Februari lalu, saya dikejutkan dengan turunnya hujan es di Surabaya. Hujan yang mengguyur Surabaya kala itu nampaknya bukan hujan biasa, melainkan berupa hujan es berukuran layaknya es batu yang biasa ada di freezer.
Bongkahan-bongkahan es yang turun dari langit sukses membuat gaduh di atas atap rumah. Bahkan, bongkahan es tersebut masuk ke dalam rumah melalui lubang ventilasi. Saya pun mengabadikan momen tak biasa tersebut.
Dalam video di bawah ini, teman-teman bisa melihat turunnya hujan es di Surabaya.
Hujan Es
Menurut Peneliti Senior Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS Dr. Ir. Amien Widodo, M.Si, hujan es atau hail ini merupakan bencana alam yang terjadi akibat awan Cumulonimbus (Cb) yang sangat besar dan gelap, bentuknya seperti jamur. Awan yang sering muncul pada musim penghujan ini bisa menyebabkan hujan es karena aliran udara ke bawah cukup tinggi.
Awan Cumulonimbus penyebab hujan es ini seringkali disertai oleh angin puting beliung. Jika ini yang terjadi, maka hujan es berpotensi menjadi bencana alam. Apalagi jika bongkahan es yang turun berukuran besar dan lebih padat, tentu bisa menimbulkan banyak kerusakan. Misalnya, pecahnya kaca dan genting rumah.
Itu yang saya takutkan saat mengalami hujan es bulan Februari lalu. Suara gaduh di genting rumah sukses membuat saya deg-deg an. Beruntung, tak ada genting yang pecah.
Sebelumnya, BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), merilis bahwa perubahan iklim telah nyata terjadi. Perubahan iklim menyebabkan terjadinya fenomena cuaca ekstrem, salah satunya ya hujan es ini.
Perubahan Iklim
Perubahan iklim menjadi isu yang sering diperbincangkan akhir-akhir ini. Banyak orang yang sudah tahu tentang adanya perubahan iklim ini.
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) mendefinisikan Perubahan iklim sebagai perubahan iklim yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengubah kompoisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami pada perioda waktu yang dapat diperbandingkan. Komposisi atmosfer global yang dimaksud adalah komposisi material atmosfer bumi berupa Gas Rumah Kaca (GRK) yang di antaranya, terdiri dari Karbon Dioksida, Metana, Nitrogen, dan sebagainya.
Sebenarnya Gas Rumah Kaca ini dibutuhkan untuk menjaga suhu bumi agar tetap stabil. Namun peningkatan konsentrasi GRK ini membuat lapisan atmosfer semakin tebal. Ini membuat jumlah panas bumi yang terperangkap di atmosfer semakin banyak, akibatnya suhu bumi naik, ini yang akhirnya disebut sebagai pemanasan global.
Perubahan iklim ini bisa menyebabkan berbagai bencana alam, mulai dari banjir, kekeringan, kebakaran hutan , hujan es, dan lain sebagainya. Sudah banyak terjadi bencana alam di Indonesia akibat perubahan iklim ini.
United Nations Environment Programe (UNEP) mencatat bahwa Indonesia menjadi negara yang paling rentan di Asia terhadap dampak negatif perubahan iklim. Dan, Surabaya menjadi kota urutan ketiga di Indonesia yang rentan dampak negatif perubahan iklim ini.
Pantas saja, saya sendiri sudah seringkali merasakan dampak perubahan iklim yang terjadi di Surabaya. Mulai dari cuaca Surabaya yang kian hari makin panas, banjir yang lebih sering terjadi dan yang paling baru adalah fenomena hujan es ini.
Kini, saya tak hanya membaca dampak perubahan iklim dari literatur yang ada. Saya bahkan mengalami sendiri dampak perubahan iklim ini. Sungguh, perubahan iklim ini nyata adanya.
