Bulan Februari lalu, saya dikejutkan dengan turunnya hujan es di Surabaya. Hujan deras yang mengguyur sore itu, tampak lebih gaduh dari biasanya. Suara gaduh terdengar dari atap rumah.
Bahkan, bongkahan-bongkahan es yang turun dari langit sore itu masuk melalui lubang ventilasi rumah. Betapa kagetnya saya, saat melihat dengan jelas bongkahan es dari langit ini. Hujan es! Bongkahan es yang turun besarnya seukuran es batu yang biasa ada di freezer.
Tiga bulan kemudian, tepatnya di Bulan Mei 2022, cuaca Surabaya berubah sangat panas. Memang, Surabaya sudah terkenal dari dulu soal cuaca panasnya. Namun, kali ini sangat berbeda. Lebih panas dari biasanya.
Ternyata, berdasarkan keterangan dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), cuaca Surabaya mencapai 36,4° C! Ini menjadikan Surabaya sebagai kota dengan suhu tertinggi di Indonesia.
Surabaya juga tak lepas dari persoalan banjir rob. Sebagai daerah pesisir, Surabaya sering menghadapi abrasi dan rob di sepanjang garis pantainya. Menurut data, pada periode Juni 2022, banjir rob merendam wilayah pesisir barat dan timur Surabaya setinggi 20-40 cm.
Peneliti dari Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), menyebutkan bahwa, banjir rob yang sering melanda Surabaya ini disebabkan oleh kenaikan muka air laut dan penurunan muka air tanah (land subsidence).
Selimut Polusi dan Bencana Lingkungan
Hujan es, panas ekstrim, hingga banjir rob yang melanda Surabaya adalah bentuk bencana lingkungan. Semua ini terjadi karena lingkungan yang semakin rusak. Imbas dari efek gas rumah kaca atau selimut polusi di atmosfer.
Sedihnya, tak hanya Surabaya yang mengalami bencana lingkungan ini. Hampir di seluruh Indonesia juga terjadi. Bahkan, menurut catatan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), bencana terkait efek GRK (Gas Rumah Kaca) adalah bencana yang paling sering terjadi di Indonesia.
Baca Juga : Hujan Es, Perubahan Iklim dan Upaya yang Bisa Kita Lakukan Agar Selamat
Peningkatan penggunaan kendaraan pribadi berbahan bakar fosil, penggunaan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utama pembangkit listrik dan pembabatan hutan untuk produksi energi menyebabkan timbulnya efek gas rumah kaca yang menyelimuti atmosfer bumi.
Perlahan tapi pasti, selimut polusi ini semakin tebal. Selimut polusi membuat suhu permukaan bumi semakin meningkat (global warming) dan menyebabkan perubahan cuaca secara luas dalam jangka waktu yang panjang (perubahan iklim). Perubahan iklim menyebabkan terjadinya bencana lingkungan.
Transisi Energi untuk Kurangi Selimut Polusi
Tentunya kita tidak boleh membiarkan selimut polusi semakin tebal. Tak terbayangkan bagaimana jika bencana lingkungan semakin sering terjadi, tak hanya lingkungan yang rusak, tetapi ancaman kelaparan pun di depan mata.
Beberapa hari lalu, dalam webinar #EcoBloggerSquad dan Traction Energy Asia, saya belajar bagaimana, transisi energi menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi selimut polusi ini. Bagaimana caranya? Sebelum membahas bagaimana transisi energi bisa mengurangi selimut polusi, mari kita bahas dahulu apa itu transisi energi.
Transisi energi adalah sebuah upaya untuk mengurangi penggunaan energi fosil dengan energi non fosil yang rendah polusi dan emisi gas rumah kaca.
Mengapa perlu melakukan transisi energi?
Tentunya untuk mengikis selimut polutan (efek GRK) yang menyelimuti atmosfer bumi untuk mencegah terjadinya bencana lingkungan seperti yang dialami kota Surabaya.
