nino dan Indian Ocean Dipole)
Faktor perubahan iklim
Kondisi clear sky atau langit tanpa awan yang lebih sering terjadi
Wah, lagi-lagi karena perubahan iklim! Semakin hari, semakin nyata dampak perubahan iklim itu. Dampak perubahan iklim ini bukanlah mitos, melainkan sesuatu yang sudah terjadi.
Hujan yang tak kunjung turun hingga semakin ekstrimnya cuaca akhir-akhir ini menjadi bukti nyata bahwa perubahan iklim itu sangat berdampak pada kehidupan kita sehari-hari.
Tentunya, kita semua tak boleh berpangku tangan. Kita semua harus #BerrsamaBergerakBerdaya menghadapi perubahan iklim ini. Salah satunya dengan mengubah perilaku.
Fakta Perubahan Iklim
Perubahan iklim semakin nyata terlihat. Hal ini dilihat dari perubahan pola cuaca yang tampak, kondisi iklim tak dapat diprediksi hingga peningkatan suhu global.
Sederet keadaan tersebut membuat perubahan iklim terasa di depan mata dan kian parah dalam beberapa tahun terakhir. Perubahan iklim menjadi isu penting yang perlu ditangani secara mendesak dan bersama-sama.
Berikut sederet fakta tentang perubahan iklim
Peningkatan suhu
Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) mengungkapkan bahwa peningkatan suhu global ini diperkirakan bakal terus terjadi dalam lima tahun ke depan.
WMO memperkirakan bahwa sebesar 66% rata-rata suhu global permukaan Bumi antara tahun 2023 sampai dengan 2027 akan lebih tinggi hingga 1,5 derajat celcius di atas tingkat pra-industri yang terjadi antara tahun 1850-1900.
Bencana hidrometeorologi
Perubahan iklim ini juga menyebabkan terjadinya bencana hidrometeorologi. Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang diakibatkan oleh aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembaban. Bentuk bencana hidrometeorologi berupa kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, longsor, angin puyuh, gelombang dingin, hingga gelombang panas.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP), sepanjang tahun 2023 terdapat 852 peristiwa banjir di tanah air, diikuti dengan 836 cuaca ekstrim, 487 kebakaran hutan, dan 442 tanah longsor.
Mortalitas tinggi
Nature Climate Change dalam studinya menyebutkan bahwa dalam dunia yang semakin panas dua derajat, akan ada tambahan orang meninggal sebanyak 150 juta, karena polusi udara dibandingkan dunia yang panasnya 1,5 derajat.
Menghasilkan emisi
Selama ini kita tahu, perubahan iklim disebabkan oleh emisi. Namun, faktanya perubahan iklim itu sendiri juga menghasilkan emisi.
Suhu bumi yang semakin panas, mampu melelehkan es abadi Artrik yang mengandung 1,8 ton karbon. Hal ini selanjutnya akan menyebabkan pelepasan emisi karbon ke atmosfer, yang bahkan lebih dahsyat.
Dampak Perubahan Iklim
Semua fakta perubahan iklim diatas tentu sangat berdampak bagi kehidupan kita sehari-hari.
Dampak perubahan iklim ini semakin terasa nyata. Mulai dari kekeringan hebat, kelangkaan udara, kebakaran hebat, naiknya permukaan laut, banjir, pencairan es kutub, badai dahsyat dan penurunan keanekaragaman hayati.
Tentunya semua dampak di atas sangat mengancam kehidupan di bumi. Tak hanya bagi manusia saja, perubahan iklim bisa mengancam kehidupan makhluk hidup lainnya.
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang merupakan salah satu dampak perubahan iklim, tak hanya mengancam kehidupan manusia. Saat hutan dan lahan terbakar, kehidupan satwa liar pun terancam. Karhutla menjadikan orang utan menjadi gelandangan. Mereka terusir dari rumahnya sendiri.
Orang Muda Peduli Perubahan Iklim
Perubahan iklim ini harus menjadi perhatian kita bersama. Khususnya bagi orang muda yang menjadi kelompok paling rentan saat perubahan iklim terjadi. Peranan generasi muda dalam perubahan iklim ini sangatlah penting. Melalui suara dan aksi nyata, anak-anak muda yang jumlahnya mendominasi penduduk Indonesia bisa memberikan dampak signifikan terhadap aksi perubahan iklim.
Bicara tentang orang muda, saya pun teringat pada sosok Adhitya Putra Lanae. Adhit, adalah pendiri Climate Institute, sebuah NGO yang bergerak di bidang lingkungan.
Saya beruntung bisa mewawancarai Adhit via WhatsApp. Dia dengan antusias menceritakan tentang Climate Institute dan bagaimana peran orang muda sangat penting dalam menghadapi isu perubahan iklim dan perlindungan hutan ini.
