Tahun ajaran baru ini, Chacha ingin melanjutkan pendidikannya dengan homeschooling. Meski bukan keputusan yang mendadak, saya cukup kaget. Tak menyangka bahwa dia benar-benar serius dengan pilihannya itu.
Pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung sejak Maret 2020 lalu, membuat anak-anak harus sekolah dari rumah. Selama itu saya melihat, Chacha memang lebih enjoy saat belajar dari rumah. Dia lebih fokus belajar dan nilainya juga lebih baik.
Demi bisa mengasilitasi homeschooling Chacha, saya pun belajar lebih dalam tentang homeschooling ini. Dan buku "Secuplik Telaga Homeschooling" memeberikan saya pencerahan tentang apa dan bagaimana homeschooling itu.
Baca Juga : Serunya Bermain Maze Petualangan Tahfidzku
Devi Azhar dan empat belas keluarga lainnya, dengan gamblang menceritakan bagaimana pengalaman mereka melakukan homeschooling bagi anak-anaknya. Suka duka perjalanan homeschooling diceritakan secara lugas.
Data Buku
Judul :
Secuplik Telaga Homeschooling
Penulis :
Devi Azhar, dkk
Editor :
Tim Elek Media Komputindo
Desainer :
Zahra Amina dan Yanuar Rahma
Penerbit :
PT Elex Media Komputindo
Brulb
Buku ini dipersembahkan untuk pembelajar, terkhusus para orangtua yang mencurahkan setiap energi yang dimiliki untuk memperbaiki diri dan berusaha membuat segalanya lebih baik bagi anak, keluarga, teman, tetangga dan ummat. Optimislah bahwa kita akan menjadi bagian dari pembentuk perdaban untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Tentang Buku Secuplik Telaga Homeschooling
Buku "Secuplik Telaga Homeschooling" ini ditulis oleh 15 keluarga yang memiliki pengalaman melaksanakan homeschooling.
Dibuka dengan kisah dari keluarga Teh Patra. Betapa kisah homeschooling mereka sungguh tidak mudah. Penuh suka duka. Apalagi saat itu, informasi seputar homeschooling tidak sebanyak seperti saat ini.
Tapi Teh Patra membuat semua orang yang ragu pada homeschooling jadi yakin. Bagaimana nggak yakin, ternyata anak-anak homeschooling itu juga bisa melanjutkan ke SMA Negeri maupun PTN (Perguruan Tinggi Negeri).
Baca Juga : Review Buku "Lima Tahun Pertama Anak Berkebutuhan Khusus"
Anak pertama teh Patra bahkan bisa diterima kuliah di luar negeri. Anak keduanya yang bernama Arsyad, bisa melanjutkan ke SMA Negeri meski sebelumnya menempuh pendidikan homeschooling. Terakhir, cerita yang paling baru dari keluarga teh Patra adalah saat anak ketiganya, Afra bisa diterima di PTN, lewat jalur SBMPTN. Pengalaman ini membuktikan bahwa, anak-anak homeschooling punya kesempatan yang sama dengan anak-anak sekolah formal. Mereka juga bisa bersaing.
Cerita pembuka ini memang bisa membuat orangtua yang bakan memulai homeschooling menjadi lebih semangat. Semua keraguan tentang homeschooling dijawab tuntas. Setelah membaca kisah teh Patra ini, keraguan saya tentang homeschooling mulai sirna. Sesuai judul ceritanya "Biarkan Ragu itu Sirna".
Kemudian ada cerita dari keluarga Insania Zakiyah. Dengan Binazria Family, pengalaman homeschooling dimulai ketika merasa anak tidak cocok dengan sistem pendidikan yang ada di sekolah. Saat memutuskan untuk homeschooling, Binazria family berusaha mencari informasi seputar homeschooling.
Lalu mencoba membuat kurikulum homeschooling sendiri. Kurikulum yang dipakai adalah perpaduan kurikulum pendidikan nasional, kurikulum yang sesuai dengan keunikan keluarga, kurikulum sesuai usia dan belajar dari keseharian.
