Langkah Bersama Atasi Perubahan Iklim - Perubahan iklim menjadi ancaman yang serius bagi kelangsungan kehidupan di bumi. Tak hanya manusia saja yang akan menerima akibatnya, hewan dan tumbuhan pun bisa terancam karena perubahan iklim ini. Tak heran banyak pihak yang berusaha mengatasi ancaman perubahan iklim ini. NGO, blogger dan komunitas setempat bahu membahu mengatasi perubahan iklim. Semua bisa mengambil peran untuk melestarikan lingkungan.
Perubahan Iklim
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) mendefinisikan Perubahan iklim sebagai perubahan iklim yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengubah kompoisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami pada perioda waktu yang dapat diperbandingkan. Komposisi atmosfer global yang dimaksud adalah komposisi material atmosfer bumi berupa Gas Rumah Kaca (GRK) yang di antaranya, terdiri dari Karbon Dioksida, Metana, Nitrogen, dan sebagainya.
Sebenarnya Gas Rumah Kaca dibutuhkan untuk menjaga suhu bumi tetap stabil. Akan tetapi, konsentrasi Gas Rumah kaca yang semakin meningkat membuat lapisan atmosfer semakin tebal. Penebalan lapisan atmosfer tersebut menyebabkan jumlah panas bumi yang terperangkap di atmosfer bumi semakin banyak, sehingga mengakibatkan peningkatan suhu bumi, yang disebut dengan pemanasan global.
Berbicara tentang perubahan iklim, saya jadi teringat tentang talkshow Suara Kita Tentang Perubahan Iklim beberapa waktu lalu. Talkshow ini menceritakan bagaimana peran nara sumber dalam mengatasi masalah perubahan iklim ini.
Ada lima narasumber yang hadir dalam acara talkshow selama 1,5 jam ini.
Davina Veronica – perempuan yang dulu dikenal sebagai model dan bintang FTV ini sekarang menjadi pegiat lingkungan dan perlindungan satwa. Davina sering keluar masuk hutan untuk menyelamatkan orang utan yang terancam punah.
Davina bercerita bahwa orangutan di hutan-hutan Kalimantan terancam kehilangan habitat mereka karena secara perlahan karena deforestasi. Orangutan yang merupakan penghuni asli hutan, keberadaannya semakin tergeser. Mereka seperti menjadi pengungsi.
Sebagai “penduduk asli hutan” sekarang hewan seperti orang utan jadi seperti pengungsi karena tempatnya diambil alih untuk kepentingan manusia. Padahal semua makhluk sejatinya menjalankan peran masing-masing. Hewan-hewan dan tetumbuhan pun punya peran dalam melestarikan menyeimbangkan, dan menjaga kesehatan alam.
“Kita manusia, bukanlah makhluk yang superior tetapi adalah fakta kalau manusia merasa superior dan menjadi akar dari semua permasalahan yang ada di muka bumi ini,” ujar Davina.
Davina bahkan sempat menangis ketika melihat hutan yang semakin rusak karena aktivitas manusia. Ledakan populasi manusia yang tidak terkontrol akhirnya mengambil alih habitat satwa. Dan kehidupan satwa belum menjadi prioritas.
Baca Juga : Adopsi Hutan, Langkah Bersama untuk Melestarikan Hutan
Zul Karnedi - Pak Zul Karnedi adalah penyelamat penyu dari Alun Utara Bengkulu. Menarik sekali menyimak cerita pak Zul. Dulunya pal Zul adalah seorang pemburu telur penyu. Sekarang, kedaannya berbalik. Pak Zul kini berjuang sebagai penyelamat penyu.
Setelah mendengar penyuluhan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Bengkulu, pak Zul bertekad ikut melestarikan keberadaan penyu di wilayahnya. Mulai tahun 2015 pak Zul dan keluarganya berjuang melestarikan penyu. Awalnya perjuangan tidak mudah, banyak yang mencibir. Bahkan ada yang menjulikinya sebagai orang gila.