Climate Institute bergerak di bidang edukasi orang muda agar lebih peduli terhadap isu perubahan iklim ini. Melalui Youth Climate Camp, Climate Influencer, hingga menanam mangrove bersama, Climate Institute ingin orang muda melakukan aksi nyata dalam menghadapi perubahan iklim.
Dan yang paling penting, adalah dengan melakukan perubahan perilaku.
Ubah Perilaku Hadapi Perubahan Iklim
Adhit menyerukan pentingnya untuk #UbahPerilaku. Setiap orang harus bertanggung jawab atas hidupnya masing-masing dan terkadang juga hidup orang lain. Setiap perilaku yang kita perbuat tentu menimbulkan konsekuensi, salah satunya untuk lingkungan. #UbahPerilaku yang merusak lingkungan dan iklim mulai dari diri sendiri.
Mulai dari sekarang #UbahPerilaku kita untuk :
Menggunakan transportasi umum
Mengurangi sampah plastik dan sampah makanan
Gunakan sustainable fashion
Hemat energi
Mengganti tisu dengan lap kain
Melakukan adopsi hutan
Menjadi bagian dari #TeamUpForImpact
Melakukan gaya hidup ramah lingkungan
Dengan begitu, kita bisa melakukan aksi nyata untuk menghadapi perubahan iklim dan perlindungan hutan.
Jika kita menjadi #MudaMudiBumi, maka dampak perubahan iklim ini bisa diminimalisir. Kita pun bisa menikmati bumi yang lebih baik lagi sampai masa yang akan datang.
Nah itu tadi mimpiku terhadap isu perubahan iklim dan perlindungan hutan. Yuk share mimpi kamu terhadap penanganan isu perubahan iklim dan perlindungan hutan!
Sebagian orang belum benar-benar aware dengan isu perubahan iklim padahal bahaya dan dampaknya serta tanda-tandanya begitu nyata. Kita tentu bisa berbagi edukasi melalui tulisan yah.
BalasHapusBetul. Apa yg kita bisa, itu aja yg kita lakukan. Kalau konsisten... Pasti bisa jadi gebrakan yang menghasilkan kok
HapusSetiap orang harus bertanggung jawab atas hidupnya sendiri dan bisa juga atas kehidupan org lain. Aku setuju banget dg quote ini. Dalam hal menyikapi perubahan iklim, itu juga penting sekali.
BalasHapusDi Surabaya panas, di sini di Pandaan, Prigen, Tretes aja hawanya panas juga, apalagi di sana.
BalasHapusMemang kita harus mulai memahami lingkungan, mulai lebih dekat dengan alam, rajin menanam dan menghijaukan.
suka sedih kalau lihat perubahan iklim saat ini. di bengkulu panasnya menyengat banget, sangat tidak biasa. mana polusi juga.
BalasHapussemoga kita lebih sadar untuk menjaga lingkungan agar krisis iklim ga semakin parah
Sama aja Mba. Di Pondok Cabe, Tangerang Selatan juga belum mulai hujan. Mana makin ngelekeb pisan. Kebiasaan kecil yang tanpa kita sadari, misalnya saja menggunakan tisu, ternyata punya pengaruh terhadap iklim ya. Rupanya masih sulit sih penggunaan plastik. Namun setidaknya sedikit dikurangi secara perlahan, biar nanti ke depannya tidak ketergantungan lagi dengan plastik.
BalasHapusDi tempat daku juga belum hujan kak sama.
HapusSemoga turun hujan berkah dan merata ya
Iyaa Kak. Biasanya mulai September udah ada hujan. Ini Oktober masih panas dan kering-kerontang, bahkan ada daerah yang kesusahan air. Ngeri sekali ya dampak perubahan iklim di Indonesia.
BalasHapusIya nih mba. Ini belum kalau suhu bumi naik sampai 1,5 derajat Celcius lo padahal. Udah bikin efek segini dahsyatnya
HapusCuaca panas ekstrem banget yaa mbak derajatnya nggak main-main sampai ke muka itu berasa panas banget. Ternyata dampak perubahan iklim bukan yg hanya terlihat oleh mata aja ya, tapi es kutub jga jadi mencair. Sudah saatnya memang kita mengubah gaya hidup kita yg lebih ramah lingkungan, pelan-pelan aku yakin pasti bisa.
BalasHapusAlhamdulillah ada Climate Institute yang keren banget ya. Anak muda yang melakukan perubahan dan membawa banyak manfaat.
Sama Kak, secara Madura kan dekat dengan Surabaya, ya. Sudah berbulan-bulan tidak panas. Tapi Alhamdulillah, kemarin sudah sempat hujan si Kak, sekitar tanggal 14 apa 15 Oktober. Dan betul sih, kalau panas begini terus rasanya bakalan tidak enak. Jadi kita harus mengubah perilaku. Saat ini saya pribadi ke mana-mana mulai pakai sepeda ontel. Ke depan mau belajar mengurangi penggunaan plastik.
BalasHapusCuaca panas sekarang gak hanya sekadar panas yang bikin ngadem dan minum es. Masalahnya cuaca panas sekarang udah pengaruh ke fisik seperti menimbulkan rasa mual dan bahkan penyakit yang berkaitan dengan imun. Saya berharap hutan yang masih ada tidak berubah fungsi jadi sawit. Malah hutan hijau diperluas.
BalasHapusSurabaya juga cuacanya makin ke sini makin panaaassss. kalo mau keluar siang sekarang jadi mikir-mikir. sedih sebenernya kalo liat banyak berita tentang perubahan iklim ini. sebumi udah ngerasain. semoga aja kita bisa bantu dengan langkah2 kecil
BalasHapusSepertinya memang awareness sebagian orang terhadap perubahan iklim belum sepenuhnya ada. Jadi selain #UbahPerilaku mungkin galakkan edukasi sampai ke tingkat RT RW kali ya
BalasHapusHal sekecil apapun utk membuat bumi kita ttp lestari dan terjaga akan sgt bgs. Mulai dr hal2 di dekat rumah aja atau minimal ke diri kita sendiri deh.
BalasHapusSetuju bgt sih kalo soal sampah plastik. Aku di rumah jg memilah sampah plastik dan organik. Dan sebiasa mgkn tdk memakai plastik dlm kehidupan sehari2.
Cuaca panas sekarang beneran terasa ekstrim ya. Beda aja dari musim kemarau sebelum sebelumnya gitu ...
BalasHapusMemang kalau kita tidak peduli mau siapa lagi... Sedih ya bumi sudah semakin rusak tapi manusianya tidak banyak yg sadar
Aku juga dipaksa untuk berubah nih..
BalasHapusKarena di lingkunganku mulai membiasakan pilah sampah dan Pak sampah gak mau angkut kalau masih ada sampah tercampur. Juga dihimbau setiap rumah punya biopori masing-masing.
Jadi makin rajin belajar buat disiplin.
Alhamdulillah, kita mulai disadarkan secara natural ataupun dipaksa dengan keadaan untuk peduli lingkungan.
Pokoknya iklim saat ini semakin tidak menentu. Bukan hanya cuaca panas yang berkepanjangan tapi juga nyamuk yang semakin berkembang akibat cuaca panas tadi. Bikin resah.
BalasHapusCuaca panas dan isu lingkungan emang krusial. Apalagi sekarang yang hawanya udah kaya di rebus di atas kompor. Jangan sampai nunggu panas untuk peduli sama lingkungan, kasihan buminya kelamaan panas enggak sembuh-sembuh. 🥲
BalasHapusSetiap individu wajib memikul tanggung jawab terhadap nasib pribadinya serta mungkin juga terhadap nasib sesama. Saya sangat sependapat dengan pernyataan ini. Terutama dalam konteks penanganan perubahan iklim, hal itu sungguh sangat signifikan.
BalasHapusaduh perubahan iklim nya mengkhawatirkan ya :( panas ekstreme dan debu pun mengganggu. anak2 pada flu, batuk pilek lama sembuhnya :( yuk kita lebih peduli dengan lingkungan hidup. kendalikan sampah pribadi, mulai menanam tumbuhan/ pohon walau cuma sedikit.
BalasHapusSemoga kita bisa menjaga bumi kita dan melestarikan alam. Mau bagaimanapun dampak iklim ini cukup signifikan. Sangat terasa oleh saya yang bergerak di bidang agribisnis. Semangat untuk iklim yang lebih baik untuk anak cucu keturunan kita.
BalasHapusDuh semoga aja semua bisa kompakan merawat bumi. Nggak cuma ada lokakarya tapi ada pos-pos yang dibuat mengatasi masalah sampah, BBM, dll.
BalasHapusSalut dengan anak muda seperti Adhit yang bisa menginisiasi lembaga seperti climate institute ini. Memang perubahan iklim ini perlu disikapi dengan segera ya. Dan semua pihak harus terlibat jika ingin perubahannya terlaksana.
