Saya masih ingat saat saya kecil, almarhum papa selalu membacakan dongeng sebelum tidur. Tak hanya itu, papa juga sering membelikan saya majalah. Kebiasaan ini berlangsung sampai saat saya kuliah lho. Hanya jenis majalahnya saja yang berubah. Menyesuaikan usia saya tentunya. Semua yang almarhum papa lakukan itu semata-mata agar saya suka baca. Dengan suka baca, maka pengetahuan saya akan menjadi luas.
Apa yang almarhum papa lakukan itu adalah contoh adanya pendidikan literasi keluarga. Sebuah gerakan yang baru-baru ini terus disebarluaskan.
Literasi
Literasi sebenarnya bukanlah sebuah istilah baru. Namun mungkin baru-baru ini mulai akrab di telinga masyarakat. Literasi berasal dari bahasa latin, literatus. Artinya adalah orang yang belajar. Banyak sekali definisi literasi. Semuanya merujuk pada satu kesimpulan, bahwa literasi tidak terlepas dari kemampuan dasar berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Kemampuan literasi ini sangat penting lho. Banyak manfaat yang bisa kita peroleh dari kemampuan literasi.
💠Memperkaya kosa kata
💠Mengasah kinerja otak
💠Memperluas wawasan dan informasi
💠Melatih kemampuan berpikir dan analisa
💠Mengembangkan kemampuan verbal
💠Meningkatkan fokus dan konsentrasi
💠Meningkatkan kemampuan interpersonal
💠Mengasah kepekaan sosial
Kemampuan literasi juga menjadi kunci kemajuan sebuah bangsa lho. Bangsa yang memiliki kemampuan literasi tinggi bisa dipastikan akan memiliki SDM (Sumber Daya Manusia) yang unggul.
Sayangnya, kemampuan literasi Indonesia sangat rendah. Tahun 2016 lalu, UNESECO merilis sebuah penelitian yang berjudul "The Words Most Literate Nations". Hasil penelitiannya sangat mencengankan, Indonesia menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara yang diteliti.
Tentunya kita tidak boleh diam saja. Pastinya kita harus berbenah untuk meningkatkan kemampuan literasi ini.
Pendidikan Literasi Keluarga
Beberapa tahun terakhir ini, gerakan pendidikan literasi keluarga mulai digencarkan. Keluarga dijadikan garda terdepan untuk meningkatkan kemampuan literasi.
Pendidikan literasi keluarga dinilai sebagai langkah tepat agar kemampuan literasi bangsa meningkat. Kebijakan ini berdasar bahwa keluarga adalah unit sosial terkecil dari masyarakat. Keluarga menjadi tempat pertama bagi setiap individu.
Sejatinya memulai pendidikan literasi keluarga itu tidak sulit kok. Pendidikan literasi keluarga bisa dilakukan dengan hal-hal yang sederhana.
Pojok Buku
Langkah awal untuk memulai pendidikan literasi keluarga adalah dengan memiliki buku di rumah. Bagaimana mengenalkan literasi tanpa ada buku di rumah. Maka setiap rumah hendaknya memiliki pojok buku di rumah.
Di rumah kami, bahkan sejak anak baru lahir kami sudah memiliki pojok buku di rumah. Saat anak masih bayi saya memilih buku bantal sebagai sahabat mereka. Buku bantal cocok untuk bayi. Bahannya lembut dan tidak akan sobek.
Beda lagi saat anak-anak sudah balita. Saya memilihkan buku board book dengan cerita-cerita singkat dan ilustrasi warna-warni.
Sangat penting memilih jenis buku berdasarkan usia anak. Seperti saat dulu papa memilihkan saya majalah. Saat masih anak-anak, saya mendapat majalah anak-anak. Saat remaja, saya diberikan majalah remaja. Ketika kuliah, saya mendapatkan majalah Tempo atau Intisari dari papa setiap bulannya.
