Fiuh, peluh terus bercucuran. Padahal, posisi saya tepat di bawah kipas angin, lho. Tapi bukannya segar, angin dari kipas ini makin membuat saya gerah. Ya Tuhan, kenapa hari ini cuaca panas sekali!
Saya paham, Surabaya memang dikenal panas, tapi kenapa akhir-akhir ini rasanya semakin panas, ya! Suhu udara di siang hari pernah mencapai 36 derajat celcius! Pantesan, makin panas jadinya.
Menurut perkiraan cuaca, beberapa hari ke depan, cuaca di kota-kota besar di Indonesia mengalami peningkatan suhu. Bahkan, menurut situs Accuweather.com, pada tanggal 13 Oktober 2023 nanti, cuaca di Surabaya akan mencapai 43 derajat celcius. OMG! Ini membuat Surabaya menjadi kota paling panas di Indonesia.
Tuhan, bagaimana rasanya panas 43 derajat celcius itu. Ini saja hampir meleleh rasanya. Heran, padahal beberapa kota di Indonesia sudah diguyur hujan, kenapa kok Surabaya tetap panas membara!
Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyatakan bahwa Pulau Jawa dilanda panas ekstrem, karena penyinaran sinar matahari yang optimal pada pagi hingga menuju siang hari.
Kalau menurut BRIN, ada empat faktor yang menyebabkan Pulau Jawa menjadi sangat panas, yaitu :
Posisi semu matahari berada di atas khatulistiwa
Angin timur yang berasal dari belahan Bumi selatan yang membawa massa udara kering (El Nino dan Indian Ocean Dipole)
Faktor perubahan iklim
Kondisi clear sky atau langit tanpa awan yang lebih sering terjadi
Ah, lagi-lagi karena perubahan iklim! Semakin hari dampak perubahan iklim ini semakin mengkhawatirkan. Tentu kita tak bisa diam saja, pasrah menerima segala dampak yang ada. Harus berbuat sesuatu.
Inilah yang juga dirasakan oleh Adhitya Putra Lanae. Kepeduliannya terhadap perubahan iklim, membuatnya mendirikan Climate Institute. Organisasi nirlaba yang bergerak di bidang edukasi lingkungan.
Perubahan Iklim yang Semakin Mengkhawatirkan
Perubahan iklim didefinisikan sebagai perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini terjadi secara alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia telah menjadi penyebab utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan emisi gas rumah kaca yang bekerja seperti selimut yang melilit Bumi, menghasilkan panas matahari dan menaikkan suhu.
Dampak perubahan iklim ini semakin nyata dirasakan. Mulai dari kekeringan hebat, kelangkaan air, kebakaran hebat, naiknya permukaan laut, banjir, pencairan es kutub, badai dahsyat dan penurunan keanekaragaman hayati.
Tentunya, semua dampak di atas sangat mengancam kehidupan di bumi. Tak hanya bagi manusia saja, perubahan iklim bisa mengancam kehidupan makhluk hidup lainnya.
Perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, dirasakan pula dampaknya oleh manusia. Oleh karena itu, manusia juga lah yang harus mengatasi perubahan iklim ini.
Mengatasi perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan ini dibutuhkan peran serta berbagai pihak, tak terkecuali generasi muda.
"Peran generasi muda dalam mengatasi perubahan iklim ini sangat penting", Adhitya Putra Lanae.
Adhitya Putra Lanae, Pemuda Peduli Perubahan Iklim
Saya beruntung, bisa berbincang dengan Adhitya Putra Lanae, disela-sela kesibukannya sebagai Meta Ads Specialist dan Program Manager, dia masih menyempatkan waktu menjawab pertanyaan yang saya ajukan secara daring.
Secara lugas, dia bercerita tentang ketertarikan pada isu perubahan iklim dan bagaimana memulai perjalanan bersama Climate Institute Indonesia ini.
Baca Juga : Peran Pemuda dalam Menghadapi Perubahan Iklim
Menuntut ilmu di jurusan Hubungan Internasional, membuat Adhit banyak bersinggungan dengan isu-isu global, salah satunya, perubahan iklim. Climate Change menjadi salah satu topik yang dipelajarinya sejak di bangku kuliah. Tak hanya mengupas tentang apa itu perubahan iklim, Adhit juga belajar tentang bagaimana sebuah negara dan individu bersinergi untuk menanggulangi dampak dari perubahan iklim ini.