BalasHapusYa ampun, semakin kesini makin kerasa banget dampak perubahan iklim ya. Aku aja yang tinggal di kota sering merasa panasnya beda banget sama dulu. Dan kasian banget sama orang utan dan satwa lainnya yang jadi korban dari dampak perubahan iklim ini. Harusnya kita semua lebih aware dan mulai bertindak buat bantu atasi masalah ini. 😢🌏
BalasHapusWah bener nih, hal kecil bisa membuat banyak perubahan. Dibiasakan dari mengurangi penggunaan plastik aja dulu 💪💪
BalasHapusDampak perubahan iklim tu udah kerasa banget, dan banyak yg tahu kan, sayangnya belum ada gebrakan utk mengatasi hal tersebut
BalasHapusTiap jam istirahat siang tuh rasanya panas banget sekarang ini, beda dibanding beberapa tahun lalu. Kulit terasa terbakar juga.
BalasHapusBener kak, apalagi meski udah pakai kipas angin dan AC juga masih terasa panas ya
Hapuskalo lingkungan kita masih ada program penghijauan lumayan sih jadi gak terlalu panas juga penying banget punya taman atau satu pohon yang rimbun di depan rumah
BalasHapusMari kita sama-sama melakukan pelestarian bumi khususnya hutan Indoensia agar perubahan iklim ke arah yang buruk dapat dihindari, bisa kita mulai dari hal-hal kecil dan dari kebiasaaan sehari-hari
BalasHapusDepok juga panas sekali Mbak. Kemarin juga sampai 39° celcius. Hanya memang sudah turun hujan kemarin. Tapi hanya sebentar. Dan sekarang panas lagi.
BalasHapusPerubahan iklim memang sudah terjadi. Kita tidak bisa mencegah, tapi bisa bergerak bersama meminimalisir dampaknya dengan aktivitas harian kita. Pastinya muda mudi bisa jadi penggeraknya.
Alhamdulillah, udah mulai melakukan poin-poin yang Mbak Dee tulis di atas. Plus rutin bikin kompos dari sampah dapur dan sampah dedaunan di halaman. Udah sering panen kompos juga. :))
BalasHapusperlindungan hutan nih skrg udh banyak digaungkan krn memang dampaknya tuh pentingn bgt buat bantu kita menghadapi/mengatasi perubahan iklim ekstrem yg udh terjadi dmn2
BalasHapusSetuju bgt kak. Dgn hal2 kecil, kita berharap bs menyelamatkan bumi yg makin panas ini. Katanya sih emg lagi pemanasan iklim. Jd kita yg melek teknologi wajib menyebarluaskan yg kita tahu utk menyelamatkan bumi.
BalasHapusIyaa, nih. Di Yogya juga bisa sampai 38 derajat panasnya, bikin otak serasa digoreng, hikss...
BalasHapusTernyata itu semua dampak dari perubahan iklim ya, Mbak? Kita sering ngeluh-ngeluh, tapi gak mau usaha meminimalisir itu semua. Minimal mulailah dari rumah seperti yang tertulis di atas.
saya malah berfikir better naik kendaraan umum daripada kendaraan pribadi. karena kendaraan umum mampu menampung banyak penumpang sementara kalau gak naik kendaraan umum, semua pasti naik kendaraan pribadi yang selain bikin macet juga ngeluarin CO2 lebih banyak
BalasHapusSalut untuk para pemuda yg masih peduli dg lingkungan. Dan setuju bgt nih untuk mengubah perilaku hrs dimulai dr diri sendiri sendiri.
BalasHapusSetiap hari kalau kepanasan suka lihat ke langit sambil bayangin "Kapan yah, turun hujan?"
BalasHapusBandung uda hujan sekali dan alhamdulillah deres banget.
Tapi besokannya balik kering lagi.
Bersama anak muda, mari kita bersama memulai dari hal kecil namun konsisten dan berkelanjutan.
Rumahku belum.hujan sama sekali dan suhunya kisaran 36-38 hot banget....ya Allah sedih trs air pam sering mati huhuhu akibat kekeringan yakss...smg bumi bisa membaik perlu kerjasama pemerintah masyarakat dan pelajar sebagai generasi penerus
BalasHapusBener banget inii, ngga berasa lhoo apa yang kita lakuin sekecil apapun itu, kayak nyabut colokan lah misalnya. kalo dikerjain bareng dan bersama2 kan insyaAllaah ada banyak perubahan nantinya, aamiin!
BalasHapusDi Madura beberapa waktu lalu sempat hujan sebentar. Sekali. Lalu belum hujan lagi hingga kini. Cuacanya sudah terasa semakin panas.
BalasHapusDngn tidak mmbuang sampah sembarang, kita bisa ikut mmbantu lingkungan tetap sehat dri perubahan iklim
BalasHapusSama mbaa di sini juga belum hujan. Kayaknya mesti lebih gencar lagi nih. Biar semakin menghindari perubahan iklim.
BalasHapus