Upaya yang Bisa Dilakukan untuk Hadapi Perubahan Iklim
Setelah merasakan sendiri dampak dari perubahan iklim, saya semakin bertekad untuk melakukan upaya penyelamatan. Melakukan hal-hal kecil namun berdampak #UntukmuBumiku sekaligus mengambil bagian untuk #TeamUpforImpact bagi lingkungan sekitar.
Menghabiskan makanan
Langkah kecil yang bisa dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim adalah dengan menghabiskan makanan. Dengan menghabiskan makanan, kita bisa mencegah menumpuknya sampah makanan yang merupakan penghasil gas metana terbesar.
Sampah makanan ini punya pengaruh besar terhadap terjadinya perubahan iklim, lho. Gas metan dari sampah makanan ini efeknya 21 kali lebih besar dari CO2. Ini bisa merusak lapisan atmosfer. Jadi, habiskan makananmu, ya!
Mengelola sampah organik
Mengatasi sampah organik yang merupakan penyumbang terbesar terjadinya perubahan iklim, tidak cukup dengan selalu menghabiskan makanan. Proses memasak mau tidak mau menghasilkan sampah organik.
Sudah dua tahun ini saya mengelola sampah organik sendiri. Mengelola sampah organik sendiri itu tidak susah. Ada banyak cara. Kalau saya menggunakan keranjang takakura dan felita.
Saya sudah mengurangi tumpukan sampah organik di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Mengurangi produksi gas metana yang merusak atmosfer.
Diet kantong plastik
Diet kantong plastik menjadi upaya yang tepat dalam mengatasi perubahan iklim. Kantong plastik adalah salah satu penyebab utama perubahan iklim. Karena, sejak proses produksi hingga tahap pembuangan dan pengelolaan, sampah plastik mengemisikan banyak gas rumah kaca ke atmosfer.
Membawa tas belanja sendiri dan wadah makan setiap berbelanja menjadi cara nyata mengurangi pemakaian kantong plastik. Oh ya, di Surabaya juga sudah ada larangan penggunaan kantong plastik untuk berbelanja. Senang sekali, pemerintah Surabaya punya aksi nyata dalam menghadapi perubahan iklim ini.
Menggunakan bahan bakar ramah lingkungan
Dua bulan ini saya beralih ke bahan bakar ramah lingkungan. Tak lagi menggunakan gas LPG, kini saya memasak menggunakan gas alam.
Meski sama-sama energi fosil, gas alam ini lebih rendah emisi. Gas alam memiliki kandungan karbon dioksida 25% lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil lainnya.
Menggunakan transportasi ramah lingkungan
Transportasi juga menjadi penyumbang emisi. Menggunakan transportasi ramah lingkungan menjadi upaya penyelamatan dalam menghadapi perubahan iklim ini.
Saya lebih sering berjalan kaki atau naik sepeda untuk bepergian dalam jarak yang dekat. Misalnya saat mengantar jemput anak sekolah. Saya memilih naik sepeda.
Saat berangkat kerja, saya juga menggunakan transportasi umum. Suroboyo Bus, adalah transportasi umum yang sering saya gunakan. Suroboyo Bus ini unik, membayar tiketnya dengan menukarkan sampah plastik botol kemasan. Bus ini menjadi cara pemerintah Surabaya dalam memanfaatkan sampah plastik. Bahan bakarnya juga ramah lingkungan.
Adopsi Hutan
Ternyata, hutan lah penyumbang emisi karbon terbesar. Kok bisa? Semua ini karena banyaknya lahan hutan yang hilang atau deforestasi.
Greenpeace menyebut luasan lahan deforestasi di Indonesia mencapai 2,13 juta hektare (ha) atau setara dengan luas 3,5 kali luas Pulau Bali.
Melakukan adopsi hutan adalah langkah menyelamatkan bumi dari dampak perubahan iklim. Adopsi hutan adalah gerakan penggalangan dana untuk membantu merawat pohon-pohon yang ada di hutan.