Buku bantal untuk bayi |
Bacaan yang bahan dan isi sesuai dengan usia anak, akan membantu anak untuk bisa meresapi setiap cerita di buku. Orangtua pun tak perlu khawatur buku akan rusak ataupun sobek.
Reading Time
Pojok Buku akan sia-sia apabila tidak ada waktu untuk membaca buku. Buat apa ada buku bila tidak dibaca. Di rumah kami ada yang namanya reading time. Saya dan suami bergantian membacakan buku untuk anak setiap harinya.
Bagi si bungsu yang masih belum sekolah, reading time dilakukan saat pagi hari. Bersamaan dengan aktivitas home education nya. Selain itu juga saat akan tidur, baik tidur siang ataupun malam.
Berbeda dengan si sulung yang sudah sekolah. Reading time dilakukan sebelum dia berangkat sekolah dan saat malam hari menjelang tidur. Setiap hari buku menjadi #SahabatKeluarga
Keteladanan
Pendidikan literasi keluarga tidak hanya dilakukan dengan membacakan buku untuk anak, tetapi orangtua juga harus baca buku. Tentu anak akan semakin bersemangat membaca buku bila melihat orangtuanya juga suka membaca. Keteladanan sangat penting dalam proses pengasuhan anak, termasuk di pendidikan literasi keluarga.
Saya sendiri punya waktu khusus untuk membaca buku. Yaitu saat pagi hari setelah semua aktivitas rumah tangga selesai. Saya tetapkan waktu 10 hingga 15 menit per hari untuk membaca buku.
Pohon Literasi
Di rumah kami ada yang namanya pohon literasi. Pohon ini membantu kami agar tetap konsisten membaca setiap harinya.
Kami membuat pohon literasi ini secara bersama-sama. Pohon literasi kami gambar diatas kertas karton. Lalu daun-daunnya dari kertas tempel. Setiap orang di rumah akan memiliki daunnya sendiri. Setiap daun akan ditulis dengan judul buku yang dibaca setiap harinya.
Bila semakin rimbun dan beragam daunnya, tandanya setiap orang di rumah sudah rutin membaca.
Story Time
Tak hanya reading time saja yang diperlukan dalam pendidikan literasi keluarga. Story time juga perlu ada. Story time adalah saat anak-anak harus bisa menceritakan kembali buku yang sudah dibacanya.
Kemampuan menceritakan ini juga menjadi salah satu indikator literasi. Bila anak bisa menceritakan kembali isi buku, maka anak sudah mampu menyimak buku yang sudah dibaca.
Wisata Literasi
Pendidikan literasi keluarga tidak hanya berlangsung di rumah, tetapi bisa juga di luar rumah. Melakukan wisata literasi juga menjadi salah satu upaya pendidikan literasi keluarga.
Wisata literasi berarti mengisi waktu berlibur dengan membaca dan menulis. Kegiatan membaca di sini dapat diartikan membaca buku, jurnal, majalah, surat kabar, atau juga dapat diartikan pergi ke suatu tempat untuk mencari informasi, berkunjung ke toko buku, museum, cagar budaya dan sebagainya.
Sesekali di akhir pekan kemi mengajak anak-anak untuk jelajah literasi. Kami mengunjungi perpustakaan, museum dan cagar budaya. Atau membeli buku di toko buku, untuk melengkapi koleksi pojok buku kami di rumah.
Teras Baca
Kami juga memiliki project keluarga yang bertujuan meningkatkan minat literasi di lingkungan sekitar. Dua pekan sekali kami membuka teras baca di rumah.
Project ini kami beri nama "Pustaka Zahra". Di teras baca ini anak-anak tetangga bisa membaca koleksi buku-buku kami. Kedepannya tak hanya membaca buku saja tapi akan di isi dengan berbagai aktivitas menarik lainnya. Seperti read aloud, percobaan sains dan dolanan bareng (memainkan permainan tradisional).
