Antologi Dulu, Buku Solo Kemudian

Antologi Dulu, Buku Solo Kemudian- Menjadi penulis buku adalah cita-cita saya saat masih kecil dulu. Saya suka menulis sejak duduk di bangku sekolah dasar.  Siapa sangka cita-cita itu baru terwujud saat saya sudah menjadi ibu. Saat menjadi seorang ibu, saya baru mewujudkan cita-cita itu. Saya menjadi penulis buku, mengawali dengan menulis antologi hingga berhasil menulis buku solo. 

Menulis Antologi 

Buku Jibaku Post Power Syndrome Full Time Mom adalah karya menulis pertama saya yang dibukukan. Bersama teman-teman yang terlibat dalam Project Sehat Waras Sesarengan, saya menceritakan pengalaman saat harus resign dan kemudian menjadi full time mom. 

Baca Juga : Tips Menulis Bagi Ibu Rumah Tangga

Saya menulis karya faksi yang berjudul REUNI. Selain saya, dalam buku ini ada cerita delapam orang perempuan lainnya yang menuliskan kisah bagaimana rasanya bila seorang working mom berubah menjadi full time mom, tak jarang kami pun harus mengalami post power syndrome. 

Buku antologi ini membuat saya belajar banyak. Tak hanya menulis, tapi juga ikut terlibat dalam promosi buku. Bersama penulis lain kami melakukan promosi dengan menggelar kulwap dan talkshow.

Saya senang, antologi ini bisa banyak membantu banyak perempuan lainnya. Memang saat memutuskan menjadi full time mom menjadi hal yang tidak mudah bagi perempuan. Buku ini berusaha menjadi penghibur sekaligus obat bagi pembacanaya, agar sembuh dari post power syndrome.

Daftar Antologi yang Ditulis

Setelah Jibaku Post Power Syndrome Full Time Mom, saya pun menulis banyak karya antologi lainnya. Berikut judul buku antologi yang sudah saya tulis : 

1. 33 Kisah Me Time Perjalanan Ibu Bahagia

2. Long Distance Relationship

3. Jurnal Ibu Pembelajar

4. Pada Suatu Ramadan

5. Bahagia dengan Komunikasi Efektif

6. Apresiasi Pendidikan Keluarga

7. Profesi dalam Kehidupanku

8. Emak Rumahan

Lalu masih ada dua antologi lain yang masih dalam tahpan dicetak. Yaitu Mahir Menulis Apapun dan Emak Pemburu Rupiah. 

Manfaat Menulis Antologi

Apa sih manfaatnya menulis antologi? Banyak! Ini yang saya rasakan selama menulis antologi. 

Pertama, antologi menjadi sarana belajar menulis.  Bagi penulis pemula seperti saya, menulis antologi menjadi sebuah proses belajar. Saya belajar bagaimana membuat tulisan yang baik, tulisan yang layak dibukukan.

Kedua, menjalin team work. Menulis antologi membuat saya bisa menjalin team work. Bersama para penulis lainnya, kami saling membantu agar proyek antologi bisa sukses. 

Baca Juga: Bincang Kolase Karya Literasi

Ketiga, belajar banyak proses penerbitan. Beberapa project antologi yang saya ikuti, membuat saya belajar banyak proses penerbitan. Bagaimana saya ikut mengawal naskah dari awal hingga akhir. Tak hanya menulis tapi juga mengerjakan hal lain, mulai dari memilih cover buku, mencari penerbit hingga melakukan promosi. Ini menjadi pengalaman berharga bagi saya. 

Keempat, sebagai Portofolio

Antologi menjadi portofolio karir kepenulisan saya. Tentu ini akan mendukung perjalanan menulis saya di masa yang akan datang. 

Menulis Buku Solo

Setelah berkarya dengan tiga antologi, saya memberanikan diri menulis buku solo. Buku solo perdana saya berjudul Ibuku adalah Sekolah Terbaikku. Buku ini bercerita pengalaman keluarga kami dalam menerpakan pendidikan berbasis fitrah (Fitrah Based Education / FBE). 

Baca Juga : Menulis adalah IKIGAI Ku!

Alhamdulillah buku ini cukup mendapatkan sambutan hangat. Buku ini dicetak ulang empat kali dan terjual sekitar 4000 eksemplar. 

Pengalaman antologi membuat saya akhirnya bisa menulis buku solo. Antologi dulu, buku solo kemudian. 

Bagaimana dengan teman-teman? Apakah juga menulis antologi dulu sebelum menulis buku solo? Atau ada yang sudah langsung menulis buku solo tanpa menulis antologi? Yuk saling sharing di kolom komentar ya.