Stunting
atau kerdil adalah terhambatnya proses tumbuh kembang anak yang ditandai dengan
tinggi badan berbanding usia di bawah rata-rata menurut Standar Pertumbuhan
Anak WHO. Stunting bukanlah sebuah
kelainan genetik. Stunting terjadi akibat malnutrisi atau kekurangan gizi dan
infeksi berulang (diare) pada anak usia dini. Bahkan stunting bisa terjadi saat anak dalam kandungan, sebab ibu
kekurangan gizi.
Stunting,
selain menghambat pertumbuhan fisik juga berkaitan dengan perkembangan otak. Tinggi
badan rendah pada akhirnya menyebabkan rendahnya produktivitas, ini kemudian
bisa menyebabkab rendahnya penghasilan. Wah ternyata stunting juga mengancam kemakmuran suatu bangsa ya. Apa jadinya
bila sebagian besar anak-anak di suatu Negara mengalami stunting? Pasti Negara tersebut akan menjadi Negara dengan
penghasilan rendah. Stunting ini
tidak bisa diobati, tapi bisa dicegah. Dengan mengoptimalkan 1000 hari pertama
kehidupan bayi.
Definisi
Stunting
Stunting
didefinisikan bila balita memiliki nilai Z-score kurang dari -2SD
(standar deviasi). Z-score adalah hasil dari ukuran tinggi badan berdasarkan
usia menurut standar baku WHO. Standar ini diukur dari anak usia 2 hingga 5
tahun. Adapun jenis stunting ada dua :
a. Stunted : balita
dengan nilai Z-score kurang dari -2SDS
b. Severy Stunted : balita dengan nilai Z-score kurang dari -3SD
b. Severy Stunted : balita dengan nilai Z-score kurang dari -3SD
Cara
memastikan apakah anak kita termasuk stunting
atau tidak, lihat grafik pertumbuhannya. Gunakan grafik pertumbuhan standar
WHO. Dimana untuk anak laki-laki dan perempuan memiliki grafik yang berbeda.
Gambar
diatas adalah grafik pertumbuhan tinggi badan WHO untuk anak perempuan usia 2-5
tahun. Garis warna hijau menunjukkan rata-rata tinggi badan anak seusianya. Bila
tinggi badan anak kita berada di bawah garis merah -2, berarti anak kita
mengalami stunting atau perawakan
pendek.
Berdasarkan grafik
pertumbuhan WHO, rata-rata tinggi badan anak perempuan usia 2 tahun adalah 95-103
cm.
Berbicara
tentang stunting di Indonesia,
hasilnya kurang menggembirakan. Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG)
2016, prevelensi stunting di
Indonesia mencapai hasil 27,5 %. Angka ini menujukkan bahwa secara nasional
masalah stunting di Indonesia
tergolong kronis. Sebab menurut WHO, masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap kronis bila prevalensi stunting lebih dari 20
persen. Apalagi dalam infografis diatas, ada 14 propinsi yang memiliki angka
prevalensi lebih dari 20. Berarti di Indonesia 1 dari 3 anak mengalami stunting.
Tentunya permasalahan stunting ini harus segera ditangani. Bila tidak maka puncak bonus
demografi Indonesia pada 2030 akan terbuang sia-sia. Hal ini dikarenakan,
hingga 2017 kasus stunting kembali
meningkat. Stunting dapat menyebabkan anak mengalami kemampuan kognitif tidak
maksimal yang disertai perkembangan fisik terhambat. Kondisi rendahnya
kapasitas intelektual anak dapat menurunkan daya saing dan kualitas sumber daya
manusia (SDM) Indonesia di masa depan. Selain menjadi ancaman bonus demografi,
stunting juga memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Kasus
stunting ini berpotensi merugikan PDB Indonesia hingga Rp 300 triliun per
tahunnya.