Tetapi dengan semangat dan rasa cinta yang tinggi terhadap keberadaan penyu, perjuangan pak Zul membawa hasil. Sudah banyak penyu yang diselamatkan. Bahkan sekarang masyarakat disekitarnya juga ikut berpartisipasi melakukan konservasi penyu.
Menurut pak Zul, sampah masih menjadi ancaman utama bagi kehidupan penyu. Penyu-penyu yang sudah di lepas di pantai, terancam sampah plastik. Dimana ada kejadian penyu yang mati, saat dibuka perutnya, penuh sampah plastik. Sungguh hal yang sangat memperihatinkan ya?
Mubariq Ahmad – Direktur Eksekutif Yayasan Strategi Konservasi Indonesia ini banyak bercerita tentang perubahan iklim. Perubahan iklim selain berdampak pada kerusakan lingkungan, juga memberikan dampak secara sosial. Mulai dari kesenjangan antara yang kaya dan miskin hingga ketidakadilan gender.
Pemicu utama terjadinya perubahan iklim ini menurut pak Mubariq adalah emisi gas rumah kaca dan deforestasi yang semakin meluas. Selain itu di sisi kebijakan, masih tumpang tindih. Ide-ide kebijakan yang terkait dengan isu lingkungan sering kali tidak nyambung dalam prakteknya. Misalnya, kebijakan pelarangan penggunaan kantong plastik saat berbelanja, dimana ternyata kebijakan ini belum ada payung hukumnya. Dan mengganggu secara perekonomian, terkait impor biji plastik misalnya.
Widyanti Yuliandari - Blogger senior sekaligus Ketua Umum Pusat Ibu-Ibu Doyan Nulis ini mengungkapkan bahwa blogger juga punya peran penting dalam pelestarian lingkungan. Melalui tulisannya, blogger bisa ikut menyuarakan isu-isu lingkungan yang selama ini masih belum banyak diangkat.
Mbak Wid, sudah mulai menulis isu-isu lingkungan sejak sepuluh tahun yang lalu. Menurut mbak Wid, sekarang sudah banyak blogger-blogger yang menulis isu-isu lingkungan. Blogger bisa menulis isu-isu lingkungan dengan cara berbagi cerita kisah orang awam dalam menjaga lingkungan. Atau menulisakan pengalaman pribadinya untuk melestarikan lingkungan. Bisa dimulai dari langkah yang sederhana, misalnya selalu membawa tumbler untuk mengurangi konsumsi minuman kemasan.
"Tak perlu menunggu sempurna untuk berbagi", begitu pesan mbak Wid. Aksi yang tak sempurna tapi dilakukan oleh banyak orang, pasti akan berdampak. Semakin banyak orang sharing tentang pelestarian lingkungan, semakin banyak orang yang akan tergerak untuk berpartisipasi.
Siti Hairul - Siti Hairul atau yang akrab dipanggil Mak Irul ini bernagi kisah menariknya dalam melestarikan lingkungan. Mak Irul bercerita bahwa penggunaan menscup sebagai pengganti pembalut sekali pakai bisa berdampak pada pelestarian lingkungan. Pembalut sekali pakai termasuk sampah yang sulit diolah.
Sudah 1,5 tahun Mak Irul memakai menscup. Diawal memang agak aneh, karena tidak terbiasa. Tetapi seiring berjalannya waktu, pasti terbiasa.
Mak Irul membagikan kisahnya dalam tulisan. Banyak pembaca yang tertarik. Mereka ingin tahu lebih banyak tentang menscup. Tulisan Mak Irul pun masuk dalam page on mesin pencari.
Sebab Perubahan Iklim
Manusia menjadi faktor penyebab dari terjadinya perubahan iklim. Beberapa aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, ikut andil dalam terjadinya perubahan iklim ini. Beberapa sebab perubahan iklim antara lain :
Baca Juga : 10 Langkah Memulai Gaya Hidup ZeroWaste dari Rumah
1. Deforestasi
Deforestasi adalah proses penghilangan hutan alam untuk diambil kayunya. Deforestasi juga bisa terjadi karena adanya kebakaran hutan baik yang disengaja atau terjadi secara alami. Deforestasi ini tentu menjadi ancaman bagi kehidupan umat manusia dan spesies mahluk hidup lainnya. Deforestasi bahkan menjadi faktor terbesar terjadinya perubahan iklim.