Tak hanya mengurangi bencana lingkungan, transisi energi membuat kita terhindar dari kekurangan sumber air dan ancaman kelaparan.
Transisi energi ini bisa dimulai dengan melakukan transisi energi di sektor transportasi maupun kelistrikan.
Langkah transisi energi ini sudah banyak dimulai, baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
Salah satunya adalah TPA Benowo, Surabaya yang mengubah sampah menjadi energi listrik.
TPA Benowo Ubah Sampah Jadi Energi Listrik
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Benowo ini terletak di kelurahan Sumberrejo, Kecamatan Pakal, Kota Surabaya. TPA Benowo tak hanya sebagai tempat pembuangan sampah saja, melainkan menjadi PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). PLTSa Benowo ini adalah PLTSa pertama dan terbesar di Indonesia.
Pengolahan sampah menjadi listrik di TPA Benowo dimulai sejak tahun 2012. Pada waktu itu, pengolahan sampah dilakukan dengan metode Landfill Gas Powerr Plant. Melalui metode ini, 600 ton sampah yang dihasilkan mampu diubah menjadi listrik sebesar 2 megawatt. Kemudian pada tahun 2015, digunakanlah metode Gasfication Power Plant.
Di tahun 2021, TPA Benowo mampu mengubah 1000 ton sampah per hari menjadi 12 megawatt listrik. Hasil listrik tersebut dibagi menjadi 9 megawatt untuk dijual kepada pihak PLN, 2 megawatt untuk kebutuhan operasional, serta 1 megawatt untuk redundant. Dengan kapasitas 9 megawatt, PLN dapat melistriki sekitar 5.885 rumah tangga dengan daya 1.300 VA di wilayah Surabaya dan sekitarnya.
Bagaimana cara mengubah sampah menjadi listrik?
Proses pengolahan sampah menjadi listrik diawali dengan proses penimbangan. Setelah sampah ditimbang, sampah dilanjutkan ke proses pemilahan atau waste pit. Selanjutnya sampah diayak menggunakan seperti mesin capit dan dimasukkan ke dalam boiler.
Di dalam boiler ini terdapat proses pembakaran yang mengubah air menjadi uap. Lalu tahap terakhir adalah steam turbine generator yang mengubah uap menjadi listrik. Dengan metode Gasification, proses pengolahan sampah menjadi listrik menjadi lebih cepat dibanding Landfill Gas Power Plant. Sehingga, jumlah listrik yang dihasilkan mencapai 6 kali lebih banyak dan hampir 2 kali sampah lebih banyak.
Tak hanya memanfaatkan sampah menjadi listrik. Cairan sampah yaitu air lindi juga dimanfaatkan TPA Benowo untuk dikelola menjadi air bersih. Sementara itu, limbah yang dihasilkan dari proses pembakaran yaitu bottom ash dan fly ash akan ditampung di tempat yang telah disediakan dan dalam proses penelitian untuk dimanfaatkan kembali.
Tantangan Transisi Energi
Mengubah sampah menjadi listrik adalah contoh nyata bagaimana pemerintah sudah mulai bergerak untuk melakukan transisi energi. Begitu juga di kalangan masyarakat, sudah banyak juga yang beralih menggunakan panel surya untuk kebutuhan energi rumah tangga.
Namun, masih banyak juga tantangan yang harus dihadapi. Transisi energi masih menjadi jalan terjal penuh tantangan.
Berikut beberapa tantangan transisi energi dari sektor kelistrikan.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Meski masih banyak tantangan transisi energi di sektor kelistrikan, bukan berarti kita berpangku tangan. Bila belum bisa beralih ke energi terbarukan, kita bisa mengurangi polusi dan mengurangi dampak perubahan iklim, dengan cara :
1. Terlibat dalam pengumpulan limbah rumah tangga untuk bahan energi non fosil (biodiesel dan biogas)
Saya sudah beberapa tahun ini mengumpulkan minyak jelantah untuk disetorkan kepada pengelola biodiesel.
Baca Juga : Teknologi Pengelolaan Limbah, Mengubah Sampah Menjadi Berkah
Memisahkan sampah organik dan organik sebelum dibuang ke TPA agar lebih mudah dikelola.
2. Ceritakan praktik baik inovasi pemanfaatan energi terbarukan/non fosil
Beberapa waktu lalu saya pernah menghadiri gathering bersama salah satu perusahaan yang mendukung energi solar. Saya tuliskan secara lengkap ,. Praktik baik inovasi energi solar untuk bumi yang lebih hijau, sudah saya sebarkan kepada semua pembaca blog.
3. Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi
Angkutan kota, kereta komuter line dan Suroboyo Bus adalah transportasi umum yang sering saya gunakan untuk beraktivitas sehari-hari. Juga sepeda untuk bepergian dengan jarak dekat. Sehingga, seminimal mungkin menekan emisi karbon.
4. Menghemat penggunaan listrik
Berusaha untuk menggunakan cahaya matahari di pagi dan siang hari, agar tak banyak menyalakan lampu. Memanfaatkan angin yang berhembus dengan membuka jendela lebar-lebar agar tak perlu menyalakan kipas angin maupun AC. Adalah beberapa langkah kecil saya dalam menghemat penggunaan listrik di rumah.
5. Mengkampanyekan penggunaan produk energi terbarukan
Bersyukur sekali bisa bergabung di Eco Blogger Squad. Saya tak hanya menulis beragam isu lingkungan, tetapi juga bisa turut serta dalam mengkampanyekan penggunaan produk energi terbarukan ini. Apalagi ada banyak isu besar yang bisa digaungkan untuk mendukung percepatan proses transisi energi di Indonesia ini, misalnya :
⏹️ Sentralisasi wewenang pengadaan energi skala besar ke Pemerintah Pusat pasca UU Ciptakerja. Sehingga Pemerintah Daerah sulit mengembangkan proyek energi terbarukan skala besar.
⏹️ Rendahnya investasi di proyek energi terbarukan.
⏹️ Rendahnya SDM dan RnD tentang teknologi energi terbarukan.
⏹️ Inovasi dan perkembangan teknologi terbaru di bidang energi terbarukan.
⏹️ Contoh-contoh praktik baik pemanfaatan energi terbarukan pada skala besar-kecil, di Indonesia atau di negara lain yang mirip kondisi alamnya dengan Indonesia.
⏹️ Insentif transisi energi belum optimal, sehingga biaya produksi dan harga jual masih mahal.
⏹️ Praktik kerja sama penanganan perubahan iklim dan pelaksanaan transisi energi.
⏹️ Proyek energi fosi (PLTU) masih diperbolehkan untuk dibangun.
Penutup
Transisi energi perlu dilakukan untuk mengurangi selimut polusi. Meski masih perlahan dan banyak tantangan, kita tidak boleh menyerah.
Jalan transisi energi semakin terang, melihat semakin banyak praktik baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat untuk mulai beralih pada energi terbarukan.
Lakukan apa yang bisa dilakukan. Jika memang belum bisa beralih ke energi terbarukan, paling tidak lakukan gaya hidup ramah lingkungan. Kurangi emisi karbon agar selimut polusi tidak semakin tebal.
Setuju?
Referensi
1. Webinar Eco Blogger Squad dan Traction Energy Asia
2. https://www.analisapost.com/en/post/greenpeace-surabaya-kota-terpanas-yang-terkepung-limbah-berbahaya-1
3.https://www.google.com/amp/s/waste4change.com/blog/tpa-benowo-olah-sampah-jadi-energi-listrik/%3famp=1
Makasih sharingnya, lengkap sekali ulasannya
BalasHapusMakin ke sini cuaca emang jadi gak nentu karena perubahan iklim. Setuju banget transisi energi jadi salah satu alternatif untuk mengurangi selimut polusi.
