Chacha,
anak sulungku itu sekarang sudah menginjak usia 8 tahun. Sejauh ini kulihat tidak
ada masalah dalam persolan akademisnya. Dia juga pandai mengaji, sudah fasih
membaca Al Qur an dan menghafal beberapa surat pendek. Hobinya yang terlihat
saat ini adalah menggambar. Dia mulai tertarik menggambar dalam beberapa media.
Mulai dari buku tulis, kertas gambar, kanvas dan yang terbaru akhir-akhir ini
dia suka menggambar di komputer menggunakan program paint.
Sebagai
seorang ibu, tentu aku ingin yang terbaik bagi Chacha. Aku ingin dia menjadi orang
yang sukses nantinya. Aku ingin dia bisa menebar banyak manfaat di bumi ini
dengan kemampuan yang dimilikinya. Tentu untuk itu aku harus mengasahnya untuk
memiliki GRIT yang melejit.
Apa itu GRIT?
Saat
aku menjadi seorang ibu, aku merasa hari-hariku dipenuhi dengan belajar dan
belajar. Banyak hal-hal baru yang harus kupelajari saat aku menjadi seorang
ibu. Dulu saat anak-anak baru lahir, aku harus belajar bagimana memberikan
asupan gizi terbaik : menyusui dan MPASI! Kini saat mereka telah tumbuh, aku
pun harus belajar berbagai macam teori parenting yang nantinya bisa membantuku
mengasuh anak-anakku secara optimal.
GRIT
menjadi sebuah hal yang baru aku pelajari akhir-akhir ini. Aku belajar konsep
ini karena aku ingin anak-anakku tumbuh menjadi orang yang sukses di masa yang
akan datang. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kesuksesan seseorang itu
tidak hanya dilihat dari berapa IQ nya, atau berapa tinggi motivasi yang
dimiliki. Tetapi ada salah satu unsur penting yang bisa membuat apakah
seseorang itu bisa sukses atau tidak. Unsur penting itu adalah GRIT.
GRIT adalah sebuah konsep baru dalam bidang psikologi. GRIT ini dipopulerkan oleh Psikolog bernama Angela Duckworth dari University of Pennsylvania. Angela dulunya adalah seorang pengajar Matematika di sekolah negeri di New York. Ia kemudian tertarik untuk melihat siapa yang bakal sukses dalam mata pelajarannya ketika mengajar anak SMP.
Anehnya,
ia menemukan bahwa IQ bukanlah penentu nilai tinggi siswa-siswinya. Siswa yang
IQnya tinggi terkadang masih kalah nilainya dengan siswa ber IQ rata-rata. Ia
juga mencari tahu hal yang sama bersama rekan rekannya di kemiliteran AS. Ia
ingin melihat kadet mana yang paling mungkin bertahan sampai akhir proses
pelatihan. Dalam settingan militer, tentu IQ dan pengetahuan belaka tidak bisa
menjamin seseorang akan menyelesaikan proses pelatihan. Banyak faktor lagi yang
berperan.
Baca Juga : Mengasah Fitrah Bakat
Setelah
melakukan berbagai penelitian pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa dalam
berbagai kondisi yang mengharuskan mereka untuk mencapai tujuan tertentu ia
menentukan bahwa Grit sebagai satu sifat penentu yang paling kuat.
Grit
disini didefinisikan sebagai passion
dan perseverance atau gairah dan
kegigihan dalam waktu yang sangat lama! Grit adalah kekuatan untuk bangkit lagi
terlepas kondisi apa pun. Ibarat berlari, GRIT itu layaknya lari maraton. Siapa
yang paling lama bertahan agar bisa mencapai goal, adalah pemenangnya.
Grit
ini punya dua komponen utama, yaitu passion
dan perseverance. Punya Grit tinggi berarti punya passion dan punya
perseverance yang tinggi. Passion
seringkali diartikan sebagai punya hasrat yang tinggi untuk melakukan hal yang
kita sukai. Tapi, apakah benar, gairah bisa diartikan seperti itu? Gairah atau
passion sebenarnya justru berarti kita berniat untuk menginvestasi energi dan
waktu yang banyak dalam satu hal (tidak hanya suka melakukannya), dengan tujuan
membuahkan hasil yang memuaskan atau mencapai target yang diinginkan.
Misalnya, sebagai blogger kita punya passion menulis. passion di bidang menulis bukan hanya sekadar ‘suka’ proses menulis, mulai dari mencari ide tulisan, melakukan riset hingga berhasil menuangkan tulisan dalam bentuk artikel blog saja. Punya passion menulis berarti selalu bersedia dan mencari cara untuk mendapatkan dan mengembangkan kemampuan menulis kita agar lebih banyak menebar manfaat bagi sesama. Memikirkan cara untuk selalu naik kelas dalam menjalankan proses tersebut.
