Pengalaman Penuh Drama Saat Mudik Lebaran - Mudik adalah tradisi tahunan menjelang datangnya hari lebaran. Saya punya banyak cerita berkesan soal mudik ini. Saya punya banyak pengalaman penuh drama saat mudik lebaran.
Mudik
Mudik oleh KBBI disinonimkan dengan istilah pulang kampunh adalah kegiatan perantau/pekerja migran untuk pulang ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar lebaran.
Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Transportasi yang digunakan untuk mudik pun beragam, antara lain: pesawat terbang, kereta api, kapal laut, bus, dan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor, bahkan truk dapat digunakan untuk mudik.
Baca Juga : Enam Ide Lebaran Saat Pandemi Covid 19
Tradisi mudik muncul pada beberapa negara berkembang dengan mayoritas penduduk Muslim, seperti Indonesia dan Bangladesh.
Pengalaman Mudik Lebaran
Bicara soal mudik, saya punya banyak cerita yang unik dan menarik. Ada kisah bahagia sampai kisah yang mengharu biru.
Dulu saat duduk di bangku sekolah dasar, dari kelas 1 sampai 3 saya dan keluarga merantau di Bojonegoro. Kalau kebanyakan orang melakukan urbanisasi, keluarga kami justru sebaliknya. Kami yang orang Surabaya harus merantau ke Bojonegoro. Melakukan ruralisasi, kebalikan dari urbanisasi.
Saat itu mama memutuskan menyusul papa yang sudah duluan tinggal disana. Mengakhiri hubungan pernikana jarak jauh atau istilah kerennya LDM (long distance marriage).
Nah makanya kalau lebaran kami mudiknya ke Surabaya. Saat itu kami sering mudik naik kereta api. Enak keretanya tidak berjubel, karena kami mengambil rute yang berlwanan. Saat orang-orang mudik kembali ke desa, kami mudik ke kota.
Naik kelas 4 SD, papa pindah Jakarta. Tetapi saya pulang ke Surabaya. Papa dan mama menitipkan saya untuk tinggal bersama kakek dan nenek.
Dari kelas 4 SD saya tak pernah lagi merasakan mudik. Saya menunggu orangtua saya mudik ke rumah kakek dan nenek. Lebaran saya selama bertahun-tahun dilakukan di Surabaya.
Pengalaman mudik baru saya rasakan lagi setelah menikah. Meski suami adalah orang asli Surabaya dan ibu mertua juga tinggal di Surabaya, kami tetap mudik. Seemua keluarga besar mertua tinggal di desa.
Takdir membawa saya kembali ke Bojonegoro. Keluarga besar mertua tinggal disana. Otomatis setiap tahun kami mudik kesana. Lucunya, rumah keluarga besar suami dari pihak ayah, adalah tetangga desa tempat saya merantau dulu. Jaraknya kurang lebih 5 km dari rumah perantauan kedua orangtua saya.
Saat menikah ada pengalaman yang menyedihkan saat mudik. Tahun 2018 saat akan kembali ke Surabaya, motor yang kami tumpangi mengalami kecelakaan. Kami berempat jatuh diatas jalan raya di daerah Lamongan. Beruntung hanya luka ringan, setelah diobati di rumah sakit Muhammadiyah Lamongan, kami tetap melanjutkan perjalanan ke Surabaya. Alhamdulillah bisa sampai Surabaya dengan selamat.
Baca Juga : Mudik Naik Motor yang Berujung Celaka
Memang tidak baik mudik naik motor dengan jarak jauh. Kami terpaksa, sebab anak-anak mulai tidak nyaman naik bis. Tiket kereta susah di dapat. Maklum jadwal kerja suami kalau mau lebaran suka nggak jelas. Jadi kami nggak bisa pesan tiket lebaran jauh-jauh hari.
Tahun depan kami naik bis. Tapi saat akan berkunjung ke rumah saudara di Mojokerto kami naik motor. Berhubung jaraknya dari rumah hanya 20km, maka kami pikir nggak apalah naik motor. Perjalanan cuma 1 jam an. Apalagi saat itu hari kedua lebaran, pasti jalan sepi.
Tapi kemalangan datang lagi. Saat di jalan raya by pass Mojokerto, motor kami jatuh. Berguling-guling hinga beberapa ratus meter. Kali ini kecelakaan yang kami alami lebih parah dari tahun lalu. Terutama saya dan si bungsu yang ada dalam dekapan gendongan saya. Kami berdua terpental jauh dari motor.
Darah mengucur deras dari kening saya. Si bungsu juga, kepala dan telinganya keluar darah. Beruntung kami segera dilarikan ke rumah sakit. Lokasi kecelakaan kami tak jauh dari rumah sakit Anwar Medika.
Kami mendapatkan perwatan yang cepat dan baik di rumah sakit ini. Si bungsu harus rawat inap. Beruntung si bungsu tak mengalami gegar otak. Hanya kondisinya perlu di observasi. Setelah 3 hari kami pun boleh pulang. Tahun lalu libur lebaran kami lakukan di rumah sakit, sedih!
Dua kali mengalami kecelakaan saat mudik membuat kami insyaf. Tak akan lagi melakukan perjalanan jauh dengan motor. Bahkan tak akan pergi dengan anak-anak menggunakan motor.
Kami pun memutuskan membeli mobil. Alhamdulillah ada rezeki beli mobil. Meski harus dicicil sampai lima tahun kedepan, hehe. Anak-anak bertambah besar, mobil menjadi sebuah kebutuhan. Tak hanya untuk mudik saja.
Baca Juga : Persiapan Lebaran
Tapi rupanya meski sudah mempersiapkan transportasi yang nyaman, ternyata tahun ini tak bisa mudik dulu. Pandemi corona covid 19 membuat pemerintah melarang mudik lebaran.
Begitulah cerita mudik yang saya alami. Mudik memberikan banyak pengalaman bagi saya. Meski kadang penuh drama, tapi tetap selalu dinantikan.
Bagaimana dengan teman-teman? Apakah punya pengalaman mudik yang menarik? Share yuk..
Ya Allah, sampai kejadian jatuh gitu, Mbak. Dareah Lamongan mana Mbak pas otewe ke Bojonegoro? Memang naik motor perjalanan jauh dengan penumpang sesak kudu ekstra hati-hati sih. Apalagi jalanan ramai kayak Jl. Surabaya Jakarta. Semoga ga sampai kejadian lagi ya Mbak, kayak kecelakaan kedua itu, sampai lumayan parah ya bahkan diopname. Kalau aku sekeluarga ya alhamdulillah, mudik selalu lancar. Paling dramatis paling mudik bareng temen numpang mobilnya sampe 2 hari di jalan. Sahur pun cuma sempat makan kurma di mobil. Sekarang mah mudiknya deket banget. Tetep naik motor sih, pakai pakai 2 motor.
BalasHapusIya mas, yg di lamongan jatuh di pertigaan turi klo g salah
HapusIya yg kedua parah bgt, makanya kapok
wah saking semangat mau mudik ya, kalau aku mudik selalu berlawanan arus jadi gak pernah ken amacet
BalasHapusWah enak dong, mudik kmn mbak
HapusYa ampun mbaaaa, serem ngebayangin ya :(. Untung ga terlalu parah yaaa :(. Ga kebayang si kecil sampe luka.
BalasHapusMudik itu selalu aku nanti2 banget. Tp memang jujurnya udh 3x lebaran kami ga mudik Krn makin kesini mikirnya, mnding pulang kampung pas bukan peak season. Secara aku kapok trakhir mudik ke solo itu sampe 31 jam di jalan naik mobil wkwkwkwkwk. Sejak itu kapok mba. Makany kalo mau pulang pasti ambil jatah cuti tahunan kantor dan bukan pas lebaran. Supaya di jlanan ga macet dan lagi tempat kuliner enak semuanya buka. :D.
iya, pengalaman yg cukup traumatik..
Hapustapi alhamdulillah sekarang sudah sehat sehat