Surabaya dikenal sangat heroik di masa kolonial. Insiden Bendera dan Pertempuran 10 November adalah bukti keberanian arek Suroboyo dalam menghadapi penjajah. Namun ternyata, keberanian warga kota ini tak hanya pada masa kolonial saja. Jauh sebelum itu kota ini sangat berjaya, sebelum ditaklukkan oleh Mataram. Sisa-sisa sejarah kejayaan itu tertinggal di Kampung Kraton, yang kini ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya di Surabaya.
Kampung Kraton |
Kraton Surabaya
Kemenangan Raden Wijaya dari pasukan Tar Tar pada 31 Mei 1293, membuat nama Ujunggaluh diganti menjadi Curabhaya (Surabaya). Secara filosofi Surabaya diartikan berani menghadapi tantangan dan bahaya. Tak heran bila berabad berikutnya, arek-arek Suroboyo berani menghadapi para penjajah.
Kraton Surabaya termasuk bagian dari kerajaan Majapahit. Di era kejayaan Majapahit, Surabaya menjadi pelabuhan sungai yang penting. Di masa itu Surabaya memiliki peranan penting bagi Majapahit. Surabaya berkembang menjadi kota dagang yang maju.
Kehancuran Majapahit, membuat Surabaya akhirnya dikuasai oleh Demak. Ketika dalam penguasaan Demak, pada tahun 1546 penguasa setempat memberikan kekuasaan pada Surabaya untuk mengatur pemerintahannya sendiri. Semacam otonomi daerah di era sekarang ini.
Setelah itu Pangeran Surabaya medirikan Kraton Surabaya di wilayah bekas administrasi kerjaaan Majapahit. Kampung Kraton yang terletak di Jalan Kramat Gantung Surabaya ini menjadi pusat pemerintahan Kraton Surabaya kala itu.
Penaklukkan Mataram
Otonomi yang diberikan oleh kerajaan Demak, membuat Kraton Surabaya semakin berkembang pesat. Pada abad ke 17 Surabaya berkembang pesat. Wilayah kekuasaannya meliputi Bang Wetan, yaitu seluruh wilayah seberang timur dan sebagian Kalimantan, yaitu Sukadana dan Ratu Landak. Ke timur wilayah Surabaya bahkan sampai Ambon. Perdagangannya pun semakin maju. Lewat kalimas, Kraton Surabaya menjalin hubungan dagang dengan para pedagang asing, mulai dari Cina, Arab, Inggris, Belanda dan Portugis.
Kemajuan Surabaya ini membuat kerajaan Mataram menjadi terusik. Mataram pada saat diperintah oleh Sultan Agung memang bernafsu untuk menguasai seluruh Jawa. Mataram melajukan ekspansi ke wilayah-wilayah Jawa. Hampir seluruh Jawa sudah ditaklukkan oleh Mataram, kecuali Surabaya.
Serangan Mataram berkali-kali bisa dipatahkan oleh Surabaya. Hingga akhirnya Mataram melakukan strategi pembendungan sungai Surabaya. Pembendungan sungai ini membuat rakyat Surabaya kekurangan air minum. Tak hanya itu, prajurit Mataram membuang bangkai-bangkai hewan di sungai itu. Ini semakin membuat rakyat Surabaya semakin menderita.
Tak tahan melihat rakyatnya menderita, Adipati Surabaya pun memutuskan untuk menyerah kepada Mataram. Dia mengutus anaknya, Pangeran Pekik untuk menemui Sultan Agung. Sultan Agung menerima penyerahan diri Surabaya dengan satu syarat. Yaitu Pangeran Pekik harus mau menikah dengan adik Sultan Agung yang bernama Ratu Mas Wandan. Sejak saat itu Surabaya menjadi bagian dari kerajaan Mataram.
Kampung Kraton
Menjelajah Kampung Kraton |
Kekuasaan Kraton Surabaya resmi berakhir pada tahun 1743. Setelah saat Pakubuwono II menandatangani perjanjian dengan Belanda. Kraton Surabaya berkuasa selama 375 tahun. Sayangnya, sedkit sekali bukti sejarah yang tersisa.