Satu pohon di hutan bisa 1 pohon menyerap 1420 kg karbon setiap tahunnya. Bisa kita bayangkan, bagaimana jika 1 hutan. Inilah yang membuat saya ikut adopsi hutan
Bersuara
Terakhir, yang saya lakukan untuk menghadapi perubahan iklim ini adalah dengan bersuara. Bersuara mengajak banyak orang untuk ikut serta dalam aksi nyata menghadapi perubahan iklim ini.
Bersuara dengan membuat artikel-artikel bertema lingkungan. Sudah setahun terakhir ini saya aktif menulis artikel bertema lingkungan.
Apalagi, baru-baru ini saya juga menjadi bagian dari Eco Blogger Squad. Tentu ini akan membuat saya semakin lantang bersuara #UntukmuBumiku.
Penutup
Perubahan iklim itu nyata adanya. Tentunya kita perlu segera mengambil aksi nyata selamatkan bumi untuk masa depan yang lebih baik.
Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan bumi dari perubahan iklim ini. Mulai dari diri sendiri, melakukan hal-hal kecil namun berdampak.
Bagaimana dengan teman-teman? Apakah juga merasakan langsung dampak perubahan iklim ini? Apa yang sudah teman-teman lakukan untuk bisa selamat dari perubahan iklim ini? Yuk, semangat! Kita jaga bumi. Selamatkan bumi dari perubahan iklim.
Referensi
1. Online Gathering Eco Blogger Squad, "Peran Hutan dalam Mitigasi Perubahan Iklim".
2. Mengenai Perubahan Iklim
http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/info-iklim/perubahan-iklim
3. Mengenal Perubahan Iklim, Faktor dan Dampaknya
https://indonesiabaik.id/infografis/mengenal-perubahan-iklim-faktor-dan-dampaknya
4. Peneliti ITS Mengulas Penyebab Terjadinya Hujan Es
https://www.its.ac.id/news/2022/02/24/peneliti-its-mengulas-penyebab-terjadinya-hujan-es/
5. Sisa Makanan Ternyata Memicu Perubahan Iklim. Kok Bisa?
https://www.mongabay.co.id/2018/07/05/sisa-makanan-ternyata-memicu-perubahan-iklim-kok-bisa/amp/
Aduh, serem banget 😱
BalasHapusIya, nih. Perubahan iklim ini memang semakin lama semakin bahaya buat bumi dan manusia. Makasih infonya, Mbak 😍
Nah jangan sampai tanda bencana udah bermunculan, manusia tetap saja bandel dengan segala aktifitas nya yang merusakkan alam dan lingkungan kita ini
Hapusuntuk diet kantong plastik bener banget. belanjaan kecil aku masukin tas aja. Paling pas belanja besar aja yang pakai kantong plastik. karena memang butuh untuk dimanfaatkan ulang buat buang sampah
BalasHapusYaa Allah mbak, kok serem ya ada hujan es gitu, jadi beneran ada ya mbak. Bener-bener Bumi sedang tidak baik-baik saja sekaranga, kejadian langka kek gini terjadi di daerah tropis, hiks hiks, . Kita harus aware terhadapaperubahan iklim, isu ini tidak bisa di anggap sepele.
BalasHapuskereeenn Mbak, salut dengan langkah-langkah yang Mbak telah lakukan. Semoga kita semua juga bisa mengambil peran dalam menyelamatkan bumi dari perubahan iklim ini.
BalasHapusbtw, Suroboyo Bus, jadi ingat waktu 2018 lalu kesana, saya pengen banget bisa naik Bus itu, tapi sayangnya belum kesampaian ih.
Setuju nih, sejak dini kita harus mengenalkan pentingnya pengelolaan sampah, selain itu plastik belanjaan juga kudu di kurangi, kalo bisa bawa kantong belanja sendiri.
