Semarak!! Satu kata yang sangat mewakili perasaan saya saat melihat perayaan Cang Nyiat Pan secara virtual beberapa hari lalu. Cang Nyiat Pan adalah tradisi cap go meh dari Singkawang, Kalimantan Barat. Senang rasanya saat berkesempatan mengikuti webinar yang digelar oleh Aksara Pangan. Acara Seri Gastronomi Indonesia digelar pada 24 Februari 2021 lalu.
Melalui webinar tersebut, saya bisa mengenal budaya gastronomi tionghoa yang berkembang di Indonesia. Oh ya, gastronomi itu adalah ilmu yang membahas makanan dari sisi kulturalnya.
Jujur nih, saya baru tahu tentang gastronomi saat ikut webinar ini. Ternyata, dari sebuah makanan tak hanya rasa yang kita dapat. Tetapi juga bisa menyesapi keragaman budaya yang melekat.
Ada tiga narasumber yang dihadirkan dalam webinar ini yaitu, Chef Wira Hardiansyah (IG : @Wirahardiansyah), Bapak Dr. Hasan Karmab SH. MM (IG : @hasankarman_) dan Chef Meliana Christanty (IG : @melianachriatanty). Ketiganya merupakan ahli kuliner dan budaya tionghoa.
Asal Usul Perayaan Cang Nyiat Pan
Perayaan Cang Nyiat Pan ini adalah bagian dari tradisi Cap Go Meh dari Singkawang Kalimantan Barat. Menurut bahasa Hakka, Cang Nyiat Pan ini artinya perayaan yang jatuh pada pertengahan bulan pertama. Cang Nyiat Pan ini juga dikenal sebagai Lentern Festival, karena dilaksanakan di malam hari sehingga banyak lampion dan lampu warna-warni. Cang Nyiat Pan ini bahkan sudah ada pada zaman dinasti Han.
Baca Juga : Candi Borobudur, Kenangan Wangsa Syailendra yang Melegenda
Perayaan Cang Nyiat Pan ini dimulai dengan tradisi makan bersama keluarga. Di malam Cang Nyiat Pan, semua anggota keluarga berkumpul untuk menikmati Tangyuan, atau dikenal sebagai wedang ronde oleh orang Indonesia.
Imlek, Sebuah Perayaan dari Tiga Agama
Cang Nyiat Pan ini yang diadakan saat menyambut tahun baru imlek ini dirayakan secara meriah di Singkawang. Imlek sendiri adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh para pemeluk agama Tao, Budha dan Konghucu. Atau yang disebut pemeluk Tridharma.
Saat imlek, pemeluk Tridharma melakukan ritual sembahyang dan syukuran dengan cara :
⏺️ memasang beragam lampion
⏺️ berkumpul dan makan bersama keluarga
⏺️ membakar kembang api
⏺️ menikmati bulan purnama
Tatung Penolak Bala
Perayaan Cang Nyiat Pan di Singkawang ini unik. Selain perbedaan penyebutan "Cang Nyiat Pan" untuk Cap Go Meh, ada Tatung yang menjadi ciri khasnya.
Tatung adalah penyebutan untuk dukun atau shaman. Saat perayaan Cang Nyiat Pan, para Tatung ini berkeliling kota dan bersembahyang di Klenteng Tridharma Bumiraya.
Tabuhan yang ramai mengiringi pawai Tatung ini. Konon katanya, acara ini bisa membersihkan kota dari unsur-unsur negatif dan roh jahat.
Pawai Tatung ini menjadi salah satu daya tarik pariwisata Singkawang lho. Banyak wisatawan datang untuk menyaksikan kemeriahan pawai Tatung ini.
Usai pawai,akan ada acara lelang barang-barang yang sebelumnya diletakkan di altar sembahyang kepada Kaisar Langit. Harga barang yang dilelang bahkan bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Kuliner Peranakan sebagai Penawar Rindu di Perantauan
Kemeriahan perayaan Cang Nyiat Pan menghadirkan beragam kuliner peranakan. Setiap keluarga menghadirkan sajian khasnya masing-masing. Tetapi ada pakem tertentu. Jadi ada 10 hidangan yang disajikan saat perayaan Cang Nyiat Pan.
Beberapa hidangan yang tersaji saat Cang Nyiat Pan adalah :
⏺️ Chiang Mie
⏺️ Masakan Cha
⏺️ Hekeng
⏺️ Ikan
⏺️ Tek Sung (Rebung Tumis)
⏺️ Udang Galah Asam Garam
⏺️ Babi
⏺️ Sup Bebek Asinan Plum
⏺️ Ayam
⏺️ Salade
⏺️ Salad Buah
Selain itu juga ada kodimen sebagai pendamping hidangan Cang Nyiat Pan, yaitu sambel bacan, sambal mangga muda dan cincalok.
Baca Juga : 5 Makanan Khas Surabaya yang Unik dan Wajib Dicoba
Hidang-hidangan saat perayaan Cang Nyiat Pan ini dikenal sebagai comfort food (hidangan kampung halaman) yang selalu dirindukan oleh para perantau setiap tahunnya. Hidangan-hidangan comfort food ini antara lain :
⏺️ Daun Kunyit Muda & Yan Pou (ikan asin telang) Kukus
⏺️ Sambal Terasi Buah Mawang dan Yan Pou
⏺️ Terung Asam Rimbang
⏺️ Asam Pedas Ikan
⏺️ Ikan Kukus Saus Jahe dan Jamur Hioko
Bahkan hidangan Cang Nyiat Pan khas Singkawan ini menjadi daya tarik wisatawan berkunjung ke Singkawang. Ah, saya pun juga ingin menikmati keindahan bulan purnama saat Cang Nyiat Pan di Singkawang sembari menikmati lezatnya comfort food ini. Saya paling ingin mencoba ikan kukus saus jahe dan jamur hioko.
Kekayaan Aroma Tionghoa di Nusantara
Selain bisa merasakan kemeriahan perayaan Cang Nyiat Pan di Singkawang, webinar ini juga menambah pengetahuan saya akan sejarah kuliner Tionghoa di Nusantara. Chef Wira bisa menceritakan dengan gamblang bagaimana perjalanan kuliner Tionghoa di Nusantara.
Ternyata, beragam pangan yang akrab dengan orang Indonesia adalah hasil budaya dari para pendatang tionghoa. Para pendatang membuat tahu, kembang tahu, mie, bihun, soun, tauco dan kecap dari bahan-bahan setempat.
Teknik menggoreng juga diadopsi dari budaya tionghoa. Para pendatang ini juga yang mengenalkan kuali dan penggorengan.
Baca Juga : Enam Kuliner Khas Kampung Halaman
Sebelumnya, orang Indonesia juga tidak mengenal teknik menumis dalam masakan. Teknis menumis ini dibawa oleh para perantau tionghoa. Sebenarnya kuliner khas tionghoa ini sangat berbeda dengan kuliner nusantara. Tak seperti kuliner nusantara yang kaya bumbu dan rasa, kuliner khas tionghoa ini lebih menekankan citarasa asli. Tak heran jika tidak memiliki rasa yang kaya, rumit dan kompleks.
Ronde menjadi hidangan penting saat perayaan Cang Nyiat Pan karena punya arti filosofi tersendiri. Ronde melambangkan bersatunya sebuah keluarga besar yang menjadi tema utama dari perayaan Imlek yang dipungkasi dengan Cang Nyiat Pan atau Cap Go Meh ini.
Kehadiran orang-orang tionghoa di Singkawang tak terlepas dari peran Sultan Sambas. Pada tahun 1740, orang-orang tionghoa datang dan bekerja di pertambangan emas milik Sultan Sambas.
Kedatangan mereka juga membawa beragam budaya dan kuliner khasnya. Mulai dari aneka jenis bubur, mie, tiaw, choipan dan lain sebagainya. Semuanya semakin memperkaya kuliner yang ada di Indonesia. Bahkan beberapa diantaranya saling berasimilasi. Misalnya, adanya mie pada hidangan tumpeng.
Penutup
Webinar ini memberikan banyak pengetahuan baru bagi saya. Mulai dari sejarah, budaya dan kuliner yang berkaitan dengan perayaan Cang Nyiat Pan. Semuanya sangat semarak dan membuat saya ingin datang ke Singkawang. Semoga, someday saya bisa ikut merasakan meriahnya perayaan Cang Nyiat Pan di Singkawang secara langsung.
Bagaimana dengan teman-teman? Apakah sudah pernah menyaksikan secara langsung kemeriahan perayaan Cang Nyiat Pan di Singkawang?
Cang Nyiat Pan ini meriah sekali ya. Di Makassar, saya pernah menyaksikan Cap Go Meh dari dekat. meriah dan terlihat sekali akulturasi budayanya karena ada dari penduduk setempat yang ikutan.
BalasHapusSeruuuu kalo membahas kearifan lokal dengan cara seperti ini ya Mba
BalasHapusTentu saja, aku kerap bertanya2 Apa sih bedanya Cang nyiat pan dengan perayaan Cap go meh di kota-kota lain?
Terjawab sudah rasa penasaran akuuu lewat tulisan ini.
Makasiii mba
Merah menyala seperti semangat dan naganya juga perayaan seperti ini semarak dan menjadi lokal wisdom
BalasHapuskeren nih aksara pangan
BalasHapussaya pernah baca tentang ronde karena penasaran kok orang Indonesia kepikiran
ternyata melambangkan filosofi tertentu pada upacara Cap Go meh
Ku malah penasaran ama sejarahnya, ternyata Kata Cang Nyiat Pan berasal dari bahasa Hakka dapat diartikan sebagai festival yang jatuh pada pertengahan bulan pertama. Konon festival ini sudah dirayakan di China daratan sejak masa dinasti Han
BalasHapusmenikmati seni memasak (gastronomi) sekaligus mengenal kultur, peeerrfeect
HapusSeru kalau bisa melihat pawai arakan para tatung ya. semacam festival lagi malah mungkin lebih meriah.
BalasHapusSingkawang memang bikin wisatawan ingin berkunjung ke sana melihat perayaan Cang Nyiat Pan kalau ga ad pandemi ini
Ternyata perayan Cap Go Meh di Singkawang beda banget yaa. Kalau aku selalu rayain kan di Jakarta ya, jd selalu sama keluarga aja. Belum pernah liat yg arak2an gini. Seru banget! :)
BalasHapusGastronomi ada mempelajari kuliner dilihat dari kultur budayanya, baru tahu sya mbak. Kalau ndak baca artikel dr mba dee , wawasan saya gak nambah2 nih. Trims ya mbak
BalasHapusSaya pernah nonton liputan tentang TATUNG di NatGeo. Lumayan ngeri juga ya. Apalagi saat berputar-putar tak terkendali sampai minum darah ayam. Gak nyangka kalau hal serupa juga diadakan di Singkawang. Sayang nih baru tau acara ini sekarang, padahal saya suka banget event-event budaya seperti ini.
BalasHapusTradisi yang unik, dan aku baru tahu kalau Cang Nyiat Pan itu bagian dari perayaan Cap Gomeh. Cuma di Singkawang kah ini? Kalau di Singkawang, aku tahunya tradisi Tatung saja. Nggak berani liat juga sih, soalnya ada arak-arakan hewan yang dimakan masih dalam keadaan berdarah gitu.
BalasHapusSering dengar kota Singkawang ini, kuliner khas dari sana populer banget. Baca artikel ini jadi kepingin langsung menikmati kuliner di sana.
