“ Di, mohon bantuan
donor ASI ya. Temanku barusan melahirkan, tapi ibunya tidak selamat.”. Ahh, saya menghela nafas panjang. Ini adalah
kali kedua dalam bulan ini saya mendapatkan WA seperti itu. Mendengar kabar ibu
meninggal saat melahirkan, dan penyebabnya sama : Preeklampsia!. Aktivitas saya sebagai konselor laktasi dan
juga pengurus LSM menyusui membuat saya sering dimintai bantuan yang berkaitan
dengan donor ASI. Sebelumnya, saya mendapat kabar bahwa ada ibu meninggal
karena preeclampsia setelah melahirkan tiga orang bayi kembarnya. Keadaan ini
membuat saya ingin mencari lebih banyak informasi tentang penyakit ini. Saya pun
melakukan wawancara dengan teman SMA yang saat ini sedang menempuh PPDS (Program
Pendidikan Dokter Spesialis) bidang kandungan. Kebetulan teman saya ini lah yang
menangani dua kasus tersebut. Berikut hasil wawancara saya dengan beliau.
Apa itu preeklampsia
Preeklampsia
didefinisikan sebagai suatu penyakit yang dalam bahasa awam disebut keracunan
kehamilan yang dapat disertai dengan kerusakan organ (system pembuluh darah,
jantung, paru-paru, ginjal, syaraf dan lain-lain). Preeklampsia ditandai dengan
adanya tekanan darah tinggi setelah usia kehamilan 20 minggu. Preeklampsia terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Preeklampsia
(PE) : yaitu bila tekanan darah lebih dari 140/90, disertai dengan adanya
protein dalam urine.
2. Preeklampsia Berat (PEB) : yaitu bila tekanan
darah lebih dari 160 dengan disertai gangguan organ.
Penyebab preeklampsia
Hingga
saat ini masih belum diketahui penyebab
utama dari preeklamsia. Namun beberapa ahli percaya jika preeklamsia mulai
berkembang di plasenta. Plasenta adalah organ yang menghubungkan suplai darah
ibu hamil dengan suplai darah janin yang dikandungnya, dan nutrisi selama janin
di dalam kandungan diberikan melalui plasenta.
Pada
ibu hamil dengan preeklamsia, pertumbuhan dan perkembangan pembuluh darah
plasenta terganggu, sehingga lorong pembuluh lebih sempit dari yang seharusnya
serta melakukan reaksi berbeda terhadap rangsangan hormon. Kondisi itu menyebabkan
berkurangnya jumlah darah yang bisa dialirkan.
Beberapa
ahli lainnya menduga bahwa kurangnya nutrisi, tingginya kandungan lemak tubuh,
faktor keturunan, dan kurangnya aliran darah ke uterus menjadi penyebab
terjadinya preeklamsia.
Beberapa
faktor resiko preeklampsia antara lain :
1. Hamil
terlalu muda (usia kurang dari 20 tahun) atau usia lebih dari 35 tahun atau
hamil anak pertama setelah lebih dari 4 tahun menikah.
2. Obesitas
3. Diabetes
4. Jarak
dengan kehamilan sebelumnya lebih dari 10 tahun.
5. Riwayat
hipertensi
6. Kehamilan
ganda
Preeklampsia
bisa timbul kapan saja, tanda-tanda awal bisa diketahui saat usia kehamilan 34
minggu. Namun jika semakin muda usia kehamilan, makin jelek prognosisnya lebih
dari 34 minggu. Preeklampsia biasa diakhiri saat kehamilan berusia 37 minggu,
dengan melakukan kontrol rutin ke rumah sakit setiap 1-2 minggu sekali. PEB diakhiri saat usia kehamilan 34 minggu,
dengan sebelumnya melakukan perawatan konservatif di rumah sakit.
Peluang selamat dari preeklampsia
Belum
ada penelitian pasti tentang besarnya peluang ibu bisa selamat dengan preeklampsia
, semua tergantung jenis preeklampsia yang diderita. Bila hanya PE atau PEB
biasa tanpa komplikasi organ, maka kemungkinan besar akan selamat. Namun bila
terjadi komplikasi ke gangguan pembekuan darah atau otak atau jantung itu yang
berat.
Penanganan preeklampsia :
1. Langkah
preventif dalam menghadapi preeklampsia adalah setiap ibu hamil yang memiliki faktor
resiko harus segera dilakukan skrining preeklampsia saat usia kehamilan 12-16
minggu. Bila positif preeklampsia akan
diberikan aspilet dosis rendah dan kalsium elemenatal. Namun pengobatan ini
tidak menjamin 100% akan terhindar dari preeklampsia. Selama hamil, maka
kemungkinan preklampsia akan tetap ada.
2. Bila
divonis PE, harus sering control rutin ke rumah sakit setiap 1-2 minggu sekali.
Semakin dekat usia kehamilan maka semakin sering kontrol. Pemeriksaan meliputi
tekanan darah, laboratorium dan USG Doppler (aliran darah dalam Rahim dan
jantung). Bila PE janin akan dilahirkan ketika usia 37 minggu.
3. Bila
PEB harus rawat inap di rumah sakit hingga usia 34 minggu. Dengan dilakukan
monitoring ketat, pemberian obat anti kejang, antihipertensi dan monitoring
ketat cairan. Bila PEB akan dilahirkan
pada usia 34 minggu, sebab semakin tua usia kehamilan maka komplikasi akan
semakin banyak.
4. Pada
intinya pengobatan preklampsia adalah mengakhiri kehamilan. Namun pengobatan di
Indonesia masih menganut mempertahankan janin apabila kondisi mama masih cukup
baik. Kemampuan NICU di Indonesia rata-rata mampu merawat bayi sekitar 2000
ram, makanya jika mengalami preklampsia mama diminta untuk melahirkan saat usia
kandungan 34 minggu.
Pengobatan di rumah
Pongobatan
preklampsia yang bisa dilakukan saat
dirumah :
1. menjaga
diet sesuai anjuran
2. istirahat
total dengan posisi miring ke kiri
3. memeriksa
urin sesuai anjuran
4. membberi
tahu dokter jika tangan, kaki, wajah
membengkak, atau perubahan penglihatan, sakit kepala atau nyeri perut
5. hubungi
dokter jika berat badan Anda naik lebih
dari 1,4 kg dalam 24 jam
Oleh
karena itu penting bagi ibu hamil untuk mempelajari gejala dan penangananan
preklampsia sejak dini sebelum terlambat. Ibu hamil hendaknya rutin
memeriksakan kehamilannya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar