RESUME diskusi
Senin, 17 Juli 2017 pukul 20.00-21.00
Pemateri: Bunda Septi Peni Wulandani
Korlan: Ratih Tahiyatur
_Institut Ibu Profesional_
_Kelas Bunda Sayang sesi #6_
*MENSTIMULUS MATEMATIKA LOGIS PADA ANAK*
Semua anak lahir cerdas, masing-masing diberikan potensi dan keunikan yang menjadi jalan mereka untuk cerdas di bidangnya masing-masing. Dua macam kecerdasan dasar yang memicu munculnya kecerdasan yang lain adalah kecerdasan bahasa dan kecerdasan matematis logis. Dimana di dua kecerdasan ini banyak orangtua yang salah menstimulus, tidak paham tujuannya untuk apa, ingin anak-anaknya segera cepat menguasai dua hal tersebut, sehingga banyak diantara anak-anak BISA menguasai dua kecerdasan tersebut tetapi mereka TIDAK SUKA. Sebagaimana kita ketahui di materi sebelumnya bahwa
" *Membuat anak BISA itu mudah, membuatnya SUKA baru tantangan* "
*MATEMATIKA LOGIS*
Pada dasarnya setiap anak dianugerahi kecerdasan matematika logis. Gardner mendefinisikan kecerdasan matematis logis sebagai _kemampuan penalaran ilmiah, perhitungan secara matematis, berpikir logis, penalaran induktif/deduktif, dan ketajaman pola-pola abstrak serta hubungan-hubungan_.
Dapat diartikan juga sebagai *_kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya_*
Menurut Gardner ada kaitan antara kecerdasan matematika logis dan kecerdasan bahasa. Pada kemampuan matematika, anak menganalisa atau menjabarkan alasan logis, serta kemampuan mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan bahasa diperlukan untuk merunutkan dan menjabarkannya dalam bentuk bahasa.
*CIRI-CIRI ANAK DENGAN KECERDASAN MATEMATIKA LOGIS*
a. Anak gemar bereksplorasi untuk memenuhi rasa ingin tahunya seperti menjelajah setiap sudut
b. Mengamati benda-benda yang unik baginya
c. Hobi mengutak-atik benda serta melakukan uji coba
d. Sering bertanya tentang berbagai fenomena dan menuntut penjelasan logis dari tiap pertanyaan yang diajukan.
e. Suka mengklasifikasikan berbagai benda berdasarkan warna, ukuran, jenis dan lain-lain serta gemar berhitung
Yang sering salah kaprah di dunia pendidikan dan keluarga saat ini adalah buru-buru menstimulus matematika logis anak dengan cara memberikan pelajaran berhitung sejak dini. Padahal berhitung adalah bagian kecil dari sekian banyak stimulus yang harus kita berikan ke anak untuk merangsang kecerdasan matematika logisnya.Dan harus diawali dengan berbagai macam tahapan pijakan sebelumnya.
Yang perlu kita pelajari di Ibu Profesional adalah Bagaimana kita merangsang kecerdasan matematis logis anak sejak usia dini? Bagaimana kita menanamkan konsep matematis logis sejak dini? bukan buru-buru mengajarkan kemampuan berhitung ke anak.
*STIMULASI MATEMATIKA LOGIS DI SEKITAR KITA*
*Bermain Pasir*
Dengan bermain pasir anak sesungguhnya belajar estimasi dengan menuang atau menakar yang kelak semua itu ada dalam matematika.
*Bermain di Dapur*
a.Saat berada di dapur, kita bisa mengenalkan konsep klasifikasi dan pengelompokan yang berkaitan dengan konsep logika matematika, misalnya dengan cara anak diminta mengelompokkan sayuran berdasarkan warna.
b. Mengasah kemampuan berhitung dalam pengoperasian bilangan sederhana, misalnya ketika tiga buah apel dimakan satu buah maka sisanya berapa.
c. Membuat bentuk-bentuk geometri melalui potongan sayuran.
d. Membuat kue bersama, selain dapat menambah keakraban dan kehangatan keluarga, anak-anak juga dapat belajar matematika melalui kegiatan menimbang, menakar, menghitung waktu.