BalasHapusGastronomi sekaligus mempelajari kuliner bisa dilihat dari kultur budayanya
BalasHapusBener-bener acara yg kece
Mantab surantaabb mba
Menarik banget ya Mbak Dian, bisa menyimak mengenai gastronomi dari perayaan Cang Nyiat Pan dari SIngkawang ini. Semua makanan pasti punya cerita berbeda ya.
BalasHapusDi saat seperti ini memang perayaan virtual yang bisa kita nikmati ya mba... seru bangeet perayaannya
BalasHapusEh, saya baru tahu kalo ronde itu aslinya kuliner Tionghoa. Seru yaa belajar budaya lewat perayaan-perayaan seperti ini. Pasti lebih seru lagi kalo bisa melihat secara langsung.
BalasHapusKalo perayaan cang nyiat pan belum pernah ikutan. Sepertinya ini hanya di Kalbar ya? Kalo di Kalsel, paling banter ngarak barongsay hehe.
BalasHapusWah kebayang, pasti meriah sekali perayaan Cang Nyiat Pan di Singkawang ini, pengin bisa menyaksikan secara langsung juga, suatu saat nanti. Biasanya mama mertuaku selalu menyempatkan bikin sendiri lontong cap go meh, tahun ini karena kurang sehat jadi tidak bikin.
BalasHapusBelum pernah mbaa..
BalasHapusIni di Kalimantan pasti khas banget acaranya.ada choipan ya mbaaa..aduh aku mau choipan 😅 aku pecinta kuliner tionghoa karena mama suka juga. Cari yg halalnya
Pernah lihat liputannya aja di TV mbak. Ngeri banget pas lihat bambu (atau besi ya) yang ditusukkan di wajah, sekitar area mulut itu
BalasHapusPerayaannya meriah banget, selalu dinantikan dengan tradisi2 dan kulineranya menjadi magnet tersendiri. Belom pernah nontn langsung, cuma baru denger cerita temen yang orang sana dan nonton liputan2 di TV
BalasHapusMenyenangkan banget ya acaranya seakan kita diajak piknik ke Singkawang menghadiri perayaan Imlek dan Cang Nyiat Pan, tinggal mencicipi makanannya yang nggak bisa virtual hehe
BalasHapusBaru tau kalau Cang Nyiat Pan ini salah satu rangkaian dari Cap Go Meh. Dari foto-fotonya saja terlihat memang semarak.
BalasHapusMenarik sekali ceritanya mb Dee...
BalasHapusSesungguhnya memang banyak sekali akulturasi budaya lokal dengan Tionghoa. Di banyak tempat, hubungan antar-manusianya juga terjalin rukun. Namun, masih ada saja ya suara-suara sumbang terkait ke-tionghoa-an di Indonesia.
Seneng banget bisa ikutan join acara ini juga, berasa jalan2 beneran waktu diceritakan sama narsum jadi seolah ngicipin kulinernya dan jalan2 ke Singkawang buat liat pawai Tatung
BalasHapusAndai gak ada pandemi, pasti ini bakal meriah banget, ya. Tetapi, menarik banget virtual tour begini. Jadi tambah wawasan kalau banyak budaya yang menarik. Semoga aja suatu saat bisa lihat langsung kemeriahannya
BalasHapusNgiler banget pastinya pas ada tayangan makanan imlekan ya Mba.
BalasHapusAku kalo imlek auto ingat Hongkong pernah tinggal 6 tahun di sana jadi masih ingat banget nuansanya
Seru ya, meskipun mengikutinya melalui virtual, namun sajian kegiatan mulai dari ornamen, pengisi acara dan makanannya semua menambah kekayaan informasi untuk kita ya, Mbak
BalasHapusPaling seneng jalan-jalan sewaktu acara rangkaian Imlek, warna merah dan kuning menjadi penghias yang indah
Wuih, seru banget ya perayaannya. Aku buta deh dengan perayaan seperti ini. Meriah pastinya. Jadi kepengen lihat deh perayaan kayak begini. Nyari di YouTube kayaknya ada deh
BalasHapusSeru karena bisa merasakan Imlek di sana dengan dirayakan virtual
BalasHapusBaru kali ini aku dengar
Dan semoga segera berakhir pandemi
Perayaan Cang Nyiat Pan ini rutin setiap tahun kah?