Bagian Belakang Gapura Kraton |
Di Surabaya hampir tidak ditemukan bangunan-bangunan bekas Kraton Surabaya. Semua ini terjadi lantaran Belanda menghancurkan bangunan-bangunan Kraton. Lalu menggantinya dengan bangunan-bangunan bercorak kolonial. Tak hanya itu, cerita Kraton Surabaya ini tidak banyak diketahui orang. Termasuk oleh orang Surabaya sendiri. Mungkin karena di buku-buku sejarah yang diajarkan di sekolah, tidak pernah ada penjelasan tentang Kraton Surabaya.
Suasana Kampung Kraton |
Saya sendiri baru mengetahui tentang Kraton Surabaya saat mengikuti SHT (Surabaya Herritage Track) beberapa tahun lalu. Saat itu kami mengunjungi Kampung Kraton. Di Kampung Kraton yang tepatnya berada di Jalan Kramat Gantung Gang Kraton II ini terdapat sisa-sisa bangunan Kraton meskipun tidak banyak.
Rumah tua di Kampung Kraton |
Saat masuk kesini, kita akan melewati gapura yang khas. Gapura ini adalah peninggalan dari Kraton Surabaya. Konon diyakini sebagai pintu masuk menuju Kraton Surabaya. Diatasnya terdapat sebuah ruangan berpintu. Dahulunya ruangan ini berfungsi sebagai pos pengintaian.
Pos Pengintaian |
Selain itu tidak ada lagi bangunan Kraton yang tersisa. Di kampung ini banyak bangunan-bangunan tua. Tidak banyak yang tinggal disini. Hanya ada dua rumah tinggal disini. Lainnya difungsikan sebagai gudang. Maklum letaknya sangat strategis. Terletak diantara pusat perdagangan Surabaya, yakni Jalan Kramat Gantung dan Jalan Pahlawan.
Meskipun bukti fisik tentang Kraton Surabaya sangat sedikit, letak Kraton menunjukkan bukti keberadaannya. Tata kota Kraton Surabaya sama seperti kraton pada umumnya. Di sebelah utara kompleks Kraton terdapat alun-alun yang kini disebut Pasar Besar. Di sebelah selatan terdapat Alun-Alun Contong. Di kiri kompleks Kraton terdapat nama-nama kampung yang mengabadikan nama jabatan punggawa Kraton.
Kampung-kampung tersebut adalah Kawatan (tempat untuk memperingati para pahlwan atas tempat tinggalnya), Tumenggungan (tempat tinggal para tumenggung), Maspati (tempat tinggal para patih), Praban (tempat para prabu), Kranggan (tempat para pembuat keris dan pusaka), Ketandan (tempat para prajurit) dan Bubutan (yang berarti pintu gerbang).
Kampung Kraton sebagai Cagar Budaya
Situs Kampung Kraton diakui sebagai cagar budaya Surabaya. Berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya Surabaya Nomor
188.45/251/402.1.04/1996 dan SK Walikota Nomor
188.45/004/402.1.04/1998, daerah kawasan Bubutan termuat
sebagai lingkungan cagar budaya dengan adanya situs
Kampung Kraton, Kampung Kawatan, Alun-Alun Contong,
Kampung Baliwerti, Situs Tumenggungan, dan Kampung
Kepatihan.
Sebagai cagar budaya, sudah selayaknya bila Kampung Kraton diperhatikan kelestariannya. Jangan sampai gapura Kraton yang menjadi satu-satunya peninggalan punah, tergerus kemajuan kota. Ada baiknya Kampung Kraton juga semakin dikembangkan sebagai kawasan wisata. Bahkan bila perlu, sejarah keberadaan Kraton Surabaya mulai dikenalkan di sekolah-sekolah. Misalnya dimasukkan dalam mata pelajaran muatan lokal.
Dengan demikian, warga Surabaya akan tahu asal-usul kotanya. Ikut merawat cagar budayanya. Dan cagar budaya ini bisa menambah pendapatan pemerintah kota sebagai tempat wisata.
Nengok desain kampung nya jadi ingat kota kota di eropa
BalasHapusIya, memang di desain khas araitektur kolonial
HapusWahh saya baru tahu ada keraton Surabaya loh mbak. Mjnim banget literatur berkenaan dg kertaon Surabaya ini.
BalasHapusNice info mbak.