BalasHapusBenar kak, gak berat kok selalu sedia tas kain, jadi kapan belanja kan udah siap
HapusWaduh hujan es kalau besar2 es nya bahaya juga ya mba. Memang kok ya sekarang kayanya iklimnya berubah-ubah ya. Dulu kalo di pelajaran IPA bulan ber ber berarti hujan, sekarang ga mesti
BalasHapusWaktu ada kejadian hujan es di surabaya dan Malang, langsung seneng loh, biar tapi setelah ya mikir, berarti lagi nggak baik-baik aja nih bumi, harus diri kita yg peduli
BalasHapusHormat buat Kakak yang sudah memulai aksi-aksi kecil buat perubahan iklim. Oh ya jangan lupa juga mendorong pemerintah membuat peraturan yang baik dan adil agar aksi kecil kita bisa berdampak besar kepada bumi.
BalasHapusBermula dari langkah sederhana, harapannya bisa menahan laju perubahan iklim bumi kita. Iya bener, mulai dari menghabiskan makanan, memilah sampah, sampai diet kantong plastik. Pelan-pelan asal bisa konsisten.
BalasHapusDaku setuju ini, pelan tapi pasti dan rutin dikerjakan ya kak
HapusJadi berita yang viral tentang hujan es sj Surabaya ternyata berneran, aq pikir cuma hoaks aja. Segitu perubahan iklim yah smpai terjadi hujan es, brrti bumi sedang tidak baik2 saja
BalasHapusSangat mengerikan ya mbak, ternyata perubahan iklim bisa saja disebabkan dari lingkungan sekitar kita, seperti sampah dari makanan sisa. Sikap ini yang harus kita ubah, jangan beli makanan macam2 yg ujung2nya kebuang karena basi. Kita harus bijak bersikap terutama dalam mewujudkan iklim yang kembali sehat tanpa polusi atau pencemaran karena limbah. Kalau hujan es dulu waktu kecil pernah mengalaminya namun semenjak di Bali belum pernah mengalami hujan es...serem banget ya...
BalasHapusBetul banget kak..
HapusJadi ingat dan merasa berdosa kalau nasi di rice cooker sampai kering kerontang. Kudunya bisa dicabut colokannya yaa.. Selain hemat listrik juga gak buang nasi.
Hujan es yang gak pernah dialami, jadi terjadi di negeri kita ya.
BalasHapusMemang perubahan iklim ini, harus lekas ditangani bersama
wahhh ngeri yaa, kota sepanas Surabaya tuh sampe ada fenomena hujan es loh, tanda kalau bumi engga baik-baik aja :(, soal diet kantong plastik aku berusaha banget buat jalaninnya, kemana2 juga bawa tote bag
BalasHapusBiasanya hujan es di daerah" puncak ya kak, saya aja kaget pas liat ada fenomena hujan es di surabaya. Padahal surabaya puanas pol
BalasHapusSaya seumur-umur belum pernah merasakan hujan es, Mbak. Dan hal ini memang benar-benar terhadi ya. Jadi perubahan iklim sudah mengalami perubahan yang luar biasa. Makanya harus segera ada tindakan bersama untuk terus menjaga lingkungan bersama.
BalasHapusPernah sekali ngerasain hujan es pas di surabaya. Klotak-klotak sakit banget kena kulit.
BalasHapusWah iyaa aku sempet denger tuh kak pas kemarin ada hujan es. ngeri bangett ehh :( emang sekarang ngga bisa diprediksi cuaca tuh
BalasHapusPenting banget kita mengantisipasi perubahan iklim dengna bertanggung jawab untuk menguranginya. Tanggung jawab agar bumi kita tetap lestari dan tidak panas melebihi normal.
BalasHapusMemang cuaca akhir2 ini gak bisa diprediksi ya mbak, beberapa waktu yang lalu di tempat tinggalq ujan dari siang sampe larut malam yang akhirnya bikin banjir, padahal cuaca udah mulai panas banget
BalasHapusDi Malang sering sih hujan batu. Ngeri kalo pas ngalami.. memang makin parah sih perubahan iklim.. semoga langkah kecil kita bisa mengurangi perubahan iklim ya..