Begitulah cerita kami dalam melakukan pendidikan #LiterasiKeluarga. Pendidikan literasi keluarga bisa dilakukan dengan cara-cara yang sederhana. Orangtua sebagai fasilitator utama. Keluarga yang memiliki kemampuan literasi tinggi, pasti akan menghasilkan individu unggul. Sehingga pada akhirnya mampu menjadi SDM yang berkualitas bagi negara.
Bagaimana dengan para sahabat sekalian? Sudahkan menerapkan pendidikan literasi keluarga? Berbagai cerita di kolom komentar yuk :)
Seneng sekali lihatnya mbak, #LiterasiKeluarga memang penting banget untuk menumbuhkan minat membaca ke anak kita.
BalasHapusAku seneng lihat pojok literasinya rapih, di rumah aku masih berantakan karena raknya sudah nggak cukup -_-
Wah itu rapi hanya untuk di foto, hahah..
HapusPasti berantakan, tapi nggak apa-apa itu tandanya bukunya di baca :)
Yaampun seneng banget bacanya Mbak, literasi bukan hanya sekadar membaca tapi juga kemampuan untuk menganalisa bacaan bahkan keadaan, berpikir kritis dll. Sebagai orang tua yang menjadi madrasah pertama anak, penting banget sadar literasi. Salam Literasi Mbak! Terima kasih sharingnya.
BalasHapusBenar, literasi juga menyimak, menulis dan menganalisa :)
HapusAyo mulai lagi rutin bacain anak2 buku..
BalasHapusTerasnya juga buka lagi, ayo semangat...
Aku juga harus semangat :)
Aku juga lagi nenerapkan poin soal literasi dalam keluarga nih. Sudada ada pojok buku dan sedang disiplin reading time sebelum tidur.
BalasHapusWah bagus tu mbak..
HapusYuk, tetap semangat membacakab buku untuk anak :)
seru banget deh ada pojok literasi. coba kita tetanggan ya bun, enak nih anak ku bisa baca bareng di rumah bunda
BalasHapusHehe iya,, bisa baca buku bareng kita
HapusHmm, pantesan Mbak Dee nya jd penulis ya, secara dr kecil papanya udah ngenalin sm aktivitas literasi. Tfs yaa Mba Dee
BalasHapusHehe, iya mbak..
HapusMgkn juga karena itu
Senangnya jika semangat membacanya juga drasakan oleh sekeluarga ya. Asik juga ada ruang membaca ya mba
BalasHapusIya mbak, di rumah memang baiknya ada ruang baca
HapusKalau anak-anak suka baca itu bikin gembira ya mbak. Soalnya membaca membantu stimulasi yang bagus untuk perkembangan literasi anak
BalasHapusIya mbak, membaca adalah salah satu bagian dari kemampuan literasi
Hapussaya adanya pojok mainan. haha. dulunya mau jadi pojok buku ternyata malah diacak3 sama si kecil. alhamdulillah sekarang udah suka baca2 buku meski usianya 1.5 tahun
BalasHapusHehe, gpp mbak
HapusAnak anak memang spt itu
Ya mbak bagus itu, kita bisa sedini mgkn membacakan buku pada anak
Ide bagus nih, buat pohon literasi, agar konsisten membaca
BalasHapusIya mbak..
HapusYuk bikin :)
Langkah sederhana, tapi mengena ya mba
BalasHapusThanks for sharing
Salah satu usaha saya untuk menghidupkan literasi adalah dengan mendirikan sebuah taman baca, alhamdulillah respon masyarakat sangat bagus. Semoga semangat literasi terus berkembang
BalasHapusMelihat foto-foto Pustaka Zahra membuat saya kangen dengan kegiatan literasi di dekat rumah saya beberapa tahun yang lalu dimana anak-anak bisa membaca buku pilihannya, didongengkan oleh kakak volunteer, hingga melakukan kegiatan kreasi seperti buat percobaan sains. Semoga Pustaka Zahra sukses selalu dan memberi inspirasi sekitarnya ya, Mbak :)
BalasHapusinfonya bermanfaat mbak, bisa deh ini diterapin buat ponakan-ponakan di rumah
BalasHapusKeren nih idenya. Saya suka ide mengenai pohon literasi. Sepertinya patut dicoba nih. hehe. Terima kasih atas sharingnya, kak.