BalasHapusPerubahan iklim inj juga jadi penyebab banyaknya timbul bencana di seluruh penjuru dalam negeri maupun dunia ya. Semoga segera ada solusi
HapusAamiin...
saya sering mengalami hujan deras yang disertai petir dan suara guntur juga. Tapi belum pernah merasakan langsung atau melihat langsung hujan es. Karena dulu itu, saya hanya melihat ada hujan es di cerita dongeng. Jadi ini menunjukkan memang perubahan iklim sudah sangat besar terjadi. Dan memang saya ke Surabaya, itu panas sekali.
BalasHapusDan sangat bagus ini ada pembangkit listrik tenaga sampah, mengolah sampah menjadi hal yang bermanfaat.
bagus banget Eco Blogger Squad ya?
BalasHapusMemberikan materi-materi bagus yang jarang dipublikasikan
salah satunya tentang transisi energy ini
Masih jarang yang paham karena belum banyak tulisan yang ngebahas
Perubahan iklim dari hujan es dan beberapa bulan cuaca malah sangat panas, itu sangat ekstrim.
BalasHapusSekarang di tempat tinggal yg dulunya dibilang memeliki udara yg dingin, sekarang jg panas dan gerah. Perubahan iklim bisa dicegah agar tak semakin parah dengan transisi energi untuk mengurangi selimut bumi ya mba. Mulai dari tindakan sehari-hari, dr diri sendiri dan ditularkan pada yg lai.
Transisi energi ini minimal dari diri sendiri dulu ya Mba.. Bisa dari hal sederhana, misalnya ke warung depan jalan kaki aja atau naik sepeda. Kalau panas nunggu sorean dikit hihihi
BalasHapusOalah..itu toh yang dimaksud transisi energi. Duh..membayangkan gimana kerennya Lombok kalau tersedia transportasi publik. Di sini tuh banyak banget yang ke sana sini, ke kantor, sekolah, kuliah, masih menggunakan kendaraan pribadi. Hiks
BalasHapusWah setuju banget nih, gaya hidup berkelanjutan seperti ramah lingkungan penting diterapkan ya kak...selama ini saya masih seringnya bawa tumbler ke kantor tuk mengurangi sampah plastik botol minuman/kemasan gelas.
BalasHapusBener banget. Terlihat sulit. Tapi bukan berarti nggak bisa dimulai dengan hal sederhana dari masing-masing orang. Kayak memininalisir penggunaan energi dan polusi udara misalnya.
BalasHapusKita bisa mulai dari diri sendiri. Dengan lebih suka pake angkutan umum atau sepeda kalau jaraknya dekat.
Terus hemat listrik dengan matiin semua listrik kalau nggak dipake dan siang hari.
Kebayang kalau semua orang berbuat begini sih.
Namanya bertransisi pasti ada tantangannya.
BalasHapusNamun begitu, kalau kitanya bekerjasama, maka akan terbitlah solusi.
Yuk semangat kolaborasi
Insya Allah, walau tantangan berat, pasti bersama kita mengatasinya. Apalagi untuk kebaikan bersama. Nantinya juga akan membawa manfaat bagi kita semua.
HapusSetuju. Namanya menuju pada sesuatu yang lebih baik, di awal, untuk membiasakan perlu tekad dan usaha yang kuat. Nanti tinggal menikmati hasilnya, termasuk transisi energi ini yaks.
HapusPembangkit listrik tenaga sampah ini sempat jadi topik hangat di Bandung, sekian belas tahun lalu. Tepatnya setelah gunung sampah di Leuwigajah longsor dan banyak korban jiwa. Tapi sampai hari ini ... entahlah. Nggak ada kabar-kabarnya lagi.
BalasHapusBanyak sekali poin penting yang bisa diambil dari tulisan/artikel ini. MashaAllah. Saya seperti sudah mendapatkan kuliah 2 SKS tentang energi dan pelestarian lingkungan. Bagus banget Mbak Di tulisannya. Nyatanya ya, important summaries seperti di atas mengajak kita semua untuk mau lebih aware akan transisi energi hingga bagaimana keterlibatan kita untuk mengurangi polusi, menjaga kualitas lingkungan dari hal kecil sekalipun.