BalasHapusya Allah mba, Malang padahal dingin yaa, bisa sampe hujan salju gitu, makin ngeri kondisi perubahan iklim ini :(
HapusYa Allah~
BalasHapusSemoga senantiasa dilindungi Allah yaa, Di.. Soalnya aku pernah juga di Bandung hujan es.. Dan serem banget kalo pas lagi terjebak dalam sebuah perjalanan. Inginnya bumi kembali ramah dengan sumber oksigen terbaiknya untuk semua makhluk yang tinggal.
Hujan es di Surabaya. Padahal kota itu terkenal dengan cuaca panasnya ya. Tentu saat ada hujan es, banyak yang bertanya-tanya. Kok hujan es? Plus berdebar-debar juga khawatir atap pecah gitu ya, Kak.
BalasHapusYuklah mulai dari kita sendiri untuk usaha menjaga bumi kembali sehat.
Bener2 deh ya climate change ini, seluruh dunia merasakannya sis. Kita harus lebih concern soal isue ini karena klo ga akan trjdi bencana alam
BalasHapuswah ini ngalaminya hujan es ya, mbak. Klo saya di Batam ni dari pertama datang hingga sekarang ini sudha sekitar 25 tahunan, yang terjadi adalah perbedaan suhu, dulu masih sejuk dan panasnya tidak menyengat. Tetapi sekarang panaaaaaaaaas banget
BalasHapusSaya juga merasakan perubahan iklim yang ekstrem. Saat ini di Jogja meskipun masuk musim penghujan,, sering banget terasa panas dan gerah. Membuat tubuh selalu berkeringat dan nggak nyaman. Memang seharusnya setiap pribadi turut berkontribusi menjaga lingkungan agar tetap lestari
BalasHapusDi tempatku juga panasnya jadi makin gerah.
HapusAntisipasi jaga bumi perlu komitmen mantap dilakukan
Iya, saya baca juga berita hujan es di Surabaya waktu itu....Memang ya perubahan iklim itu nyata sehingga perlu segera diambil aksi selamatkan bumi untuk masa depan yang lebih baik lagi
BalasHapusCuaca saat ini memang sangat ekstrim tidak bisa diprediksi ya
BalasHapusDi tempat saya aja selama bulan puasa ini setiap pagi panas... Haus banget. Eh abis duhur hujan besar sampai di rumah saja kedinginan lho...
kupikir kalo denger ada hujan es aku seneng nih akhirnya Indonesia bisa punya musim dingin bersalju, ternyata ga seindah itu, justru mengkhawatirkan yaa fenomenanya ternyata tuh
BalasHapusHujan es ya, di Kota Pontianak yang punya suhu cukup tinggi juga pernah loh mbak. Ngeri juga. WAH, kita satu tim EBS, toss dulu dong. Semoga apapun hal kecil yang kita lakukan untuk menyelamatkan bumi menjadi sesuatu yang berarti untuk masa depan ya mbak.
BalasHapusIya ya, semuanya memang harus dari diri sendiri dan dari perubahan terkecil. Karena kalau saja banyak orang melakukan ini, perubahan barulah bisa terjadi. Sedih kalau masalah perubahan iklim ini nggak ditanggapi serius oleh banyak orang.
BalasHapussaya pun dulu terheran heran melihat hujan es
BalasHapuskirain bakal sama seperti di negara 4 musim
ternyata karena perubahan iklim. Kecewa deh :D
Upaya kecil untuk mencegah perubahan iklim bisa dari diri kita ternyata ya mba. Sadar untuk merawat dan menjaga lingkungan. Makasih mba insightnya
BalasHapusSurabaya yang katanya panas itu kena hujan es. Duh semoga habis ini hujannya balik normal ya. Mari mulai lakukan yang terbaik agar mengurangi dampak perubahan iklim. Hal sederhana kalau konsisten kan bisa berpengaruh besar
BalasHapusternyata perubahan iklim itu erat kaitannya dengan perilaku manusia ya. dan menyadari hal tersebut sejak beberapa tahun terakhir saya coba terapkan gaya hidup minimalis. karena walopun terlihat sepele tapi sedikit banyak merupakan langkah awal buat menjaga lingkungan
BalasHapusiya nih, ngeri banget fenomena hujan es yang marak terjadi. Memang sudah saatnya kita sadar dan bertindak untuk melakukan hal-hal kecil untuk memperlambat perubahan iklim. nggak mau juga kl akhirnya bumi nggak bsa dihuni lagi :(
BalasHapusmudah-mudahan langkah-langkah kecil sederhana kita bisa membantu bumi tetap sehat lagi ya, demi anak cucu kita
BalasHapusKeren yaa pemerintah Surabaya. Untuk naik bis cukup membayar menggunakan sampah botol plastik. Terbayang berapa banyak botol plastik yang dimiliki oleh 1 orang individu saja.
BalasHapusPerubahan iklim ini isu besar yang kadang ketutup sama isu-isu lain. Makanya bagus banget kalau ada sosialisasi terus-terusan tentang dampak perubahan iklim biar kita lebih aware.
BalasHapussy percaya kok mbak dg adanya perubahan iklim yg terjadi. harus cepat bergegas melakukan aksi kecil dan konsisten ya. isu yg ditulis bagus, berguna banget
BalasHapusOalah, Mbak Dian tuh tinggal di Surabaya to, aku baru tahu. Penasaran banget nyobain busnya eui, bayar kan pakai botol plastik ya?
BalasHapusLihat fenomena hujan es di Surabaya memang bikin kaget. Kalau perkembangan teknologi belum canggih, kayaknya saya enggak percaya dengan hujan es tersebut.
BalasHapusMenghabiskan makanan memang salah satu langkah kecil yang berefek besar. Saya beberapa tahun terakhir, kalau ke restoran yang porsi makanannya besar dan enggak habis, maka minta bungkus sisanya ke pelayan. DAri pada di buang.
Serem memang perubahan iklim. Baru aja kemarin di Bandung (di daerah saya) hujan es juga. Peletok-peletoknya nyeremin. Sejak Ramadan ini tiap sore hujan, petir menyambar. Perkara sampah memang pe-er kita bersama niii. Kami sudah memilah sampah di rumah. Eh...sama Mang Sampah yang mengambil dari rumah ke rumah, ya dicampur lagi di gerobak.
BalasHapusWah, lumayan gede juga ukuran esnya ya. Ga kebayang hujan es di Subabaya kayak apa hehehe. Kalau soal usaha mengurangi sampah plastik sih aku sudah terbiasa membawa wadah bekal makanan dan botol minuman dari rumah :) Ternyata sisa2 makanan memang berakibat merusak bumi ya mbak Dian hhmmm....
BalasHapuswaktu surabaya turun hujan es, viral banget ya mbak. Sampe segede-gede es batu beneran. Ngeliat video yang beredar, menakutkan juga hujannya saat itu
BalasHapusmemang akhir akhir ini cuaca nggak jelas, kadang pagi bisa panas, dan malam hari terasa gerahhh banget, aku mikirnya pancaroba
sejauh ini aku berusaha membawa tas belanjaan sendiri kalau ada rencana belanja diluar
Dari halsederhana seperti membawa tas belanja sendiri, mengolah sampah rumah tangga sendiri, menggunakan transportasi ramah lingkungan ...dan lainnya bisa berdampak pada memerangi perubahan iklim. Semangat kita semua menjaga bumi tercinta!