BalasHapusSaya belum punya pojok buku sebab buku2 diletakkan di lemari atas. Hihi. Cuma buku2 si kecil ajah yg diletakkan di bawah meja ruang tamu biar mudah dijangkaunya. Yap sedari dini wajib biasakan anak buka buku biar makin cinta
BalasHapusSaya juga bikin pojok baca di rumah, diusahakan banget suasana di situ selalu nyaman. Biasanya pulang sekolah anak-anak istirahat di situ, sambil baca-baca :)
BalasHapusSenang banget dengan pojok buku mbak, di mana anak-anak jadi punya kebiasaan yang baik dalam membaca dan mengenalkan literasi di usia dini.
BalasHapusIdenya keren nih, bisa ditiru. Saat ini karena anak-anak sudah besar jadi agak sulit juga, reading time. Karena mereka punya kegiatan masing-masing, belum lagi terditraksi gawai, gak bisa barengan dan gak perlu dibacakan. Tapi jadi reminder buat saya nih. TFS Mbak
BalasHapusmantap sekali mba memang oiterasi mudahnya dari keluarga ya utamanya ortu jadi role model :) akupun begitu hehhee
BalasHapusSeru banget nih ada pojok membacanya, di rumahku masih kecampur buku anak dan dewasa, blm aku bikinin khusus anak hehe. Coba ah ntr.
BalasHapusItu seru banget ada pohon literasi gtu mbak, aku jg mau bikin ah. Thanks inspirasinya :D
Wah pohon literasi pernah dibuat suamiku untuk acara di Kantor nih, inovatif. Dan yang terpenting memang keteladanan yaa bagi anak anak Yang dikenal peniru ulung.
BalasHapusAlhamdulillah sudaahh hehe.. Alhmdulillah memang anak2 juga suka baca.. dan si kaka skr suka nulis.
BalasHapusAku juga sempat bikin pohon literasi, pas ditempel di dinding, gak ada lima menit sudah dibuat mainan sama anakku yang kinestetik..
BalasHapusMasyaAllah menginspirasi bgt mb, aku juga sedih ketika baca hasil penelitian tentang angka literasi indonesia yg rendah. Harus bgt nih kita ningkatin literasi sejak dini
BalasHapusBudaya literasi baiknya memang dimulai sedini mungkin, dan dari keluarga. Dulu waktu anak-anak kecil suka banget bacain dongeng. Sekarang udah gede, udah gak mau dibacain. Wkwkwk.
BalasHapusMantap nih 7 langkahnya untuk membudayakan literasi. Semoga anak-anak kita jadi semangat membaca buku yaa.
BalasHapusWah tipsnya oke banget nih mbak...
BalasHapusSaya izin turut menerapkannya di rumah yaaaa...
selama ini baru ada pojok baca dan reading time aja nih, ada wisata literasi juga. tapi belum yang bikin pohon literasi. Thank you ya mbak
Tips yang sangat bermanfaat membudayakan literasi. Pohon literasi itu sebagai alat ukur banyaknya bacaan. Jangan lupa mengapresiasi pada anak setiap menyelesaikan baca satu buku.
BalasHapusAlhamulillah, keluarga kamipun sudah menerapkan budaya literasi. Selamat atas terpilihnya tulisan ini sebagai nomine blog kemedikbud ya mbak. ^^
BalasHapusMemang sebagai orang tua, kita harus memiliki banyak cara untuk menumbuhkan minat anak agar mau membaca, serta turut menemani ia membaca.
BalasHapusJangan sampai ia menjadi malas dan beralih ke gudget,yang kita ketahui banyak efek negatifnya.