*Belajar di Meja Makan*
Saat dimeja makan pun kita bisa mengajarkan pembagian dengan bertanya pada anak, misalnya supaya kita sekeluarga kebagian semua, roti ini kita potong jadi berapa ya? Lalu bila roti sudah dipotong-potong, angkat satu bagian dan tanyakan seberapa bagiankah itu? Hal ini terkait dengan konsep pecahan.
*Belajar Memahami Kuantitas*
a. ketika melihat akuarium, tanyakan berapa jumlah ikan hias di akuarium tersebut?
b.Ketika duduk di depan ruma atau sedang jalan-jalan, tanyakan berapa jumlah sepeda motor yang lewat dalam jangka waktu 1 menit?
*Belajar mengenalkan konsep perbandingan, kecepatan, konsep panjang dan berat*
a. Menanyakan pada anak roti mana yang ukurannya lebih besar, roti bolu atau donat?
b. Mengenalkan dan menanyakan pada anak, mana yang lebih cepat, mobil atau motor?
c. Mengenalkan dan menanyakan ke anak mana yang lebih tinggi pohon kelapa atau pohon jambu?
d. Menanyakan ke anak mana yang lebih berat, tas kakak atau tas adik?
*Kegiatan di Luar Rumah*
a.Mengajak anak berbelanja
ketika kita mengajak anak berbelanja, libatkan ia dalam transaksi sehingga semakin melatih keterampilan pengoperasian seperti penjumlahan dan pengurangan.
b. Bisa juga dengan permainan toko-tokoan atau pasar-pasaran dengan teman-temannya.
c. Kita juga dapat memberikan anak mainan-mainan yang edukatif seperti balok-balok, tiruan bentuk-bentuk geometri dengan dihubungkan dengan benda-benda disekitar mereka Ada bentuk-bentuk geometri seperti segitiga, segiempat, lingkaran, persegi panjang dan lain-lain. Pengenalan bentuk geometri yang baik, akan membuat anak lebih memahami lingkungannya dengan baik. Saat melihat roda mobil misalnya anak akan tahu kalau bentuknya lingkaran, meja bentuknya segiempat, atap rumah segitiga dan sebagainya.
d. Permainan Tradisional
Permainan-permainan tradisional pun dapat merangsang dan meningkatkan kecerdasan matematis logis anak seperti permainan congklak atau dakon sebagai sarana belajar berhitung, permainan patil lele, permainan lompat tali, permainan engklek dll.
e.Belajar Memecahkan Masalah ( problem solving) melalui mainan
Menyusun lego atau bermain puzzle adalah cara agar anak berlatih menghadapi masalah, tetapi bukan masalah sebenarnya, melainkan sebuah permainan yang harus dikerjakan anak. Masalah yang mengasyikkan yang membuat anak tanpa sadar dilatih untuk memecahkan sebuah masalah. Hal ini akan memperkuat kemampuan anak keluar dari masalah. Misalnya ketika sedang menalikan sepatu, anak akan berusaha menggunakan seluruh kemampuannya untuk menyelesaikan hingga tuntas.
Dengan memberikan stimulus-stimulus tersebut diharapkan anak akan menyukai pelajaran matematika karena matematika ternyata ada disekitar mereka dan mereka mengetahui tujuan belajar matematika. Dengan model stimulus ini anak-anak akan paham makna kabataku (kali, bagi, tambah, kurang) sebagai sebuah proses alamiah sehari-hari, bukan deretan angka yang bikin pusing. Mereka jadi paham bahwa :
Menambah ➡ proses menggabungkan
Mengurangi ➡ proses memisahkan
Mengalikan ➡ proses menambah/menjumlahkan secara berulang.
Membagi ➡ proses mengurangi secara berulang.
Tentu hal ini harus didukung dengan pola pengajaran matematika di rumah dan di sekolah yang menyenangkan, kreatif, kontekstual, realistik, menekankan pada proses dan pemahaman anak dan problem solving (pemecahan masalah).
Kreatif dalam mengenalkan dan mengajarkan konsep matematika serta dengan berbagai macam permainan dan alat peraga yang menarik.