Baca Juga : Perjenjangan Buku, Salah Satu Tips Memilih Buku yang Tepat untuk Anak
Dibagian akhir, ada Ratih Sondari yang menceritakan banyaknya manfaat saat melakukan homeschooling ini. Melalui tulisan yang berjudul "Belajar dan Bertumbuh Bersama Homeschooling" , beberapa manfaat yang didapat saat homeschooling adalah :
⏺️ Sesuai visi misi keluarga
⏺️ Sesuai kebutuhan anak
⏺️ Kebersamaan orangtua dan anal
⏺️ Fokus pada potensi anak
⏺️ Kemandirian dan kreativitas lebih berkembang
⏺️ Belajar langsung dengan praktik
⏺️ Mengutamakan ilmu bukan nilai
⏺️ Dihargai sesuai kemampuannya
⏺️ Pergaulan lintas usia
⏺️ Terhindar dari pergaulan negatif
⏺️ Biaya pendidikan sesuai kemampuan
Selain itu masih banyak juga kisah-kisah keluarga lainnya. Buku setebal 180 halaman ini terdiri dari 15 cerita, berikut daftar isinya :
Biarkan Ragu itu Sirna - Yuria Cleopatra
Binazria Family - Insania Zakiyah
Roller Coaster itu Bernama Pendidikan Rumah - Dita Wulandari
Biarkan Kami Ajari Kau Berdiri dan Melangkah Nak, Insyaallah Kau Kelak Dapat Berlari - Astri Madjid
Rumah Tempat Belajar Mencari Kesepahaman Keluarga - Fatimah Nurul Istiqomah
Jalan Pilihan - Lia Barra
Tumbuh Bersama dalam Homeschooling - Niki Nurhayati
Homesweethome Family - Wiwik Wulansari
Meniti Proses Pembelajaran Aktif Melalui Homeschooling - Mirta Amalia
Kikeidah Ichi Innai - Devi Arifiani Azhar
Berproses Menjadi Ibu yang Lebih Baik dengan Homeschooling - Idaul Hasanah
Warna-warni Homeschooling Keluarga Kami - Achmad Taufiqurrohman
Bening Cinta - Farida Purnami
Perjalanan dari Sekolah Menuju Homeschooling - Deviana Nurhijriati
Belajar dan Bertumbuh Bersama Homeschooling - Ratih Sondari
Pesan Penting Buku Secuplik Telaga Homeschooling
Membaca buku "Secuplik Telaga Homeschooling" ini benar-benar memberikan saya banyak pengetahuan tentang homeschooling. Mulai dari bagaimana memulai homeschooling, membuat kurikulum pembelajaran, hingga mengatasi beragam tantangan yang ada.
Baca Juga : Lakukan 3 Hal Ini, Agar Anak Sukses dengan GRIT yang Melejit
Tentunya buku ini menjadi lebih bernyawa, karena kisah yang dituliskan disini tak sekadar teori. Tetapi hasil dari pengalaman langsung melakukan homeschooling.
Membaca buku ini membuat saya semangt untuk terus belajar dan bertumbuh mendampingi Chacha yang sudah memutuskan untuk homeschooling. Doakan saya dan suami bisa menjadi fasilitator homeschooling yang baik untuk Chacha. Dan semoga memang homeschooling ini menjadi jalan terbaik bagi pendidikan Chacha.
P.S : Gambar buku saya ambil dari Familia Kreativa, karena saya bacanya di Gramedia Digital
Selain itu, buku ini juga bisa dipinjam di perpustakaan daerah, dan juga di aplikasi membaca gratis seperti ipusnas dan i jak.
Wah menarik nih tema bukunya. Jujur saya tertarik dengan tema homeschooling ini. Dan ketika tau kalo buku ini bisa dibaca via aplikasi Gramedia digital langsung deh saya download bukunya
BalasHapusTulisan yang berdasarkan pengalaman terkadang lebih menarik daripada teorinya itu sendiri. Tapi saya penasaran bagaimana struggle-nya para orangtua dan juga ketangguhan anak saat homeschooling. Soalnya mungkin anak-anak tidak mendapat suasana berbeda antara rumah dan sekolah ya.
BalasHapusSelalu suka dengan pengalaman sukses keluarga yang menerapkan homeschooling iri banget pengen juga sayangnya daku maish aktif kerja juga..pengen baca bukunya deh jadinya
BalasHapusWah aku jadi mau baca. Kebetulan lg mau mulai HS nih. Thanks mba reviewnya
BalasHapusBagus banget bukunya ya Mbak, bisa jadi sumber inspirasi untuk orang tua yang ingin memberikan pendidikan HS untuk anak-anaknya.
BalasHapuswah bukunya inspiratif banget ini pastinya. ntar aku mau cari ah di ipusnas buat tambahan wawasan
BalasHapusLaah...urang Bandung semua ini..
BalasHapusHehehe... Teh Patra, Bubu Wiwik, teh Dita, teh Insania, teh Ratih.
Ini IP Bandung yang dulu sering jongjon ((apa ya...bahasa Indonesianya? sering nongki bareng buat ngobrolin HS)). Tapi memang komunitas HS di Bandung itu aktif banget.
Jangan khawatir untuk HS.
Anak-anak dijamin lebih fokus dengan pelajaran yang diminati. In syaa Allah~
Gak mudah ya mengambil keputusan utk home scholling anak karena terbiasa dengan metode sekolah di salah satu institusi. Salut dgn orang tua yang sanggup mendidik anak-anaknya dgn pendifikan home scholling.
BalasHapusMemang gak mudah yaa untuk ngambil keputusan home schooling untuk anak, selain kesiapan anak, orang tua, kesiapan lingkungan juga harus diperhitungkan. Makanya saya salut buat orang tua yang mengambil keputusan untuk menyekolahkan anaknya secara home schooling
BalasHapus