Semoga dengan adanya budaya literasi dapat diterapkan dikeluarga kita, masyarakat indonesia
literasi adalah minat baca anak, jadi sebagai orang tua harus mmiliki cara bagaimana anak agar gemar membaca
BalasHapusSepakat banget mba untuk memberikan keteladanan ke anak sebelum melakukan kebiasaan untuk mengajarkan anak untuk suka membaca ya mba. Story telling juga oke jadi cara mengajarkan
BalasHapusTerima kasih mba buat 7 tips meningkatkan minat literasi anak di rumah. aku pun banyak share buku-buku buat anakku.
BalasHapusOrang tua saya gak pernah ngedongengin anak-anaknya. Tetapi, royal banget beliin buku. Apalagi saya paling seneng baca buku. Itu bisa setiap saat ada aja buku baru yang dibawain orang tua setiap pulang kantor. Terasa sih efek positifnya sampai sekarang
BalasHapusIya dari awal mesti sjak dini ya dibiasakan membaca Dan orangtua juga hrs jd contoh yg baik keren deh mba idenya
BalasHapussaya juga gitu nih mbak, kalau ditanya nih, masa kecil ala yang paling melekat dihati? jawabannya adalah pas Bokap mendongeng sebelum tidur. masih inget banget cerita nya seperti apa aja. ditambah semenjak saya kecil, paling suka baca buku, apapa pun itu. tapi jeleknya, saya suka baca buku sambil tiduran. jadinya dari kelas 5SD saya sudah pakai kacamata.
BalasHapusMemang sangat rendah literasi kita. Waktu saya jadi PJ Event menulis aja, udah dituliskan ketentuannya, eh masih aja ada yang MALAS BACA. Miris banget
BalasHapusMendongeng atau membacakan buku untuk anak emang jitu banget ya membuat anak suka membaca, jangan lupa untuk menjadi teladan juga. Soalnya anakku kalau ibunya malas baca dia malas juga hehe.
BalasHapusDuh bunda kreatif banget ya untuk membiasakan anak membaca aku jadi malu dah lama nih gk bacain crta buat mereka
BalasHapusBundanya keren banget... kalau bukan kita sebagai ibunya yang membiasakan kebiasaan baik ini, siapa lagi ya, Bun? tetap semangat, Bun...
BalasHapusMenebarkan kebaikan..
BalasHapusSuka banget sama pojok bukunya. Raknya doonk...penuh dengan petualangan ke negeri manapun....
Wah keren banget mbak programnya. Saya sendiri masih kesulitan nih menerapkan baca buku sebelum tidur trus sayanya juga sekarang makin jarang baca buku. Huhu
BalasHapusIde pohon literasinya itu apik banget mom, jadi pengen nyontek hehe. Soalnya kadang kami bacanya satu buku gak abis soalnya satu buku terdiri dr bbrp cerita, jd buat penanda jg ya seberapa banyak buku yg dibaca :D
BalasHapusAku tertarik dengan pohon literasi di atas. Seru dan kayaknya bisa diterapkan dengan sangat mudah ya.
BalasHapusIni juga menjadi salah satu cara yang menarik untuk memompa semangat membaca di keluarga. Masa Mama udah baca 2 buku, aku satu aja belum sih? Mungkin bisa timbul pemikiran seperti itu pada anak jika pohon literasinya belum ada yang terisi. Hiihhi
Kelihatannya sederhana dan mudah ya Mbak tapi praktiknya itu lho? So kudu jadi PR buat saya juga nih semoga bisa menerapkan langkah-langkah di atas agar si kecil bisa suka membaca dan cinta literasi.
BalasHapusWahh itu rapi banget Dan terimakasih loh tips2nya bermanfaat banget jadi bisa menerapkan juga buat si kecil belajar merapikan yah
BalasHapusDari 7, yang belum saya lakukan 3 ni, Mbak. Pohon literasi, wisata literasi dan teras buku. Asyik ya semacam punya perpus mini untuk masyarakat sekitar.
BalasHapusPerlu ditiru nih edukasi literasi sejak ini, anak jadi betah sama buku bukan smartphone, serunya asa pohon literasi
BalasHapusSangat bagus artikelnya, mohon izin mengutip ide dasarnya. Terimakasih
BalasHapus