Cegah Stunting
Seperti penjelasan
diawal tadi, stunting tidak bisa
diobati tapi bisa dicegah. Pencegahan stunting
dioptimalkan pada saat 1000 hari pertama perkembangan anak. Ketua Positive
Deviance Resource Centre (PDSC) Universitas Indonesia, Prof. Dr. Endang L
Anhari Achad, MPH, Dr. PH menyatakan bahwa stunting
sudah bisa dideteksi sejak masa kehamilan. Kunci pencegahan stunting bisa dimulai pada 270 hari
pertama atau Sembilan bulan dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Pencegahan
stunting menjadi fokus perhatian
pemerintah. Di Indonesia, pencegahan stunting
dilakukan lintas sektor. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah
melakukan intervensi gizi spesifik meliputi suplementasi gizi makro dan mikro
(pemberian tablet tambah darah, Vitamin A, taburia), pemberian ASI Eksklusif
dan MP-ASI, fortifikasi, kampanye gizi seimbang, pelaksanaan kelas ibu hamil,
pemberian obat Cacing, penanganan kekurangan gizi, dan JKN untuk mencegah stunting.
Lalu
apakah yang bisa kita lakukan di rumah untuk mencegah stunting? Pencegahan stunting
bisa dilakukan dari rumah. Bahkan rumah merupakan tempat pertama untuk bisa
mencegah stunting. Ada tujuh langkah
sederhana yang bisa dilakukan di rumah untuk mencegah stunting.
1. Menjaga Asupan Gizi Selama Kehamilan
Pastikan saat hamil selalu
mengkonsumsi makanan bergizi dan sehat. Hindari makanan yang mengandung msg,
jangan mudah tergoda dengan makanan cepat saji. Jangan lupa untuk selalu
memeriksakan kehamilan di pusat layanan kesehatan. Pantau perkembangan janin
dari waktu ke waktu.
2. Menyusui
Menyusui secara eksklusif
selama enam bulan adalah cara termudah dan termurah untuk mencegah stunting.
Sebagaimana disampaikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), pada Puncak Peringatan Pekan Asi Sedunia (PAS) tahun 2018. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga tidak menderita malnutrisi yang bisa menyebabkan stunting.
Selain itu ASI memperkuat daya tahan tubuh dari berbagai penyakit dan infeksi penyebab stunting.
Sebagaimana disampaikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), pada Puncak Peringatan Pekan Asi Sedunia (PAS) tahun 2018. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga tidak menderita malnutrisi yang bisa menyebabkan stunting.
Selain itu ASI memperkuat daya tahan tubuh dari berbagai penyakit dan infeksi penyebab stunting.
Setiap bulannya jangn lupa
membawa anak ke posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya. Pantau tumbuh
kembangnya dari tiga indicator utama ; tinggi badan, berat badan dan lingkar
kepala. Jangan lupa untuk melakukan imunisasi agar anak terhindar dari berbagai
jenis penyakit.
4. Menjaga Kebersihan Rumah
Menjaga kebersihan rumah
juga menjadi upaya mencegah stunting.
Biasakan untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. Bila perlu kelolah sampah
dengan baik. Memilah sampah organik dan anorganik. Olah sampah organic menjadi
kompos, sehingga sampah memiliki nilai tambah.
5. Sanitasi yang Baik
Melalui sanitasi yang baik
anak akan terhindar dari ancaman penyakit infeksi. Biasakan untuk selalu
mencuci tangan sebelum makan dan sesudah dari toilet.
Selalu cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.
Selalu cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.
Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, pencegahan stunting dimulai
pada 1000 hari pertama kehidupan anak. Maka pemenuhan gizi seimbang dilakukan
saat anak mulai MPASI (Makanan Pendamping ASI) yang dimulai saat anak berusia 6
bulan. Berikan MPASI yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Pastikan menu
MPASI anak terdiri dari menu 4 bintang : karbohidrat, sayur, lauk pauk dan
buah.
Dalam sehari pastikan
mencukupi kebutuhan air sebanyak dua liter. Minum air putih sebanyak 8 gelas
setiap harinya. Air putih baik dan sehat bagi tubuh, selain itu juga mencegah
dehidrasi.
Langkah terakhir
mencegah stunting adalah melakukan
gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat selalin memakan makanan gizi seimbang, juga
dilakukan dengan melakukan aktivitas fisik secara rutin. Lakukan olahraga
secara rutin. Kelola stress dengan baik, dengan rutin main bersama dengan semua
anggota keluarga bisa menjadi sarana melepaskan stres.
Demikian tujuh
langkah yang bisa dilakukan di rumah untuk mencegah stunting. Yuk, cegah stunting
sedini mungkin, agar masa depan bangsa jadi gemilang.
Iya,, cegah stunting itu penting
BalasHapus