BalasHapusSaya masih sejauh mengurangi sampah plastik dengan bawa kantongan dan tumbler minum sendiri. Anak-anak sekolah juga pada bawa tumbler ya, gede2 amat ukuran 2 liter. Awalnya mungkin kerepotan tapi lama2 jadi terbiasa.
BalasHapusAndai di lingkungan saya ada nerima minyak jelantah begitu saya juga minat, nih...
Transisi energi memang harus segera dilakukan ya mbak, bukan hanya untuk mencegah makin parahnya kerusakan lingkungan, tapi juga untuk agar terhindar dari kekurangan sumber air dan ancaman kelaparan.
BalasHapusEnergi terbarukan ini beberapa waktu yang lalu sempat menjadi judul pelatihan favorit di tempat saya bekerja, tapi kini sudah meredup lagi. Peminatnya sedikit
Setuju kak, dengan disegerakan bisa lekas dapat manfaat positifnya dari transisi energi ini ya
HapusBetul juga ya. Sumber daya yang selama ini banyak dipake tuh sumber daya yang nggak bisa diperbaharui. Ada kalanya akan habis. Terus gimana dong?
HapusMkanya transisi energi memang perlu banget.
Paling gampang emang kalau kita belum bisa pasnag solar panel di rumah misalnya, ya emang asyik naik kendaraan umum, pakai sepeda, atau ya jalan kaki. kalau aku pribadi, efisiensi energi dulu dari diri sendiri, baru transisi energi kemudian.
BalasHapusApa aja sih mba pertimbangannya pasa solar panel? Iya aku juga milih pake kendaraan umum atau gowes sih.
HapusAlhamdulillah, ada inovasi keren nih di TPA Benowo, mengubah sampah jadi energi listrik. Semoga TPA-TPA lain di negeri ini mengikuti langkah TPA Benowo ini aamiin.
BalasHapusHarus bngt nih kehidupan sehari2 jua harus bisa mengurangi selimut polusi, bisa Naik tranportasi umum, mimilah sampah, Dan Kita Juga bisa Mengkampanyekan penggunaan produk energi terbarukan
BalasHapusBumi sedang tdk baik baik.saja.
BalasHapusPerlu langkah nyata dan kontribusi semua pihak ya mba
Setuju kak.
HapusKarena memang gak bisa individual mengerjakannya harus bekerja sama
Aku lihat yg di Supit Urang itu keren banget sih kak. coba kalau diikuti sama daerah lain yaa semoga masalah sampah bisa segera teratasi jadi setidaknya mengurangi polusi
BalasHapusNah iya kepengen maen ke sana ya, lihat2 langsung proses pengolahan biogasnya
HapusLihat kata eco blogger squad jadi inget saya pernah ngisi acara, pas itu acara yg gak jauh2 deh sama SEO hehehe, yang keren dari eco blogger squad tuh insightnya tentang kepedulian alam. kampanye tentang isu lingkungan.. karena bumi yang sedang kita tempati sekarang ini sedang tidak baik-baik saja.
BalasHapusHadiirr..
HapusSenang sekali mendapatkan ilmu dari kak Pewe.
Memang isu lingkungan ini harusnya masuk ke berbagai kalangan. Gak hanya sosialisasi nyata dengan gerakan atau program tapi juga melalui literasi.
Wah keren ya TPA Benowo udah memanfaatkan sampahnya menjadi energi listrik bahkan semuanya bisa dimanfaatkan ya. Mulai dari air lindinya yang diolah lagi dan pemanfaatan lagi bottom ash dan fly ash nya. Kerennn.