BalasHapusKebayang keseruan dan membayangkan suasana dominan merah dan emas yang memiliki arti khusus.
Melalui virtual meeting justru kita menjadi mengenal budaya Perayaan Cang Nyiat Pan di Singkawang.
HapusIni salah satu keunggulan pandemi yaa..
wow meriah banget Cang Nyiat Pan di Singkawang. banyak parade, lelang, sampai makan bersama.
BalasHapusbtw, ini maksudnya ronde yang wedang ronde? yang ada jahenya dengan kuah hangat?
Baru tahu soal gastronomi. Jadi sambal terasi sebenarnya asalnya darimanakah?
BalasHapusSingkawang ada ya kampung Tionghoa? Sepertinya di setiap kota ada nih. Kalau udah perayaan Cang Nyiat pan banyak ikon merah merah
BalasHapusAku baru tahu ada perayaan Cang Nyiat Pan, selama ini tahunya cuma imlek dan Cap Go Meh. Budaya nusantara memang aneka ragam ya. Semoga kerukunan senantiasa terjaga agar kearifan lokal ini bisa terus dinikmati sampai ke cucu cicit kita.
BalasHapuswah meriah sekali Cang Nyiat Pan, sekarang bisa juga ya dilakukan secara virtual. aku penasaran sama makanannya, rasanya kaya apa ya mbak dian hehe
BalasHapusBelum pernah sama sekali aku melihat perayaan ini. Tahu malah dari tulisan mbak dian. Kalau imlek biasanya tahu cuma sekedar barongsai gitu mbak...Jadi pernah jaman kecil dulu dan masih ingat belanja di supermarket, lalu tempat parkirnya ada pertunjukkan barongsai, kala itu tepat perayaan imlek. Pertama kali lihat barongsai saat itu
BalasHapusSelama ini saya pikir masakan tionghoa malah identik sama msg. Hihi. Ternyata nggak juga, ya. Seru banget ya pastinya kalau bisa lihat festival ini secara langsung
BalasHapusSeru yaaa meriah banget perayaan cang nyiat pan di singkawang...
BalasHapusmasakannya juga enak-enak banget keliatannya, anget-anget
Meskipun tinggal di KALBAR tapi sy belum sekalipun lihat langsung perayaan Cang nyiat pan ini di Singkawang. Karena bukan hobi traveling alias anak rumahan. Hehe. Karena cuma ada di Singkawang dan dari tempat saya kalau mau ke sana sekitar 3-4 jam dengan motor atau mobil. Kalau ada kesempatan tahun depan boleh juga tuh pas tahun baru IMLEK.
BalasHapusSeru ya belajar kebudayaan baru, ternyata sambal terasi ada juga tuh ya. Haha. Salah fokus sama terasinya, semoga besok2 bisa jalan2 lgsg mbak DK, nggak virtual doang..
BalasHapusAku belum pernah liat secara langsung nih mbak, pasti meriah banget ya.. Disaksikan secara virtual aja udah terasa meriahnya, apalagi kalo disaksikan secara langsung
BalasHapusJadi banyak pengetahuan tentang budaya dari perayaan Cang Nyiat Pan di Singkawang ini, semoga Indonesia selalu menjaga toleransi, salut deh.
BalasHapusbtw aku baru tahu lho tentang istilah Cang Nyiat Pan ini dari postingan mbak Dee. Seru banget ya meskipun lewat virtual. Gimana kalau bisa langsung ikutan saat live ya
BalasHapuspasti seru