Berdasarkan data yang disampaikan oleh oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH), di Indonesia terjadi penurunan luasan tutupan hutan setiap tahunnya. Pada tahun 2011, persentase lahan berhutan dengan luas daratan Indonesia adalah 52,5% (98,7 juta ha), tahun 2012 menjadi 52,2% (98,2 juta ha), tahun 2013 menurun menjadi 51,3% (96,5 juta ha), tahun 2014 menjadi 51% (95,7 juta ha) dan tahun 2015 menjadi 50, 6% (95 juta ha).
2. Sampah
Sampah juga menjadi faktor penyebab terjadinya perubahan iklim. Padahal setiap harinya manusia bisa menghasilkan sampah hingga mencapai 1 kg. Menurut Data Kementrian Lingkungan Hidup, rata-rata orang diperkotaan di Indonesia pada tahun 1995 menghasilkan sampah 0,8 kg/hari dan terus meningkat hingga 1 kg per orang per hari pada tahun 2000. Diperkirakan timbunan sampah pada tahun 2020 untuk tiap orang per hari adalah sebesar 2,1 kg. Sampah yang dibuang menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan kontribusinya pada efek pemanasan global mencapai 15%.
Bagaimana sampah berpengaruh terhadap perubahan iklim? Ini penjelasannya. Pertama, sampah organik yang dibuang di tempat pembuangan landfill terdekomposisi secara anaerob sehingga menghasilkan gas metan, yaitu emisi gas rumah kaca yang menurut Indeks Potensi Pemanasan Global, efeknya 21 kali lebih beracun daripada gas karbondioksida. Sedangkan Danny(2000) mengatakan bahwa metan yang dilepas ke atmosfer lebih banyak berasal dari aktifitas manusia (anthropogenic) daripada hasil dari proses alami.
Kedua, pembakaran sampah juga menghasilkan karbondioksida, ditambah lagi dengan emisi gas yang dihasilkan oleh transport yang membawa sampah ke tempat pembuangan tersebut.
Ketiga, sampah plastik fari proses produksi, konsumsi, hingga pembuangannya menghasilkan emisi karbon yang tinggi sehingga berkontribusi terhadap perubahan iklim karena kondisi bumi semakin memanas. Semakin tinggi emisi karbon yang dihasilkan, maka semakin tinggi konsentrasi gas-gas rumah kaca yang ada di atmosfer.
3. Penggunaan Energi Fosil
Penggunaan energi fosil turut andil dalam penyebab terjadinya perubahan iklim. Persoalan energi fosil ini juga sempat disinggung oleh pak Mubariq. Pak Mubariq masih menyayangkan, bagaimana Indonesia yang kaya energi matahari belum berani mengembangkan energi surya yang ramah lingkungan.
Pembangkit listrik yang ada di Indonesia, masih menggunakan batu bara yang jelas-jelas tidak ramah lingkungan. Harusnya energi masa depan seperti enargi surya ini harus mulai dikembangan. Jerman saja yang merupakan negara dengan 4 musim, 75% energi yang digunakan bersumber dari cahaya matahari.
Dampak Perubahan Iklim
Banyak sekali dampak negatif dari perubahan iklim ini. Perubahan iklim tak hanya mengancam kehidupan manusia saja, tetapi juga kehidupan spesies lain di muka bumi ini, termasuk hewan dan tumbuhan.
1. Ancaman Biodiversitas
National Geographic merilis bahwa dampak perubahan iklim bagi biodiversitas sudah terlihat nyata. Berdasarkan skenario kenaikan emisi gas rumah kaca yang paling tinggi, pada tahun 2100, setidaknya 50% spesies dunia akan kehilangan habitat dengan kondisi iklim yang cocok bagi mereka.