Iya, banyak warga kota surabaya yg juga blm tahu ttg kraton ini
HapusBaru tahu ada Kampung Kraton Surabaya, baca ini jadi masukin Kampung Kraton sebagai list tempat yang dikunjungi kalau main ke Surabaya. Thanks sharingnya, Mbak.
BalasHapusSama-sama, iya jgn lupa mampir kesini ya
HapusSayang sekali ya jejak bangunan khas keratonnya tinggal gapura aja. Menelusuri Surabaya Tempo Doeloe memang menyenangkan. Ada saja kisah-kisah menarik yang belum diketahui
BalasHapusTerima kasih sudah menulis sejarah Surabaya, Mbak. Jadi ingin lebih banyak eksplor cagar budaya, nih
Yang bagian pos pengintaian kalau malam apakah gelap banget ya? Soalnya pas siang aja lumayan gelap itu 🙈
BalasHapusJadi penasaran pengen tahu langsung lokasinya. Hmm... Ngomong-ngomong tulisannya enak dibaca, jadi dapat pengetahuan baru :)
BalasHapusIkut bangga bisa membaca tulisan tentang surabaya, salam kenal mbak saya Dewi:) dewi dekat surabaya, tapi blm bisa eksplore, dari sini jadi banyak paham, makasih��
BalasHapussaya baru tahu mbak, padahal hidup di surabaya dari kecil. Sayang sekali banyak bangunannya yg dialihfungsikan menjadi gudang.
BalasHapusAku suka banget dengan foto gapura dan tempat pengintaian itu, semoga saja tidak hancur dan punah seperti saat Belanda menghancurkannya saat itu
BalasHapusSelama ini saya hanya mengetahui keraton yang ada di Jawa tengah, ternyata kota Surabaya juga memiliki keraton ya
BalasHapusBeberapa kali ke Surabaya aku baru tau tentang Kampung Keraton ini, ternyata wong Surabaya sendiri banyak yang belum tau ya hehehe
BalasHapusPernah tinggal di Surabaya tapi aku nggak nyangka kalo ada kampung kraton. Hahaha. DUh makasih mba. Ntar ah kalo pulang Surabaya, aku ke sini
BalasHapusMembaca ini berasa membaca buju Sejarah Keratin Surabaya tapi versi fun-nya hehe jujur aja aku kurang paham soal Surabaya Karena kesanapun baru dua kali tapi di kunjungab terakhir, Surabaya memberikan tempatn spesial di hatiku #ciee
BalasHapusSayang banget ya, bangunan khas keratonnya dihancurkan, sehingga banyak yang tidak mengetahui tentang kraton surabaya.
BalasHapusLha, padahal dulu tinggal lama di Surabaya, tapi akunya baru tahu kalau di sana ada Kampung Kraton. Sejarahnya lengkap banget nih Mbak nulisnya. Jadi nambah pengetahuan dan jadi makin penasaran pengen lihat sendiri ke Surabaya lagi
BalasHapusSaya belum pernah ke kampung kraton, kapan2 saya mau eksplor Surabaya lagi. Seru juga loh mengamati bangunan tua dan bersejarah di Surabaya.
BalasHapusPadahal setiap tahun aku mudik loh k Sidoarjo suka jalan2 juga ke Surabaya tapi baru kali ini aku tahu ada kraton Surabaya ..rekomended banget ya pengen ksana ah kalo pas mudik
BalasHapusAseli saya baru tahu sejarah di Surabaya ternyata begini tho. Ada hubungannya juga dengan kerajaan Demak yaaa. Memang cagar budaya seperti ini harus dilestarikan dan diceritakan ke anak cucu agar tidak punah
BalasHapusSaya baru tau lho kalau Surabaya juga ada sejarah kraton. Kirain hanya di Jawa Tengah dan Jogja aja yang ada sejarah seperti ini
BalasHapusSeru banget ada peninggalan sejarah di tengah kota Surabaya. Walau tinggal sedikit yang penting ada bukti sejarah di sana.
BalasHapusIyap mba. Aku pribadi pun nggak tahu tentang kraton Surabaya. KArena memang kurang familiar juga. Tapi smoga saja makin banyak yang sosialisasikan ya mba. Aamiin
BalasHapusIya ya.. Aku yang orang Surabaya aja baru denger. Makasih sharingnya ya mbak. Aku jadi tau sedikit banyak ttg sejarah kotaku. Keep sharing!
BalasHapus