Dengan demikian matematika akan menjadi pelajaran yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu.
_Salam Ibu Profesional_
/ _Tim Fasilitator Bunda Sayang_/
πSumber bacaan:
_Hernowo, Menjadi Guru yang Mampu dan Mau Mengajar dengan Menyenangkan, MLC, 2005_
_Howard Gardner, Multiple Intelligence, Gramedia, 2000_
_Septi Peni Wulandani, Jarimatika, Mudah dan Mneyenangkan, Kawan Pustaka, Agromedia, 2009_
TANYA JAWAB:
π1⃣ Bunda Septi, berdasarkan pengalaman Ibu, butuh waktu berapa lama anak-anak mulai distimulus kecerdasan matematika logis hingga mereka menjadi suka dg matematika?
Dan apakah bagi anak-anak yg hanya diajarkan matematika di sekolah, dan terlanjur tidak suka matematika, proses stimulus kecerdasan matematika logis ini harus diulang dari awal? Terimakasih ππ»π
Ainun IIP Surabaya
1⃣ Mbak Ainun, matematika logis itu bisa distimukus sejak anak-anak mulai bisa berbicara. Nanti akan terlihat ketika anak suka mengelompokkan, suka menjajarkan sesuatu yg sama, itu artinya matematika logisnya mulai berkembang.
Untuk anak-anak yang terlanjur mengenal matematika hanya yg ada di sekolah saja, harus dipahamkan tentang matematika logis dan matematika realistik. Sehingga anak-anak paham mengapa mereka harus belajar matematika. Dengan cara ini anak-anak akan sangat menyukai matematika karena sesuai dengan kebutuhannya.
Contoh : Saya tidak pernah meminta Elan untuk mempelajari matematika yg diajarkan di sekolah. Tetapi saya menstimulus dg berbagai hal logis dan projek. Dari projek2 itulah Elan mulai merasa perlu belajar perkalian, permutasi dll. ✅
π2⃣Assalaamu'alaikum Ibu Septi.
Bu anak sulung saya ini cenderung suka berhitung, usianya baru 5,8 tahun. Dia juga talkactive. Yang mau saya tanyakan bu :
a. Di beberapa buku kami di rumah, halaman belakangnya ada lembar tambah dan kurang. Dia selalu kekeuh pingin ngerjain padahal menurut kami agak sulit untuk usianya. Bagaimana sebaiknya bu?
b. Karena senang dengan hitungan, dia sering minta dispensasi dengan angka.
Bun, aku makannya 5 sendok lagi ya
Bun, 5 menit lagi ya mandinya aku masih ngantuk
Bun aku beresinnya yang 2 ini aja ya
π
π
Itu gimana ya bu? paling susah sih masalah makan selalu dihitung padahal belum tentu dia kenyang
c. Bersambung dengan membaca dan berbicara, dia senang menggambar dan bercerita dengan gambarnya. Tapi dia belum tertarik dengan baca, namun selalu menulis. Dia tiru tulisan yang saya tulis. Dalam menggambar, dia juga sering melibatkan angka angka.
Itu bagaimana ya bu?
Terima kasih ibu atas pencerahannya. ππ»
Ismi_IIP Bandung
2⃣ Teh Ismi, artinya anak teteh kecerdasan matematika logisnya saat ini terlihat menonjol. Maka perkuat terus, ini namanya *meninggikan gunung* ( anak terlihat suka angka perkuat dengan angka dan bilangan) bukan _meratakan lembah_ ( anak tidak suka matematika, pusing kalau lihat angka, justru kita les kan matematika).
yang
Tahapan mengenalkan angka dan bilangan ke anak adalah sbb :
Mengenal bilangan
Mengenal lambang bilangan
Mengenal konsep kabataku
Semua menggunakan benda kongkrit dulu, jangan buru2 di dril apalagi disuruh menghafal
b. Kalau anak lebih suka menulis daripada membaca, tidak masalah. Berarti begitulah caranya membacanya, kemungkinan besar bergaya visual ✅
π3⃣Bunda, mau tanya dong...
Mulai usia berapakah sebaiknya kita mulai mengenalkan konsep2 kabataku bu?