Baca Juga : Belanja Wawasan di Jelajah Cita-Cita 2
Jadi, ketika kamu bilang passion dalam satu hal, coba tanyakan, apakah hanya suka saja? Apa benar-benar ingin mengembangkan diri, orang lain, dan sukses mencapai goal-goal dalam bidang tersebut? Bagaimana melakukan kesalahan? Apa yang akan dirasakan? Apa yang akan dilakukan?
Kegigihan
adalah semangat untuk tidak menyerah terus menerus. Gigih bukan hanya tidak
mudah tumbang atau kuat. Gigih adalah ketika kita hampir ditumbangkan atau
ingin dijatuhkan, bisa tetap berdiri. Terlihat bedanya bukan?
Nah
jika passion dan kegigihan itu
dilatih secara konsisten dalam waktu yang lama, itulah yang disebut GRIT. Banyak
kisah orang-orang sukses yang benang merahnya adalah mereka sukses karena GRIT
yang melejit.
Pentingnya GRIT untuk Anak
Bagi
anak-anak GRIT punya banyak manfaat. Pertama,
GRIT bisa memprediksi kesuksesan anak dalam menjalankan tanggung jawabnya.
Sifat ini membuat anak bertahan lebih lama, dan secara keseluruhan tidak bisa
ditumbangkan dengan mudah.
Kedua, GRIT
bisa membantu anak untuk fokus hingga tujuannya tercapai. Ketiga, punya GRIT yang
tinggi juga membantu anak lebih kreatif mencari solusi dan cara untuk mencapai
tujuannya. Terakhir, GRIT yang tinggi akan membantu anak untuk selalu berusaha
naik level. Jadi setelah tujuannya tercapai, anak akan punya tujuan yang lebih
besar lagi.
Melejitkan GRIT Anak
Setelah
aku tahu jika GRIT itu tidak didapatkan secara instan, aku pun mulai sadar
bahwa GRIT itu sangat penting dikenalkan kepada anak semenjak dini. Ada tiga
hal yang kulakukan di rumah untuk bisa membantu melejitkan GRIT anak-anakku.
1. Ngobrol Bareng
Perbanyak
mengobrol dengan anak. Selain memperkuat bonding, dengan sering mengobrol
bersama anak aku bisa mencari mencari tahu tentang apa sih keinginan anakku. Apa
yang mereka sukai. Ini menjadi langkah awal dalam melejitkan GRIT anak. Anak
harus tahu dulu apa yang disukainya, harus menemukan dulu passion nya.
2. Main Bareng
Main
bersama disini artinya ikut terlibat. Tak sekadar menemani saja. Misalnya, saat
mengajak anak-anak main board game bersama. Aku juga ikut main. Hadir secara
penuh dan utuh.
Baca Juga : Pandu 45, Cara Menemukan Bakat Anak
Dengan
main bersama ini aku bisa tahu bagaimana karakter anak-anakku. Apa yang membuat
mereka bersemangat? Bagaimana jika mereka kalah atau gagal dalam permainan? Kegigihan
anak-anak bisa dilihat saat sedang bermain bersama.
3. Beraktivitas Bareng
Lalu
sering melakukan aktivitas bersama. Membuat family
project contohnya. Dengan begitu aku bisa melihat potensi-potensi yang
dimiliki oleh anak. Potensi tersebut akan kufasilitasi dengan baik. Misalnya karena
saat ini Chacha suka menggambar di komputer, aku sering mengajaknya menggambar
bersama. Aku juga membelikannya tablet agar dia semakin sering menggembar.
Aku percaya, bila tiga hal tersebut
secara konsisten maka anak-anakku akan memiliki GRIT yang melejit. Jadi mereka
akan sukses di masa yang akan datang. Semoga.
Bagimana dengan teman-teman? Apa yang
sudah teman-teman lakukan untuk membantu melejitkan GRIT anak? Saling sharing
di kolom komentar ya..
Terima kasih.
Tengkiu sharingnya Mba, menarik banget nih.
BalasHapusSaya baru tahu dan dengar dong tentang GRIT, dan lebih menariknya lagi, hampir kesemua metode parenting itu memang menitik beratkan pada kebersamaan orang tua dan anak ya, di mana bonding itu udah is the best lah, semacam pengisi semua kebutuhan anak :)
ilmu parenting mmg byk bgt, salah satu bagaimana kita bisa mengembangkan anak agar bisa memiliki GRIT, klo skg sih anak aku termasuk type yg gigih dalam melakukan hal yg disukai
BalasHapusWah, aku baru tahu tentang GRIT ini mbak. Tapi sepertinya saya simpulkan point untuk melesatkan grit ini adalah bonding anatar orangtua dan anak ya mbak. yang bisa dilakukan dengan ngobrol bareng, main barenng dan lainnya.
