Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Yuk Cegah Stunting dari Rumah!




Stunting atau kerdil adalah terhambatnya proses tumbuh kembang anak yang ditandai dengan tinggi badan berbanding usia di bawah rata-rata menurut Standar Pertumbuhan Anak WHO. Stunting bukanlah sebuah kelainan genetik. Stunting terjadi akibat malnutrisi atau kekurangan gizi dan infeksi berulang (diare) pada anak usia dini. Bahkan stunting bisa terjadi saat anak dalam kandungan, sebab ibu kekurangan gizi.

Stunting, selain menghambat pertumbuhan fisik juga berkaitan dengan perkembangan otak. Tinggi badan rendah pada akhirnya menyebabkan rendahnya produktivitas, ini kemudian bisa menyebabkab rendahnya penghasilan. Wah ternyata stunting juga mengancam kemakmuran suatu bangsa ya. Apa jadinya bila sebagian besar anak-anak di suatu Negara mengalami stunting? Pasti Negara tersebut akan menjadi Negara dengan penghasilan rendah. Stunting ini tidak bisa diobati, tapi bisa dicegah. Dengan mengoptimalkan 1000 hari pertama kehidupan bayi.

Definisi Stunting
Stunting didefinisikan bila balita memiliki nilai Z-score kurang dari -2SD (standar deviasi). Z-score adalah hasil dari ukuran tinggi badan berdasarkan usia menurut standar baku WHO. Standar ini diukur dari anak usia 2 hingga 5 tahun. Adapun jenis stunting ada dua :
a. Stunted                        : balita dengan nilai Z-score kurang dari -2SDS
b. Severy Stunted             : balita dengan nilai Z-score kurang dari -3SD

Cara memastikan apakah anak kita termasuk stunting atau tidak, lihat grafik pertumbuhannya. Gunakan grafik pertumbuhan standar WHO. Dimana untuk anak laki-laki dan perempuan memiliki grafik yang berbeda.



Gambar diatas adalah grafik pertumbuhan tinggi badan WHO untuk anak perempuan usia 2-5 tahun. Garis warna hijau menunjukkan rata-rata tinggi badan anak seusianya. Bila tinggi badan anak kita berada di bawah garis merah -2, berarti anak kita mengalami stunting atau perawakan pendek.
Berdasarkan grafik pertumbuhan WHO, rata-rata tinggi badan anak perempuan usia 2 tahun adalah 95-103 cm.

Kondisi Stunting di Indonesia



Berbicara tentang stunting di Indonesia, hasilnya kurang menggembirakan. Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2016, prevelensi stunting di Indonesia mencapai hasil 27,5 %. Angka ini menujukkan bahwa secara nasional masalah stunting di Indonesia tergolong kronis. Sebab menurut WHO, masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap kronis bila prevalensi stunting lebih dari 20 persen. Apalagi dalam infografis diatas, ada 14 propinsi yang memiliki angka prevalensi lebih dari 20. Berarti di Indonesia 1 dari 3 anak mengalami stunting.




Tentunya permasalahan stunting ini harus segera ditangani. Bila tidak maka puncak bonus demografi Indonesia pada 2030 akan terbuang sia-sia. Hal ini dikarenakan, hingga 2017 kasus stunting kembali meningkat. Stunting dapat menyebabkan anak mengalami kemampuan kognitif tidak maksimal yang disertai perkembangan fisik terhambat. Kondisi rendahnya kapasitas intelektual anak dapat menurunkan daya saing dan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia di masa depan. Selain menjadi ancaman bonus demografi, stunting juga memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Kasus stunting ini berpotensi merugikan PDB Indonesia hingga Rp 300 triliun per tahunnya.