Rima_IIP Banyumas Raya
3⃣ Mbak Rima, konsep kabataku sebaiknya disampaikan setelah konsep mengenal bilangan, lambang bilangan/angka sudah disampaikan dengan baik.
Anak-anak paham apa itu angka dan bilangan ( keduanya jelas berbeda)
Saya mengenalkan bilangan ke anak-anak itu lama sekali.
Bahkan mengenalkan angka "0" ( nol) itu misteri yang luar biasa kalau dibahas secara detil. Matematika itu asyik jadinya.
Saya berikan contoh betapa hebohnya belajar bilangan π
π4⃣Assalaamu'alaikum Bunda,
melihat materi #6 ini, saya benar-benar sedih karena sepertinya sudah salah dalam memberikan stimulasi tentang matematika. Sehingga anak saya sekarang, bukan tidak suka matematika, tapi kurang teliti dan terburu-buru dalam mengerjakan soal matematika sehingga banyak yang salah. Padahal, kalau mengerjakan tugas di rumah yang saya dampingi, fine-fine aja alias bisa dan paham dalam mengerjakannya. Yang saya ingin tanyakan bagaimana memberikan stimulasi yang tepat untuk kasus seperti ini. Makasih...
Iyie_IIP Cirebon
4⃣ Wa'alaykumsalam mbak Iyie, biasanya kita itu penginnya mengajarkan memang instan, karena tidak ingin anak-anak kita tertinggal di sekolah.
Matematika yg diajarkan secara cepat atau instan itu akan membuat anak tidak paham akar masalahnya.
Sehingga saat kondisi tegang, buru-buru, memori yang didapatkanpun akan cepat menguap.
Maka mulai sekarang kuatkan di konsep ya mbak.
Contoh : anak paham bagaimana cara menemukan 3x4 = 12. Kuatkan dulu dengan berbagai permainan dan konsep real, setelah itu ijinkan anak menemukan sendiri perkaliam yang lain.✅
π5⃣Assalamualaikum Ibu Septi,
Putra Saya sekarang sudah kelas 2 SD, dulu waktu di kelas 1 Matematika setelah di review Alhamdulillah Paham tapi pada saat Ada Ulangan yang kebetulan Saya berhalangan review Ada beberapa yg secara konsepnya dasarnya sudah kuat, tapi saat Kita belajar bersama lagi Alhamdulillah ingat lagi, Saya berfikir disini mungkin secara pemahaman dasar kurang pas Saya menjelaskan konsepnya...
Mohon Tipsnya untuk saya bisa perbaiki Cara membimbingnya
Terimakasih Bu atas jawabannya
Lulu - Bekasi
5⃣ Wa'alaykumsalam mbak lulu, apa yg mbak lakukan ketika review? Anak-anak mengulang mengerjakan soal-soal yang ada, atau membuat metode lain saat mengenalkan soal matematika yg sama.
Kalau sekedar mengulang soal yg sama, memang akan memendekkan masa anak paham sebuah konsep
Tetapi kalau membuat metode memahamkan konsep dengan cara yg berbeda, akan awet pemahaman itu.
Contoh :
Ketika anak-anak belajar tentang geometri. Luas segitiga, maka saya tidak meminta mereka unt menghafal luas segitiga adalah .....
Tetapi saya mengajak anak2 mengambil kertas berbentuk persegi panjang, yuk kita potong dua tepat secara garis diagonal. Andaikata luas persegi panjang itu ( p x l), berapakah luas segitiga?
Anak-anak lsg cepat menjawab 1/2 (pxl)
Oke, kalau panjang bunda ganti jadi alas (a), dan lebar bunda ganti degan tinggi (t), jadi berapakah luas segitiga?
*1/2 a x t* ✅
π6⃣ Ibu, untuk contoh pengenalan lambang, bilangan dan konsep katabaku bagaimana y?