BalasHapusSudah waktunya ya untuk sesegera mungkin menggunakan energi alternatif dan melakukan transisi energi untuk mengatasi polusi. Biar cuaca gak makin ekstrim dan perubahan iklim tidak semakin membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia
BalasHapusenergi alternatif emang jadi solusi terbaik supaya alam jadi seimbang. Cuaca ekstrim pernah aku alamin waktu tinggal di Malang. hujan es yang lumayan gede dan menakutkan. sereeeeeeeem
BalasHapusmemang sudah harus dilakukan pergantian energi alternatif ya untuk menjaga keberlangsungan kehidupan ini
BalasHapusMeskipun pengolahan sampah di TPA Benowo banyak tantangannya tapi pemerintah setidaknya sudah memulai bergerak untuk transisi energi ya, Mbak. Karena merasa bumi sedang tidak baik-baik saja, minimal dari saya sendiri mulai mengurangi penggunaan wasah plastik dan memilih sampah dapur sendiri. Makasih sharing insightnya, Mbak..
BalasHapusSetuju sekali kak, kita tidak boleh membiarkan selimut polusi semakin tebal. Takutnya jika bencana lingkungan akan semakin sering terjadi ya kak
BalasHapusSolusi mengurangi sampah di kota besar memang harusnya dialihkan jadi energi terbarukan, dan pasti sukses dilakukan kalau semua pihak ikut bergerak dan mendukung
BalasHapuswaktu berita di surabaya turun hujan es, kaget juga aku, karena udah lama sekali kayaknya surabaya nggak pernah kejadian seperti ini
BalasHapusbulan september lalu waktu aku ke surabaya bener bener merasakan panasnyaaa cuaca surabaya saat keluar stasiun. Padahal meskipun aku cukup sering ke surabaya, meskipun siang hari, panasnya nggak seperti saat bulan september lalu, kayaknya sampe tembus ke baju panasnya
sampai sekarang aku berusaha untuk menghemat listrik juga dirumah. Aku baru tau kalau TPA Benowo juga dijadikan sebagai PLTsa, inovasinya bener bener keren
Penting banget ya kita menjaga lingkungan untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang terjadi mulai dari rumah sndiri deh dengan cara2 mudah memilah sampah plastik
BalasHapusDuh, calon dapat reward ini mah. Tulisan Mba Dian selalu lengkap dan real👌
BalasHapusKak surabayanya di mana? Persoalan di kota2 besar itu memang sampah ya kak. Sayang sekali sungai2 di Surabaya kondisinya kebersihannya memprihatinkan
BalasHapusBencana yang sering terjadi saya yakin disebabkan karena iklim yang sudah tidak pada tempatnya. Dalam salah satu penyebabnya ya kerusakan bumi karena ulah manusia itu sendiri.
BalasHapusPersoalan ini semoga bisa lekas teratasi. Kasihan bumi dan penghuninya
setuju, memang sudah terasa sekali ya pergantian iklim yang tidak menentu lagi, jadi banyak yang berubah termasuk lama dan penghuninya
Hapusmakin ngeri yaa klo baca-baca berita bencana dan ancaman masa depan bumi, langkah antisipasi jaga bumi harus banget dilakukan dari sekarang
BalasHapusdulu saya bangga ada hujan es di Bandung
BalasHapussaya pikir gak harus ke luar negeri, karena di sini juga ada
baru tau kemudian bahwa hal tsb disebabkan perubahan iklim
parah banget ya , hehehe
Memang belakangan cuaca semakin panas ya mbak. Rasanya membakar kulit. Dan belakangan kalau aku lg keluar rmh semakin banyak kendaraan pribadi yang mengisi ruang jalan. Untuk perubahan ini memang harus dr diri kita pribadi. Untuk menghemat pemakaian listrik, menyortir sampah, dan sebagainya ya mbak. Yg blm bs di aku mematikan ac dn kipas angin nih. Huhuhu semoga bisa deh memulainya.
BalasHapusTulisan yang bagus banget Mbak Di. Saya berharap informasi seperti ini tuh bisa disosialisasikan ke sekolah-sekolah dan kampus-kampus. Bikin kelas/kuliah terbuka yang wajib dihadiri oleh para generasi muda ini. Karena merekalah yang menjadi titik awal yang harus peduli akan transisi energi. Siapa tahu lewat event ini, mereka justru bisa menciptakan teknologi terbarukan yang ramah lingkungan di masa mendatang.