Saat itu komunitas lingkungan dan climate change tidak begitu banyak di Indonesia. Itulah yang akhirnya membuat Adhit dan keempat temannya mendirikan komunitas Indonesian Youth Team for Climate Change (IYTCC) pada tahun 2015, dan sejak 2017 dilegalkan dengan nama Climate Institute.
Climate Institute
Climate Institute adalah sebuah NGO yang bergerak di bidang perubahan iklim. Organisasi yang fokus memberikan edukasi pada kaum muda untuk lebih peduli pada perubahan iklim.
Perjalanan Climate Institute
Climate Institute berawal dari pengalaman Adhit setelah mengikuti sebuah workshop di Bali. Sudah lama Adhit fokus pada isu lingkungan, dia pun menulis tentang masyarakat adat dan hutan. Tulisan inilah yang pada akhirnya membuat Adhit terpilih menjadi salah satu peserta workshop.
Adhit Putra Lanae dan Climate Institute | dokpri Adhit
Bersama alumni workshop, Adhit mendirikan Climate Institute. Rupanya, langkah ini mendapatkan apresiasi dari NGO asal Jerman, Friedrich Naumann Foundation (FNF). FNF inilah yang akhirnya menjadi donatur pertama Climate Institute.
Melalui donasi inilah, Climate Institute bisa melakukan beberapa program untuk mengedukasi kaum muda agar lebih peduli pada perubahan iklim.
Program Climate Institute
Climate Institute ini bertujuan memberikan edukasi bagi generasi muda agar peduli pada perubahan iklim. Program Climate Institute ini mulai dari seminar, workshop, hingga aksi bersama, seperti menanam pohon serentak hingga melakukan daur ulang sampah agar lebih bernilai ekonomis.
Youth Climate Camp | dokpri Adhit
Kegiatan edukasi ini diberikan secara gratis baik dalam 1 hari ataupun workshop selama 3 hari. Setiap workshop dikemas dengan menarik, mulai dari Youth Climate Camp, Climate Influencer Meeting, Youth Climate Day, Climate Blogger & Vlogger dan lain-lain.
Climate influencer | dokpri Adhit
Sejak 2015, Climate Institute sudah menyelenggarakan lebih dari 100 seminar dan workshop di Indonesia, yang tersebar di beberapa daerah : Jakarta, Bogor, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Surabaya, Medan, Tangerang, Jambi, Manado, dan Bandung. Khusus daerah Jabodetabek, workshop bisa digelar dua hingga tiga kali seminggu.
Penenaman mangrove | dokpri Adhit
Climate Institute juga pernah melakukan penanaman Mangrove di beberapa titik di Indonesia, seperti Semarang, Pulau Seribu, dan lain-lain.
Keberhasilan program Climate Institute ini tidak terlepas dari adanya dukungan donatur dan kolaborasi dari berbagai pihak, mulai dari kalangan pemerintah, partai politik, hingga para influencer.
Adhit menanam pohon | dokpri Adhit
Semangat Adhit dalam mengembangkan Climate Institute ini mendapatkan apresiasi dari PT. Astra. Tahun 2021, Climate Institute menerima penghargaan SATU Indonesia Awards di Bidang lingkungan.
Climate Institute menjadi satu-satunya lembaga yang dianggap paling signifikan serta massif dalam memberikan edukasi seputar lingkungan dan krisis iklim di Indonesia. Lewat program-programnya, Climate Institute mampu mengajak anak muda untuk peduli pada perubahan iklim.
Hambatan
Layaknya sebuah perjuangan, jalan Climate Institute dalam mengedukasi generasi muda tentu tak selalu mulus. Ada hambatan yang harus dihadapi.
Menurut Adhit, satu-satunya hambatan yang paling menantang adalah keberadaan donatur. Hingga saat ini, semua edukasi yang dilakukan oleh Climate Institute ini dilakukan secara gratis, peserta tidak dipungut biaya. Tentu saja, kegiatan ini membutuhkan sokongan dana dari pihak donatur.
Tahun ini, kontrak donatur yang dimiliki Climate Institute sudah selesai. Adhit berharap, akan ada donatur baru yang bisa mendukung kegiatan Climate Institute.