Sebagaimana cerita Davina terhadap kondisi orangutan di Indonesia. Bagaimana deforestasi menghilangkan habitat mereka, hingga kini jumlahnya semakin langka.
Erosi keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia berfokus pada pelestarian beberapa satwa langka seperti orangutan, gajah, harimau dan badak. Satwa-satwa ini terancam punah, akibat perubahan iklim yang mengancam perubahan mereka.
2. Krisis Air
Para ahli memprediksi Indonesia akan mengalami kelangkaan air bersih pada tahun 2025. Ketersediaan air bersih dari tahun ke tahun cenderung menurun akibat pencemaran lingkungan dan kerusakan daerah tangkapan air. Kondisi ini diperburuk dengan adanya perubahan iklim. Perubahan iklim yang ekstrim membuat Indonesia sering mengalami kebanjiran di musim hujan dan kekeringan bila musim kemarau datang.
Baca Juga : Merawat Air untuk Kehidupan Mulai dari Rumah
3. Kenaikan Permukaan Air Laut
Kenaikan suhu global berimbas pada mencairnya es di kutub, ini mendorong kenaikan permukaan air laut. Berdasarkan data satelit yang dikumpulkan oleh ITB, penurunan permukaan air laut di perairan Indonesia diperkirakan sekitar 3-8 mm per tahun. Sementara, estimasi penurunan permukaan tanah menjadi lebih drastis, sekitar 1-10 cm per tahun. Bahkan, di beberapa tempat bisa meblncapai 15-20 cm per tahun.
Di kawasan pantura, sudah banyak daerah yang tenggelam karena abrasi dan banjir rob. Contohnya, daratan di Pantai Pisangan Desa Cemara Jaya Karawang, satu dusun tenggelam.
Ini menjadi bencana serius, kehidupan manusia menjadi terancam. Habitat satwa dan tumbuhan pun lenyap.
Langkah Bersama yang Bisa Dilakukan
Melihat begitu besarnya dampak dari perubahan iklim ini, tentu diperlukan langkah bersama dalam mengatasinya. Saya juga ingin menyelamatkan hutan meski tidak terjun langsung keluar hutan seperti yang dilakukan oleh Davina.
Kita semua bisa berpartisipasi dalam upaya mengatasi perubahan iklim ini. Saya, pun bisa menjalankan peran. Ibu memliki peran kunci dalam upaya penyelamatan lingkungan.
Beberapa hal yang sudah saya lakukan untuk ikut serta mengatasi perubahan iklim adalah :
1. Pendidikan Lingkungan
Ibu adalah madrasah utama bagi anak-anaknya. Begitu pula soal pendidikan lingkungan. Sebagai ibu, saya mulai mengajarkan pendidikan lingkungan kepada anak-anak saya sejak dini.
Mengenalkan mereka bagaimana cara menjaga lingkungan. Mulai dari membacakan buku seputar lingkungan, mengajarkan membuang sampah pada tempatnya hingga memulai diet plastik.
Keteladanan juga menjadi kunci utama dalam menanamkan pendidikan lingkungan terhadap anak-anak.
2. Bijak Menggunakan Air
Dirumah saya juga mengajak keluarga menggunakan air secara bijak. Menghemat penggunaan air dengan mandi menggubakan shower misalnya. Saat hujan tiba, saya pun mengajak anak-anak menampung air hujan. Nantinya air tersebut kami gunakan untuk menyiram tanaman dan membersihkan garasi.
3. Rumah Minim Sampah
Sampah menjadi salah satu sebab perubahan iklim, di rumah saya berusaha mewujudkan rumah minim sampah. Dimulai dengan gerakan 3M ;
- Mencegah, kami di rumah biasa mencegah penggunaan sampah an organik dengan melakukan diet plastik. Selalu membawa tas belanja sendiri menjadi langkah mudah yang bisa dilakukan untuk mencegah pemakaian plastik.