BalasHapusBener banget ini Mbaaa
BalasHapusOrtu punya peran penting untuk melejitkan GRIT anak
Bismillah, semogaaaaa ALLAH kuatkan dan mampukan kita ya
Langsung terbesit ke diri, Hmm berarti dulu waktu kita kecil tanpa disadari orangtua kita ada yang sudah menerapkan Grit tapi belum tahu bahwa namanya itu Grit ya
BalasHapusJadi gak sabar pingin main2 trus ngobrol lagi ma anak2 nih. Haha.. Padahal aku baru aja ngobrol ama main kartu bareng mreka. Sekarang mereka udah tidur sih. Alhamdulillah semoga bisa terus menerapkan grit buat anak2
BalasHapusHappy bacanya
BalasHapusPenerapan ilmu psikologi semakin maju sehingga kita bisa mendidik anak dengan metode
Saya ingat Elly Risman yang selalu menekankan adversity quotient selain IQ, EQ dan SQ
Saya baru eungeuh, ternyata ada lagi tingkatan di atas passion, yaitu GRIT. Dan ternyata cara melejitkannya adalah dengan memperbanyak waktu membersamai si kecil.
BalasHapusSenang bisa mampir ke mari dan jadi tahu tentang GRIT.
Woww..aku suka baca artikelnya. Bermanfaat sekali buat seorang ibu seperti aku. Supaya lebih bisa mengarahkan kemampuan anak lebih fokus sesuai passionnya. Kebetulan anakku juga 8 tahun dan dia suka sekali lego aku jadi kepikiran masukin ke sekolah robotik setelah baca artilelnya kak deeπ
BalasHapusMenjadi orang tua membuat kita banyak belajar dan saya baru tahu kalo ada grit ini. Selama ini memang yakin IQ bukan penentu kesuksesan tapi untuk istilahnya belum tahu
BalasHapuswaaah meskipun belum jadi ortu tapi rasanya terbantu sekali dengan membaca artikel ini, dan menyadarkanku betapa pentingnya peran orang tua untuk meningkatkan GRIT anak. semoga kedepannya bisa mempraktekkan aamiin
BalasHapusGRIT nggak akan bisa diterapkan oleh keluarga yang ortunya sudah menanamkan/mengarahkan cita-cita kepada si anak
BalasHapussepakat?
Dari tadi saya nyariin GRIT itu singkatan kah atau apa, ternyata sama dengan passion dan perseverance ya mba. Adik saya itu IQ nya tinggi, di atas 145, tapi EQ-nya sangat rendah dan itu terlihat dalam kehidupannya saat ini.
BalasHapusDalam GRIT ini, bisa kita istilahkan orang pintar yg IQ-nya tinggi bisa dikalahkan orang tekun yang IQ-nya mungkin hanya rata-rata. Menarik bahasannya. Sukses selalu buat Chacha ya mba.
GRIT tentunya banyak dipengaruhi oleh mentalitas. Anak-anak dengan mentalitas dan daya juang tinggi akan bisa memanfaatkan GRIT (passion dan perseverance) yang sudah ada di dalam dirinya. Tentu saja dengan keterlibatan lingkungan sekitar, termasuk pengaruh dan didikan keluarga.
BalasHapusIlmu baru buat saya tentang GRIT, dan bisa saya share ke teman-teman dan keluarga saya tentang konsep baru di bidang psikologi ini. Karena banyak sekali orang tua yang hanya berfokus pada IQ tanpa melihat passion dan perseverance-nya.
BalasHapusBahkan banyak orang tua yang sudah menentukan cita-cita anak yang sebenarnya itu adalah hanya keinginan orang tuanya, akhirnya anak jadi tertekan dan kurang menikmati pekerjaannya di masa mendatang.
Semoga banyak orang tua atau calon orang tua yang sadar akan hal ini dan dapat mengubah pola pikir mereka dalam mendidik anak.
Mba Dee, Grit ini sesuatu yang baru buatku, thank you udah berbagiii...ternyata yang menentukan orang sukses itu memang bukan hanya IQ, mereka harus bisa menemukan passion mereka juga ya, biar PAS gitu. Keren mba artikelnya
BalasHapusBaru denger istilah GRIT ini mbak. Masuk akal sih, jika seseorang mengembangkan sesuatu yang menjadi passion dan konsisten di jalur tersebut, mudah-mudahan akan sukses dengan jalannya sendiri. Beda kalau dipaksa sesuatu yang bukan minatnya, akan lebih mudah berisiko untuk berhenti di tengah jalan.
BalasHapusAku jujur baru tau nih soal GRIT, jadi pengen cari info lebih lengkapnya deh, yes, kalo soal ajarin do what we love, aku udah ajarin itu ke anakku, bahwa dia harus fokus disitu, harus jadi expert di hal yang dia suka, jangan 50-50
BalasHapusIlmu baru buat aku tentang Grit ini. Ilmu parenting ini ternyata bukan sekadar mengasuh saja ya. Tapi hrs pandai menerapkan pola asuh sesuai firah anak. Dan kedekatan ortu dengan anak jd kuncinya bgt.
BalasHapusThank you ya sharing nya, bermanfaat banget ini. Btw ChaCha juga suka menggambar kayak anakku yang pertama nih π
BalasHapus