Cegah Stunting
Seperti penjelasan diawal tadi, stunting tidak bisa diobati tapi bisa dicegah. Pencegahan stunting dioptimalkan pada saat 1000 hari pertama perkembangan anak. Ketua Positive Deviance Resource Centre (PDSC) Universitas Indonesia, Prof. Dr. Endang L Anhari Achad, MPH, Dr. PH menyatakan bahwa stunting sudah bisa dideteksi sejak masa kehamilan. Kunci pencegahan stunting bisa dimulai pada 270 hari pertama atau Sembilan bulan dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Pencegahan stunting menjadi fokus perhatian pemerintah. Di Indonesia, pencegahan stunting dilakukan lintas sektor. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah melakukan intervensi gizi spesifik meliputi suplementasi gizi makro dan mikro (pemberian tablet tambah darah, Vitamin A, taburia), pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI, fortifikasi, kampanye gizi seimbang, pelaksanaan kelas ibu hamil, pemberian obat Cacing, penanganan kekurangan gizi, dan JKN untuk mencegah stunting.

Lalu apakah yang bisa kita lakukan di rumah untuk mencegah stunting? Pencegahan stunting bisa dilakukan dari rumah. Bahkan rumah merupakan tempat pertama untuk bisa mencegah stunting. Ada tujuh langkah sederhana yang bisa dilakukan di rumah untuk mencegah stunting.

1. Menjaga Asupan Gizi Selama Kehamilan
Pastikan saat hamil selalu mengkonsumsi makanan bergizi dan sehat. Hindari makanan yang mengandung msg, jangan mudah tergoda dengan makanan cepat saji. Jangan lupa untuk selalu memeriksakan kehamilan di pusat layanan kesehatan. Pantau perkembangan janin dari waktu ke waktu.

2.  Menyusui
Menyusui secara eksklusif selama enam bulan adalah cara termudah dan termurah untuk mencegah stunting




Sebagaimana disampaikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), pada Puncak Peringatan Pekan Asi Sedunia (PAS) tahun 2018. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga tidak menderita malnutrisi yang bisa menyebabkan stunting




Selain itu ASI memperkuat daya tahan tubuh dari berbagai penyakit dan infeksi penyebab stunting.

3. Rajin ke Posyandu





Setiap bulannya jangn lupa membawa anak ke posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya. Pantau tumbuh kembangnya dari tiga indicator utama ; tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala. Jangan lupa untuk melakukan imunisasi agar anak terhindar dari berbagai jenis penyakit.

4. Menjaga Kebersihan Rumah
Menjaga kebersihan rumah juga menjadi upaya mencegah stunting. Biasakan untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. Bila perlu kelolah sampah dengan baik. Memilah sampah organik dan anorganik. Olah sampah organic menjadi kompos, sehingga sampah memiliki nilai tambah.

5.  Sanitasi yang Baik
Melalui sanitasi yang baik anak akan terhindar dari ancaman penyakit infeksi. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum makan dan sesudah dari toilet. 





Selalu cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.

6. Pemenuhan Gizi Seimbang




Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pencegahan stunting dimulai pada 1000 hari pertama kehidupan anak. Maka pemenuhan gizi seimbang dilakukan saat anak mulai MPASI (Makanan Pendamping ASI) yang dimulai saat anak berusia 6 bulan. Berikan MPASI yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Pastikan menu MPASI anak terdiri dari menu 4 bintang : karbohidrat, sayur, lauk pauk dan buah.




Dalam sehari pastikan mencukupi kebutuhan air sebanyak dua liter. Minum air putih sebanyak 8 gelas setiap harinya. Air putih baik dan sehat bagi tubuh, selain itu juga mencegah dehidrasi.





7.  Gaya Hidup Sehat




Langkah terakhir mencegah stunting adalah melakukan gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat selalin memakan makanan gizi seimbang, juga dilakukan dengan melakukan aktivitas fisik secara rutin. Lakukan olahraga secara rutin. Kelola stress dengan baik, dengan rutin main bersama dengan semua anggota keluarga bisa menjadi sarana melepaskan stres.

Demikian tujuh langkah yang bisa dilakukan di rumah untuk mencegah stunting. Yuk, cegah stunting sedini mungkin, agar masa depan bangsa jadi gemilang. 




1 komentar