Harapan
Di tengah ancaman perubahan iklim yang semakin nyata ini, tentunya kita semua berharap bahwa setiap orang memiliki kesadaran untuk memiliki gaya hidup yang ramah lingkungan.
Terus mengedukasi | dokpri Adhit
Kedepannya, Climate Institute berharap terus bisa mengedukasi anak muda tentang lingkungan dan krisis iklim. Memfasilitasi anak muda untuk memiliki wawasan yang pro lingkungan.
Generasi Muda, Yuk #UbahPerilaku untuk Bumi yang Lebih Lestari
Bumi adalah milik kita bersama, sudah selayaknya kita semua ikut menjaganya. Adhit menyerukan pentingnya untuk #UbahPerilaku.
Setiap orang harus bertanggung jawab atas hidupnya masing-masing dan terkadang juga hidup orang lain. Setiap perilaku yang kita perbuat tentu menimbulkan konsekuensi, salah satunya untuk lingkungan. #UbahPerilaku yang merusak lingkungan dan iklim mulai dari diri sendiri.
Lakukan mulai dari diri sendiri. Mulai dari hal kecil, seperti lebih memilih naik transportasi publik, mengurangi sampah plastik dan makanan, dan berbagai gaya hidup ramah lingkungan lainnya.
Baca Juga : 7 Cara Kelola Sampah Makanan di Rumah, Karena Sampahmu adalah Tanggung Jawabmu
Hal-hal kecil yang kita lakukan, nyatanya bisa membantu mengurangi dampak perubahan iklim. Jadi, tunggu apalagi, yuk #UbahPerilaku untuk bumi yang lebih lestari.
Aku pernah ketemu Adhit di sebuah event tapi ga ngeh kalau dia aktif di Climate Institute. Isu lingkungan ini sangat sensitif banget tapi banyak yang ga peka dan aware ya. Bahkan di Bandung lagi darurat sampah, dan harus nunggu lama buat diangkut ke TPS selanjutnya
BalasHapusBesar juga donasinya bisa membiayai begitu banyak kegiatan, ya. Moga Climate Institute bisa tetap jalan secara berkelanjutan juga seperti bumi yang dicintainya
BalasHapusKeren banget mas Adhit, Nggak banyak memang pemuda bisa menjadi pelopor perubahan, harus ada kemauan dan tekad yang kuat. Semoga usahanya menular kepada kita semua untuk ikut #UbahPerilaku demi bumi kita tercinta
BalasHapusWaah semoga ke depan makin banyak Adhit2 yang punya tekad dan upaya nyata mencintai lingkungan. Harus kita sebarluaskan juga agar yang muda2 lain juga bisa terinspirasi dengan upaya nyata adhit
BalasHapusBerasa banget memang ini dampak dari perubahan iklim ya mak. Semoga semakin banyak pemuda seperti Adhit Putra Lane yang peduli dengan perubahan iklim, agar banyak juga yang tergerak untuk melakukan hal yang sama.
BalasHapuswah semoga saja climate institute bisa selalu mendapat donatur yang setia ya agar bisa terus berkontribusi dalam memberikan edukasi seputar perubahan iklim pada masyarakat
BalasHapusSemoga makin banyak donator yang ikut berpartisipasi sehingga makin banyak dan sukses juga program program bisa berjalan baik
BalasHapusSuka banget liat kiprah anak muda yg berani berperan thd lingkungan. Apalagi sekarang juga musim karhutla yg gak selese2 tiap tahun
BalasHapusMenjadi generasi muda yang bergerak nyata serta menginspirasi ini tentu gak mudah.
BalasHapusDan berkat dukungan dari berbagai pihak, Adhitya Putra Lanae dan Climate Institute mampu mengajak lebih banyak lagi generasi untuk bergerak bersama jaga lingkungan.
Aku baru tahu soal Climate Institute ini. Semoga makin banyak yang peduli dengan isu lingkungan ya. Mana akhir-akhir ini panas dan sering terjadi kebakaran pula. Bumi sedang tidak baik-baik saja
BalasHapusSeru banget ya kegiatannya banyak. Aku jd pengen jg ke hutan mangrove dan ikut salah satu seminarnya
BalasHapusSampai 40 plus di Surabaya, masya allah panasnya ya, Mbak.
BalasHapusSemoga kegiatan dari Climate Institute ini terus berjalan, syukur² kita bisa membersamainya.