- Memilah, di rumah ada beragam tempat sampah. Sampah-sampah kami pisahkan menurut jenisnya, mulai dari sampah dapur, sampah daur ulang, B3, hingga sampah elektronik.
- Mengolah, sampah menjadi tanggung jawab pribadi.
Makanya kami di rumah semaksimal mungkin mengolah sampah kami sendiri. Sampah dapur diolah menjadi kompos melalui metode keranjang takakura dan felita.
Sementara sampah-sampah an organik dimanfaatkan untuk ecobrik dan barang-barang daur ulang.
4. Adopsi Hutan
Beberapa waktu lalu, saya dan anak-anak ikut gerakan adopsi hutan. Melalui gerakan ini kami bisa berpartisipasi dalam upaya pelestarian hutan. Donasi yang kami berikan bisa membantu langkah organisasi lingkungan dalam melestarikan hutan. Si kecil bahkan rela memberikan sebagian uang tabungannya untuk mengikuti gerakan adopsi hutan ini.
Sebagaimana saran Davina, bahwa masyarakat bisa ikut berpatisipasi dalam melestarikan hutan dengan memberikan donasi. Melestarikan hutan bukan tanggungjawab NGO lingkungan semata.
5. Menyebarkan Pesan Kebaikan
Saya juga mulai rajin menulis isu-isu lingkungan di blog pribadi saya. Saya ingin berbagai pengalaman dalam menjaga kelestarian lingkungan. Meski upaya saya belum sempurna, tapi saya berusaha untuk lebih baik setiap harinya. Beberapa tulisan saya yang terkait dengan lingkungan bisa dilihat disini.
6. Memberi Contoh
Tak hanya di dalam keluarga, saya berusaha memberi contoh bagi lingkungan sekitar. Awalnya tetangga merasa aneh, saat saya selalu menolak kantong plastik saat berbelanja. Sekarang mereka maklum, bahkan beberapa ada yang mengikuti langkah saya ini.
Saat menjadi tuan rumah arisan, saya pun berusaha mengadakan arisan minim sampah. Dengan cara menggunakan besek sebagai wadah makanan dan tidak menggunakan air minum kemasan. Harapannya, para tetangga bisa terinspirasi dengan langkah kecil saya ini.
Perubahan iklim menjadi masalah serius bagi setiap makhluk hidup di bumi ini. Oleh karena itu diperlukan langkah bersama dalam mengatasinya. Tak hanya aktivis lingkungan dan pemangku kebijakan saja yang harus bergerak, kita pun bisa melakukannya. Lakukan hal kecil mulai dari yang kita bisa. Tak ada upaya yang sia-sia.
Saya sudah berbagi pengalaman soal climate change. Kamu juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Climate Change" yang diselenggaraakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis. Syaratnya, bisa dilihat disini.
Referensi :
Sumber Gambar :
#ClimateChange
#CeritaKitaTentangPerubahanIklim
#KBRxIIDN
#IbuIbuDoyanNulis
keranjang felita tuh apa ya mba? aku liat itu mirip buat galon air ya?
BalasHapusPantesan sekarang Davina jarang terlihat, salut sekarang jadi pegiat lingkungan dan perlindungan satwa.
BalasHapusBtw, keranjang takakura dan felita itu apa mbak?
Perubahan iklim terjadi karena beberapa faktor ya, yang sebisa mungkin setelah kita ketahui faktornya untuk senantiasa dapat berubah agar bisa mengatasinya
BalasHapusKalau denger webinar kemarin lalu baca tulisan ini lagi rasanya seperti ngga mau ini semua terjadi. Karena efeknya bener-bener terasa dan akan terus berjalan entah sampai kapan kalau manusia ngga kunjung berubah
BalasHapusKita memang harus menjadi bagian walau kecil agar lingkungan kita menjadi lebih baik ya kak. Minim sampah misalnya, nggak pakai plastik, dan membuat keranjang takakura & felita
BalasHapusMengatasi perubahan iklim ini memang jadi tanggung jawab kita bersama ya mbak. Kami sekeluarga juga sedang berproses mengubah gaya hidup agar enggak merusak lingkungan.