Saya belum ada gambaran ketiganya. Anak saya umar sekarang 4 tahun
Uus Uswatun Hasanah
6⃣Untukmengenalkan lambang bilangan 2, misalnya. Maka kita ambil dua apel, mulut kita bicara ini dua apel, tangan kita menuliskan lambang bilangan dua itu seperti ini 2. Konsep kabataku, harus memakai benda konkrit. Menambah itu menggabungkan, mengurangi itu memisahkan, mengalikan itu menambah berulang, membagi itu mengurang berulang ✅
π7⃣ Bu mau tanya kalo anak ini unt mengerjakan soal matematika bisa dan suka, tapi yang saya kadang bingung mengapa dia suka lupa kalo diminta menentukan arah yang sederhana saja, misalnya kiri atau kanan.ini ada masalah apa ya bu? Padahal usianya sudah 9th
Litasekolahmentari
7⃣Coba cek kepekaan orientasi medannya, bisa jadi disorientasi, tidak paham kanan kiri, atau kemampuan melihat ruangnya yg perlu distimulus. Yup, ini salah satu contoh kekeliruan kita belajar arah dulu, diminta menyanyi dulu untuk menghafal, sebelum paham konsep✅
π8⃣ Bunda, saat membimbing matematika, saat memahamkan ke anak, adakah tahapan prosesnya?
Ratih_IIP Jepara
8⃣Pintu gerbang matematika itu *aritmatika* maka pahamkan dulu konsep ini dengan baik. Karena ini pijakan dasar untuk tahap matematika berikutnya seperti aljabar, geometri dkk.
Perkuat aritmatika sampai tahap anak menemukan rumus sendiri.
Kalau istilah di keluarga kami "merekonstruksi ulang, para ahli menemukan rumus matematika✅
π9⃣ Apakah anak yang sudah usia SMP bisa diulangi lagi kecintaan nya pada matematika ya bu? Anak saya kalo mengerjakan puzzle, sudoku, tangram,atau teka teki dia sangat jeli dan cepat.
Menurut pengamatan matematika nya kurang baik. Sayangnya waktu SD memang pernah mengalami trauma dengan matematika.
Apakah bisa diperbaiki ya bu?
Karena sayang sekali kemampuan logisnya.
Rima_IIP Banyumas
9⃣Masih bisa mbak, selama tidak dikaitkan terus dengan pelajaran sekolahnya, dan jangan dituntut macam-macam untuk pelajaran sekolahnya.
Eksplorasi banyak hal tentang matematika di sekitar kita✅
ππ Izin bertanya di sisa waktu bu...
Untuk perkalian, sebaiknya dihafal atau menghitung dengan alat peraga (jari misalnya)?
Yani Retno Hapsari
πUntuk tahap awal tidak dua-duanya mbak. Kita perlu mengenalkan konsep perkalian dulu.
Saya pakai permainan 3 x 4 saja bisa sampai 1 bulan, sampai anak-anak paham 3 x4.
Setelah itu anak-anak diminta membuat soal sendiri, cari solusinya sendiri, sehingga ketemu Aha! Moment
Diulang-ulang terus, baru dipakai tools yg lain untuk jalan cepat misal jari.
Yang tidak boleh adalah menghafal/di drill✅
π1⃣1⃣ Bunda Septi adakah masukan buku bacaan untuk menemukan alat peraga matematika?. Wah mesti kreatif nih menemukan alat peraga
Fitrah
1⃣1⃣ https://soundcloud.com/jarimatika-indonesia/perkalian
Ini contoh kumpulan lagu. Mbak saya dulu menerapkan seminggu 1 lagu matematika, seminggu 1 alat peraga matematika. Akhirnya jadi unit usaha sendiri✅
ππππ¬π¬πππ
Resume
Selasa, 18 Juli 2017
Saya seorang Home Educator di Omah Rame.
Suka nulis, beberapa tulisan diterbitkan dalam beberapa media online, misalnya Rocking Mama, Ummi Online, Koran Opini, Cakrawarta.
Sudah menerbitkan buku antologi "Jibaku Post Power Syndrome Full Time Mom"
Aktif sebagai Konselor Menyusui dan Ketua Divisi Edukasi dan Pelatihan AIMI Jawa Timur.
Juga menjabat sebagai Koordinator Online Institut Ibu Profesional Surabaya.
Menjadi Relawan Keluarga KIta.
Juga mengajar Sosiologi dan Sejarah di BKB Nurul Fikri Surabaya.