Cuaca panasnya memang gila2an sih Oktober ini. Baru kerasa beneran pengaruh kebisaan kita sebagai masyarakat ke pemanasan global. Semoga semakin banyak putra bangsa yang ikut serta ngasih awareness tentang perubahan iklim dan cara menjaga alam seperti Kak Adhitya
BalasHapusYa Allah memang panas banget sampai pusing kalau lagi jemput anak-anak, di mobil AC lanjut keluar nyoss masuk lagi langsung deh kepala nyut nyut...
BalasHapusperubahan iklim saat ini kerasa banget ya mak. keluar bentar aja langsung keringatan. baju langsung basah. semoga semakin banyak Adhit lain yang menginspirasi untuk menjaga bumi dan menginfluence untuk mengawal perubahan iklim menjadi lebih baik
BalasHapusKeren ya Climate Institute bisa meningkatkan kesadaran anak muda akan pentingnya menjaga lingkungan, suatu hal yang abai kita lakukan selama puluhan tahun hiks
BalasHapusMasyaa Allah, semoga bisa ketemu donatur tetap untuk Climate Institute. Mungkin sementara ini bisa kampanye masif dulu di sosial media untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
BalasHapusBandung yang dikenal berhawa sejuk pun, minggu ini 34 derajat C dong. Salut sama mas Adhit Putra Lanae dengan Climat Institute-nya. Semoga menular juga aksinya ke daerah-daerah lain di seluruh Indonesia. Aksi seperti ini harus didukung oleh semua lapisan masyarakat sih. Kalau enggak...ya kayak sekarang ini, imbas dari climate change, bumi makin panas...
BalasHapusDaebaakkk, negeri kita butuh anak muda dgn pola pikir dan sikap yg mantaabbb seperti ini.
BalasHapussaluttt dan angkat topi bgt
keren maksimal.
Dari yang semula, Adhitya Putra Lanae melakukannya karena bagian dari pekerjaan, namun karena enjoy dan ternyata langkahnya sangat bermanfaat untuk kepedulian terhadap isu lingkungan, maka edukasi yang kini dijalankan bisa seiring sejalan dengan pekerjaan yang digelutinya sehingga apa yang dilakukan menginspirasi anak muda Indonesia.
BalasHapusApa yang dilakukan Adhit bagus sekali, ya. Dampaknya jadi besar karena dia menggerakkan banyak anak muda lain. Semoga Climate Institute terus bergerak dengan dukungan banyak pihak.
BalasHapussemoga dimudahkan ya climate institute untuk mendapatkan support finansial, agar apa yang diperjuangkan bisa terus dilakukan dan menjadikan generasi penerus ini sadar akan hidup yang berkelanjutan
BalasHapusSemangat untuk mengedukasi banyak orang terlibat dalam cintai Bumi
BalasHapusSemoga makin banyak generasi muda seperti Adhit ini yang peduli pada perubahan iklim, apalagi akhir-akhir ini kondisi cuaca di bumi sudah mulai tidak baik-baik saja, harus ada upaya untuk mitigasi agar perubahan iklim tidak semakin meluas.
BalasHapusSemoga gerakan Adhit ini bisa sampai pada semua lapisan masyarakat ya. Saya dukung penuh agar mitigasi iklim yang digencarkan oleh Adhit ini bisa menyeluruh hingga ke akar-akarnya.
BalasHapusberuntung sekali kita punya pemuda yang peduli lingkungan seperti Adhit ini, semoga semakin berkembang dan mendapat banyak sokongan dari banyak pihak untuk program Climate Institute ini, dan makin bertambah generasi muda yang cinta lingkungan.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSemoga gerakan yang diciptakan Adhit ini jadi inspirasi semua sehingga segala lapisan masyarakat menikmati semua dampak programnya
BalasHapusAnak-anak muda sekarang sebenarnya cukup banyak yang membawa gebrakan baik dan bermanfaat ya, seperti Adhit ini contohnya. Mengedukasi masyarakat agar lebih peduli dengan perubahan iklim beserta dampaknya. Tentu tujuannya agar semua bisa mencari cara atau jalan terbaik jika suatu saat nanti salah satu situasi di atas terjadi.
BalasHapusmasyaAllah andai Indonesia punya banyak pemuda yang peduli iklim begini ya Mba. InsyaAllah aakn seimbang banget semesta di sini
BalasHapus