BalasHapusUlasannya lengkap banget mba... Masya Allah, bener banget ya mba. Kalo bukan kita, siapa lagi yang kan menjaga kelestarian hutan ini?
BalasHapusLuar biasa uraiannya Mbak. Seharusnya dengan membaca ini, mata kita semakin terbuka akan keterbelangsungan kelestarian bumi. Nyatanya apa yg kita miliki dan nikmati sekarang harus kita wariskan kepada anak cucu kita
BalasHapusBener bnget mba masyarakat bisa ikut berpatisipasi dalam melestarikan hutan dengan memberikan donasi. Melestarikan hutan wajib tugas kita bersama
BalasHapusPerubahan iklim sangat berpengaruh pada kelangsungan kehidupan kita semua yaa mbak. Dampaknya sangat terasa. Itulah mengapa perlu langkah bersama, kekompakan, untuk mengatasinya.
BalasHapusBeneran untuk perbaikan itu semua bisa berawal dari rumah dengan pendidikan dari seorang ibu yang paham dan cinta lingkungan.
BalasHapusSaya ga bisa bayangkan perubahan iklim yang seperti apa lagi di masa anak-anak kita besar nanti. Semoga langkah kecil kita, seperti menulis awareness tentang lingkungan di blog, bisa memperbaiki masa depan.
BalasHapusTulisannya lengkap banget, mba! Thank you for sharing this.
Btw, saya penasaran tentang keranjang takakura dan felita itu. Mungkin mba bisa nulis lebih lengkap di next post :D
Sekarang rumah kaca lebih banyak efek negatifnya ya Mba Dee daripada positifnya. Karena sudah kebanyakan sih, di mana2 skyscrapper perkantoran berasa gak keren kalau gak rumah kaca.
BalasHapusPerubahan iklim ini memang mengkhawatirkan ya. Bandung aja sekarang kerasa cuacanya berubah. Yang asalnya dingin, malem pun sekarang gerah, panas. Semoga kita semua bisa memulai langkah untuk mengubah keadaan ini. Kasian anak cucu kita nanti. Hidup di dalam iklim ekstrem yang berbahaya.
BalasHapusSemoga gaya hidup zerowaste dari rumah dapat diterapkan oleh setiap orang yang peduli pada perubahan iklim dunia. Kalau bukan kita siapa lagi? :)
BalasHapusSaya juga baru tahu tentang keranjang takakura dan felita ini.
BalasHapusOIa, beberapa waktu lalu sempat baca di temlen FB tentang acara webinar ini dan salah point interestnya ttg menscup yang dibicarakan oleh Mak Irul.
Saatnya mengkampanye kan penggunaan mesncup ini, hingga ke lini sunia remaja.
Kami sekeluarga juga sudah mulai dengan langkah kecil seperti mengurangi penggunaan plastik dan menanam pohon, Mbak. Semoga iklim tidak berubah ekstrem yang berpotensi membahaya bencana buat manusia.
BalasHapusDaging banget sih temanya: langkah bersama atasi perubahan iklim.
BalasHapusDan ku fokus ke sini: "Tak perlu menunggu sempurna untuk berbagi", begitu pesan mbak Wid. Aksi yang tak sempurna tapi dilakukan oleh banyak orang, pasti akan berdampak. Semakin banyak orang sharing tentang pelestarian lingkungan, semakin banyak orang yang akan tergerak untuk berpartisipasi.
Wah...Beneran langkah seperti ini akan membuat sosialisasi kepedulian akan atasi perubahan iklim bisa terjalani
Kita mulai dari diri sendiri dengan hal yang sederhana. Saya pun sudah mulai berusaha untuk mengurangi sampah plastik, sama seperti mbak, kalau belanja bawa tas sendiri, bawa tumbler sendiri saat menghadiri acara. Sekarang kataknya harus mulai belajar mengolah sampah an organik biar bisa menjadi hal bermanfaat nih. Keren ya acaranya.