BalasHapusBanyak cara ya mbak buat mendukung bumi kita biar makin terjaga.. Seperti kegiatan sehari2 yg sangat ramah lingkungan dan mesti bijak lagi nih menjaga bumi tercinta ini, hehe
BalasHapusDari sampah makanan aja jumlahnya bisa luar biasa banget. Sebetulnya mengajarkan kita juga supaya jangan mubadzir. Lebih bijak dengan makanan. Karena ternyata juga bisa menyelamatkan bumi
BalasHapusHujan es itu diawali tetesan air hujan menumpuk di lapisan sebelah atas atmosfer yang sangat lembab. Tetes-tetesan air menumpuk membentuk batu es.
BalasHapusLapisan sebelah atas atmosfer yang lembab ini bertemu dengan lapisan atmosfer yang hangat, sehingga menciptakan angin yang tidak stabil, sehingga terjadi hujan. Tapi berhubung tetesan airnya bertumpukan, maka isi hujannya lebih didominasi es daripada air biasa.
Persoalannya, lapisan atmosfernya yang hangat itu, karena seharusnya lapisan atmosfernya tidak sehangat itu. Kehangatan pada lapisan atmosfer ini hanya bisa disebabkan suhu udara bumi yang terlalu panas, sebagai dampak dari perubahan iklim.
Suroboyo Bus ini sebetulnya bukan solusi
BalasHapusKarena sampah diproduksi setiap hari sementara tidak setiap hari kita membutuhkan layanah Suroboyo bus
Dampak perubahan iklim nggak main-main ya kak. Makanya aku pribadi juga sudag mulai menerapkan zero waste beberapa tahin i i
BalasHapusPerubahan iklim kini mulai terasa banget. Perlu langkah nyata yg harus dilakukan, salah satunya ya mengurangi sampah makanan dan menanam di sekitar rumah.
BalasHapusSekarang lagi banyak ya daerah yang mengalami hujan es. Padahal ini karena perubahan iklim. Memang harus ada langkah kecil dari kita ya
BalasHapusTernyata ini ya salah satu hikmah dari diajarkannya kita untuk makan secukupnya, tidak mubazir dalam makanan. Harus semakin adar semua kita nih untuk jaga lingkungan
BalasHapusSaya merinding loh nonton berita angin puting beliung dan hujan es ini di TV. Ya Allah itu sampai merubuhkan banyak pohon, atap-atap rumah dan kendaraan yang kebetulan sedang parkir di luar. Tragedi alam yang seharusnya semakin mengingatkan kita untuk lebih memelihara dan mencintai alam ya Mbak. Bencana seperti ini kan asal muasalnya juga dari kerusakan bumi yang dilakukan oleh manusia.
BalasHapusAku kok tertarik sama Suroboyo Bus, keren banget sih programnya. Bayarnya pakai sampah plasti. Itu jumlah sampah plastiknya ditentukan atau nggak mbak? Misal sesuai jarak gitu?
BalasHapusWah, keren Mbak, sudah mulai konsisten bersepeda ya kemana-mana. Perubahan iklim sekarang memang makin terlihat ya efeknya. Cuaca ekstrim hampir merata di semua daerah :(
BalasHapusMenarik sekali ada diet plastik. Pengen mulai terapin. Gpp ya dari hal kecil mudah2an tetap ikut kontribusi untuk tangani perubahan iklim yg tak tentu akhir2 ini.
BalasHapusDi Bogor juga sempat ada hujan es dan serem suaranya! Mana besar-besar pula kan ukurannya
BalasHapusBener-bener deh ini perubahan iklim
Cara diet plastik juga saya lagi berusaha nih, kalau mengelola sampah organik masih penuh perjuangan
Kalau saya menerapkan strategi tiga pintu. Belajar dari pendiri KotaTanpaSampah. Ternyata mengelola sampah, dimulai dari tahap merencanakan ketika mengkonsumsi. Jadi sekarang sebelum belanja, saya mikir, barang ini lama kepake atau sebentar. Kalau jadi sampah larinya ke mana.
BalasHapusKalau saya menerapkan strategi tiga pintu. Belajar dari pendiri KotaTanpaSampah. Ternyata mengelola sampah, dimulai dari tahap merencanakan ketika mengkonsumsi. Jadi sekarang sebelum belanja, saya mikir, barang ini lama kepake atau sebentar. Kalau jadi sampah larinya ke mana. Mau keluar ke mol juga gitu, kira-kira mau belanja makanan bawa pulang gak, kalau iya siapin wadahnya. Gapapa ribet sedikit toh bumi sudah beri banyak hal buat saya hidup.
BalasHapusdulu aja ya, orang indonesia pengen banget bisa ngerasain salju di negeri sendiri. sekarang udah jamannya perubahan iklim kok jadi serem ya hujan es sebesar batu kerikil, bahaya juga kalo kena sakit
BalasHapusWah bener nih dampak lingkungan bumi buruk bikin langit juga berubah ekstrim ya. Kami pernah juga kena hujan es, ngeri emang dengernya kena genting. Sekarang pun cuaca panasnya luar biasa eh tau-tau sorenya hujan
BalasHapusKalau datang hujan es , Orang-orang malah jadi heboh dan sampai viral. Padahal itu tanda-tanda perubahan iklim yang tidak baik. Terima kasih artikel kerennya, kak
BalasHapusNah tuh, bisa-bisanya ya sampai hujan es gini. Bener-bener mengkhawatirkan deh perubahan iklim yang saat ini terjadi. Butuh kesadaran masing-masing dari kita agar kondisi bumi tidak parah seperti ini.
BalasHapusHujan es yang terjadi kemarin lumayan serem ya kak, belum lagi cuaca extreme di berbagai daerah menunjukan kalau buminkitabsedang tidak baik-baik saja ya kak
BalasHapusDulu saat semua baik-baik saja, kebiasaan baik diabaikan. Sekarang saat iklim sudah "murka" dan menunjukkan reaksinya, barulah tercetus kebiasaan-kebiasaan baik yang ramah lingkungan. Kadang hidup sekomedi itu ya Mbak, tapi gapapa, semoga dengan ini kita jd bisa belajar. Nice sharing, Mbak :)
BalasHapusSadar atau tidak, saat ini kita tuh udah pada merasakan dampak dari perubahan iklim. Emang butuh komitmen untuk bersama-sama melakukan perubahan, melakukan perubahan kecil namun bersama-sama seperti yang disebutkan di atas, sebagai bentuk kita mencintai bumi.
BalasHapuswah ngeri ya mbak hujan es ini. bayanginnya kayak dijatuhi batu gitu pasti sakit di badan. memang seharusnya kita melakukan usaha sebisa mungkin ya untuk bisa terus melestarikan bumi ini
BalasHapusWah baru tahu soal hujan es di Surabaya nih Mbak. Ngeri juga yaaa. Klo aku, dari 2 tahun lalu lagi nerapin zero waste. Contohnya pake pembalut kain, belanja pake tas kain, dll
BalasHapusMasyaAllah, saya membayangkan bunyi klotak-klotak hujan es. Alhamdulillah, baik-baik aja ya Mbak.
BalasHapusTerima kasih sharingnya, perlahan memang terasa perubahan iklim. Keren Mbak, jadi eco blogger squad
Kalau ngomongin perubahan iklim emang makin lama makin ngeri ya kak. Musim yang harusnya hujan jadi panas, kemarau malah hujan deras dan ada hujan es. Kita manusia emang kudu berubah cari solusi biar bumi nggak makin panas
BalasHapusMembiasakan diri dengan kebiasaan yg baik bisa mengurangi dampak perubahan iklim ya Mbak, emang gak main2 ya karna efeknya ke kehidupan kita
BalasHapusPerubahan iklim nya lumayan menyeramkan ya mbak. Menjadi peer terbesar buat Kita nih untuk terus perduli dengan lingkungan sekitar kita
BalasHapusperubahan iklim terasa banget akhir akhir ini, sepertinya kita memang harus membuat gerakan ramah lingkungan yang lebih ketat sehingga tercapai lagi keasrian alam kita
BalasHapus