BalasHapusDi SDA dan SBY berasa bgt yaaa efrk climate change ini
BalasHapusAnomali cuaca terus terjadi
Merasa masih sedikit sekali yang sudah aku lakukan untuk menjaga bumi ini dan perlu banget memperbanyak hal yang bisa kurngi selimut polusi dengan langkah nyata lainnya. Yang kebayang saat ini memanfaatkan limbah itu ya.. Mungkin gak mudah awalnya karena butuh niat yang kuat. Kalau sudah terbiasa, akan semakin mudah melakukannya.
BalasHapusternyata PLTSa Benowo ini adalah PLTSa pertama dan terbesar di Indonesia woooow keren aku barutau loh. semoga ini bisa jadi contoh buat TPA TPA lain di banyak daerah yaaa
BalasHapusDuuh jauh-jauh deh dari bencana ya, memang kita harus bersinergi dalam menjaga lingkungan agar tetap lestari
BalasHapusBener-bener udah mendesak ya transisi energi ini. Bagusnya sih kita nyari sekolah dan kantor yang deket dari rumah, jadi bisa jalan kaki atau naik sepeda ontel. Hemat energi deh.
BalasHapusKalau saya agak sulit mengurangi pemakaian kendaraan pribadi mba, karena di Bali susah nyari kendaraan umum yang lewat sampai pelosok. Makanya bus-bus umum itu banyak yg pada kosong. Untuk menanggulangi itu saya melakukan carbon offset seperti nanem pohon di pekarangan dan ikut nanem mangrove
BalasHapusSama banget, kak..
HapusTapi tetap bergerak menjaga lingkungan dengan pemanfaatan energi terbarukan dan sampah yang dipilah dengan baik agar bisa mendukung program pemerintah, bebas sampah.
dengan tingginya polusi gini gak kebayang ya gimana kondisi di masa depan. semoga transisi energi bisa ngurangin dampak-dampak mengerikan
BalasHapusdi Pontianak sempat ada Tempat pembuangan sampah akhir yang bisa mengolah sampah menjadi sumber energi. alatnya bantuan Jepang dan sayangnya sudah rusak. bagus banget sebenarnya
BalasHapusSetujuu banget mbakuu...aq di surabaya padahal jam.8 jalan2 di patung sura baya panasnyaaa ya ampyun cetarr membahenol. Cuaca skrg emang yaa ga menentu so berbenah mulai dari diri sendiri.
BalasHapusMasalah selimut polusi ini memang harus segera ditangani. Pengaruhnya besar banget buat lingkungan.
BalasHapusTransisi energi ini tentu banyak banget yaa kak manfaatnya, terutama mengurangi polusi udara. Semoga ada banyak yang mulai menerapkan transisi energi ini 💚
BalasHapusPerubahan iklim ini terasa banget, bahkan buah buahan di kampung bapak, bergeser waktu berbuahnya, mngkin krn perubahan iklim
BalasHapusSaya baru tahu kalau di Benowo Surabaya ada tempat pengolahan sampah yang modern. Kapan-kapan harus bisa nih mampir melihat kesana langsung supaya bisa diterapkan di daerah saya
BalasHapusKalau misal proses transisi energi ini bisa berjalan dengan baik dan lancar, tentu sedikit masalah terkait selimut polusi dan pemanasan global sedikit banyak bisa teratasi ya kak...
BalasHapusSaya pun di sekolah sebisa mungkin untuk mengkampanyekan peduli lingkungan dengan membiasakan anak-anak membawa misting dan tumbler untuk makanan dan minuman mereka, sehingga meminimalisasi sampah dari jajanan kemasan.
BalasHapussaatnya bergerak bersama lindungi bumi dengan apapun yang bisa kita lakukan