BalasHapusSebagai ibu-ibu anggota arisan juga, setuju sekali sebagai tuan rumah kita menyediakan gelas untuk minum dan wadah kardus atau besek saja untuk buah tangan. Usai arisan, kerap diadakan 'operasi plastik' yang kalau dikalikan berapa kali jumlah arisan dalam setahun, wah bakal banyak deh sampah plastik yang dihasilkan. Itu baru dari kegiatan arisan saja. Belum yang lainnya, kaaan ...
BalasHapusManusia memiliki peranan penting dalam kembali menyelamatkan lingkungan. Mulailah dari hal sekitar, misalnya ibu2 memberi contoh kepada anak2nya untuk membuang sampah pada tempatnya.
BalasHapuscantik banget ya si Davina, *eh :D
BalasHapusbtw hemat dalam pemakaian air tuh kadang masih PR buat saya, kadang nyuci trus lupa matikan keran air, astagaaa kebuang-buang air.
Padahal, juga bisa jadi langkah untuk atasi perubahan iklim, dengan menjaga alam kita :)
Perlu apresiasi tinggi terhadap orang yang berjasa seperti Pak Zul dari Bengkulu itu. Mereka secara kasat mata tidak punya kepentingan ya. Tapi kontribusi mereka sangat tinggi demi kelestarian alam dan keselarasan iklim di dunia
BalasHapussampah tuh menjadi momok menakutkan banget ya mba. makanya emang harus dari rumah tangga sendiri sih yang mengelolanya. karena rumah tangga itu masyarakat terkecil, jadi lebih mudah mengurusnya. semoga kita semakin sadar akan sampah ini.
BalasHapusKalau semua rumah tangga mengolah sampah sendiri, rumah minim sampah, memilah, maka dampaknya terhadap perbaikan lingkungan akan semakin nyata. Harus bersama-sama nih actionnya...
BalasHapusYang paling susah itu ngurangin penggunaan plastik ya mba. Di mana-mana ada plastik. Kalau aku nyoba ngurangin nya salah satu caranya dengan clodi. Sepele sih tapi semoga membantu bumi kembali aman
BalasHapusDaging banget Mba ulasannya, dan jujur terkesan banget dengan langkah nyata yang sudah Mb Dian lakukan dalam keseharian.Patut dicontoh. btw saya penasaran sama keranjang takakura dan felita itu Mba. Itu cara kerjanya seperti mengompos biasa ya mba?
BalasHapusDavina sekarang jadi pegiat lingkungan ya, salut. Ada mbak Wid juga masya Allah. Komplit pematerinya. Memang perubahan iklim ini membutuhkan kerjasama dari berbagi pihak ya. Aku sedang ingin belanjar mengompos, tapi masih maju mundur cantik nih.
BalasHapusDavina ini salah satu model yg dulu aku idolain, saat abg. Gak nyangka ternyata bisa sepanggung. Haha... Keren kiprahnya ya. Gak cuma cantik, tapi juga PEDULI.
BalasHapusBanyak sekali ya Mbak langkah sederhana dari rumah yang bisa kita lakukan untuk melawan perubahan iklim. Tentu nggak bisa sendirian, harus bersama-sama.
BalasHapusLihat kreasi dari kardus bekas tadi, anakku juga suka membuat prakarya seperti itu, loh.
Terima kasih atas ulasannya tentang beberapa langkah dalam mengatasi perubahan iklim. Semoga kita bisa berkontribusi di dalamnya. Dari hal kecil, sekarang juga. Aamiin
BalasHapusBerawal dari rumah masing-masing, kita pun bisa berperan serta untuk menjaga lingkungan ya.
BalasHapusKalau untuk air permukaan laut naik, aku bisa merasakannya. Dimana bibir pantai di dekat rumahku semakin sempit saja. Rasanya nggak seperti dulu lagi bermain-main di pantai yang sekarang.
BalasHapus